Drap! Drap! Drap! Drap!

"Sakura, jangan berisik!" teriak Kaa-san dari lantai bawah.

Drap! Drap! Drap! Drap!

"Sakura, kau ini kenapa?" tanya kaasan saat aku sampai di dapur dengan nafas terengah-engah.

"Kau kenapa, hmm?" tanya Tou-san lembut , yang kemudian mengalihkan pandangannya dari koran ke anak semata wayangnya.

"Tou-san, Kaa-san, ijinkan aku untuk keluar rumah. Aku mohon," pintaku yang masih mengatur nafas.

"Ini sudah malam. Lebih baik kau masuk rumah dan belajar, Sakura," perintah Kaa-san.

"Kaa-san...,"

"Memangnya ada apa, sayang? Apa kau ada urusan mendadak?" tanya Tou-san seraya mengusap rambut merah mudaku.

"Aku... aku tadi bermimpi buruk tentang Naruto, Tou-san. Aku hanya ingin ke rumahnya dan memastikan keadaannya. Kaa-san, ijinkan aku," pintaku lagi pada Nyonya Haruno yang kini tengah sibuk mencuci piring bekas makan malam.

"Sekarang kau masuk kamarmu, Sakura,'

"Kaa-san... Tou-san... Onegai...," kataku memelas.

"Tidak, Sakura. Ini sudah malam dan kau seorang gadis. Di luar sangat berbahaya," kata Kaa-san. "Kau juga bisa menemuinya besok pagi di sekolah," lanjutnya.

"Aku tidak mau. Aku akan baik-baik saja dan aku janji aka segera pulang,"

Tou-san dan Kaa-san saling pandang dan menghela nafas, mereka pasti capek menghadapi sifat keras kepalaku. "Baiklah. Cepat pulang dan hati-hati," ujar Kaa-san akhirnya.

"Hontou ni arigatoo," seruku, kemudian segera berlari menuju garasi. Aku mengayuh sepeda secepat mungkin ke rumahnya yang hanya terpisah tiga blok dari rumahku. Aku benar-benar sangat mengkhawatirkannya. "Naruto-kun...," panggilku setelah sampai di depan rumahnya. Sepedaku sudah ku parkir di tempatnya.

"Sakura? Kau kah itu?" tanya Naruto yang menghampiriku. Segera ku peluk tubuh tegapnya, menghirup harum badannya yang sangat memabukkan bagiku. Aku benar-benar sangatmencintai Naruto yang sudah menjadi kekasihku selama tiga tahun ini. "Kenapa malam-malam begini kau ke sini? Kau tidak takut apa? Kau mau..."

"Apa aku mengganggumu?"

.

On Rainy Day

by Kai Amakusa

Naruto © Masashi Kishimoto

Romance | Hurt | Typos | OOC maybe

Uzumaki Naruto | Haruno Sakura

Don't Like, Don't Read

.

"Apa aku mengganggumu?" tanya gadis berambut merah muda di depanku ini yang memotong pertanyaanku. Sungguh, aku sangat takut jika terjadi apa-apa padanya. Dan aku tak akan pernah memaafkanku jika hal itu sampai terjadi.

"Tidak. Ada apa, sayang?" tanyaku lembut, menutupi rasa khawatirku. Ku usap pipinya yang dingin. Apa dia tidak kedinginan?

"Hmm... Ayo, ikut aku," Sakura menggandengku keluar pekarangan rumah, mengajakku berjalan di jalanan sekitaran rumahku. Aku tahu, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Terlihat dari cara dia menggenggam erat jemariku, seakan jika terlepas akan sulit tergenggam lagi.

"Kenapa? Kau tidak apa-apa kan?" tanyaku lagi.

"Aku tadi bermimpi buruk, Naruto-kun," jawabnya yang kemudian berhenti berjalan dan menatapku dengan manik emerald-nya. "Mimpi buruk tentangmu," lanjutnya lirih. Guratan khawatir tercetak di wajah cantiknya.

"Kau ini, ku kira apa. Mimpi itu bunga tidur, Sakura-chan. Jangan terlalu percaya pada mimpi. Dan kau bisa lihat sekarang, aku tidak apa-apa kan?" aku mencoba membuang rasa khawatirnya.

"..."

"Memangnya apa isi mimpimu, Sakura-chan?"

"Di mimpiku, kita menghabiskan waktu berdua di padang rumput yang sangat indah, Naruto-kun. Kita menikmati saat-saat indah itu, tapi..."

"Tapi?"

"Tiba-tiba turun hujan, hujan yang sangat deras. Dan saat hujan itu reda, kau...," tiba-tiba Sakura memelukku. "Berjanjilah untuk ada di sampingku selamanya. Aku tak ingin kehilanganmu," ujarnya pelan.

"Aku janji, sayang. Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku tak akan pernah meninggalkanmu walau sedetik saja, walau nanti..."

"Baka!" Sakura mendorong badanku. "Aku menemuimu tidak untuk mendengar leluconmu," katanya kemudian. Air mata mulai mengalir dari emeraldnya, "Aku tak ingin mendengarnya, Naruto-kun,"

"Maaf," kataku pelan dan langsung memeluknya. "Maafkan aku, Sakura-chan. Maaf sudah membuatmu khawatir dan menangis," isakan Sakura makin terdengar.

Kami-sama, kenapa saat aku menemukan gadis yang sangat ku cintai, Kau malah akan mengambilku darinya. Apa karena aku tak pantas untuknya? Apa dia terlalu sempurna untukku? Aku benar-benar tak ingin meninggalkanmu, Sakura-chan.

"Naruto-kun..."

"Ku mohon, jangan menangis," bisikku, semakin mengeratkan pelukanku.

"Entah kenapa aku ingin menangis di depanmu. Memberitahumu kalau aku benar-benar tak ingin kehilanganmu," katanya yang masih terisak.

"Aku tak akan hilang, Sakura-chan. Percayalah. Walau aku tak ada di sampingmu suatu saat nanti, aku akan tetap ada di hatimu," Sakura semakin mengeratkan pelukanya. "Hei, aku tak menyuruhmu untuk menangis lebih keras," candaku, tapi tangisan Sakura semakin deras.

"Baka!"

"Baiklah baiklah. Aku menyerah, Sakura-chan," ku usap punggungnya bermaksud untuk menenangkannya.

Tes! Tiba-tiba aku merasa sesuatu berbau anyir menetes jatuh di atas tanganku yang melingkar di pinggang gadisku. Mimisan lagi? Entah ini mimisan ke berapa hari ini. Buru-buru ku hapus darah menyebalkan itu dari tangan dan hidugku. Gzzz, kepalaku sakit sekali.

Kami-sama, aku mohon, beri aku kekuatan di depan gadis ini. Dan kalau bisa, beri aku waktu sedikit lagi untuk membuatnya membenciku agar dia tidak terlalu merasa kehilangan saat aku pergi nanti.

"Naruto-kun..."

"Hn?"

"Tetap peluk aku, lima menit saja. Aku ingin masih seperti ini," pintanya.

"Untukmu tak hanya lima menit, sayang,"

"Diam dan peluk aku, Naruto,"

"Iya iya," dia memelukku, membiarkan posisi seprti ini selama beberapa menit. Tak peduli tatapan orang-orang yang berpapasan dengan kami. Aku juga tak ingin saat seperti ini berakhir dengan cepat. Aku harap, aku bisa menghentikan waktu sementara untuk menikmati saat ini. Tapi aku hanya pemuda biasa yang mempunyai waktu sedikit. Sakura-chan, aku tidak ingin pergi.

"Naruto-kun, apa akhir-akhir ini kau sering mimisan dan sakit kepala?" Sakura melepas pelukannya dan menatapku.

"Tidak. Mungkin aku sudah sembuh, Sakura-chan," bohongku. Aku tahu, semakin hari, keadaanku semakin memburuk.

"Aku ingin melihatmu benar-benar sembuh. Menontonmu bermain basket di kursi pemain, melihatmu bertingkah konyol untuk merebut perhatianku, merasakan kasih sayangmu dan semua perhatianmu, melihat... semua hal tentangmu esok dan selamanya, Naruto-kun,"

Ku usap pipinya dengan lembut, "Jika aku benar-benar sembuh, apa yang ingin kau lakukan?" tanyaku kemudian dan mengajaknya berjalan ke arah rumahnya. Ini sudah larut malam, aku tak ingin dia di marahi orangtuanya dan terlambat bangun besok pagi.

"Menikah denganmu, tinggal di pedesaan, mempunyai banyak anak dan hidup bahagia selamanya sampai akhir bersamamu, Naruto-kun," jawabnya polos. Emerald-nya tampak berbinar-binar saat menjawab pertanyaanku. Hal yang sangat aku suka darinya.

"Hahahaha, apa kau tak repot mengurus anak sebanyak itu, Sakura-chan?"

"Eh? Ah benar juga. Bodohnya aku," aku tersenyum mendengar pengakuannya. Pasti aku akan sangat merindukan saat-saat seperti ini nantinya.

"Kau memang bodoh, Sakura-chan. Malam-malam keluar rumah sendiri, membuat orang lain khawatir. Apa itu hobimu selain menangis? Kau tidak khawatir jika tiba-tiba ada seseorang yang menculikmu?" tanyanku kesal.

"Maaf, Naruto-kun. Tapi kan aku sudah di depanmu dengan keadaan yang utuh," Sakura menggembungkan pipinya. Menggemaskan.

"Iya, tapi jangan seperti ini lagi. Kau membuatku cemas setengah mati,"

"Kalau itu sebuah perintah, baiklah,"

"Kau mau melaksanakannya?"

"Iya, aku kan terlalu berharga untukmu, Naruto-kun," Sakura tertawa kecil, sedetik kemudian dia terdiam. "Dan kau juga terlalu berharga untukku, Naruto-kun. Jangan pernah pergi," aku tersenyum dan mengusap kepalanya sayang.

"Sekarang pulanglah, ini sudah malam. Kita bertemu di depan rumahmu besok pagi, aku akan menjemputmu," ucapku saat kami sampai di depan rumah sederhana berlantai dua. Terdapat ukiran 'Haruno' dalam huruf kanji di pagar batu rumah Sakura.

"Tapi... Ah baiklah," ku acak gemas mahkora merah muda Sakura. "Kau harus menghubungiku setelah sampai di rumah. Jangan tidur terlalu malam dan jangan lupa berdoa sebelum tidur, rubah mesum," penyakit cerewet Sakura kambuh.

"Kenapa kau jadi cerewet begini, Sakura-chan?"

"Karena aku sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat menyukaimu,"

Ku dekatkan wajahku pada wajah meronanya dan memberikan ciuman lembut nan hangat untuk jawabannya yang memuaskan itu.

_Te Be Ce_

Hai, minna ^o^)/

Kyu kembali dengan fanfict NaruSaku sesuai permintaan reader :3

Ini fanfict terlebay abad ini u,u

Bagaimana dengan fanfict ini, minna? Terlalu pendek kah? Apa terlalu gaje nan lebay? Feelnya dapet? Semoga tidak mengecewakan.

Keep or Delete? Kalian yangmenentukan (~^o^)~

Terimakasih sudah menyempatkan membaca fanfict ini dan beberapa karya Kyu ^^

Review, saran, kritik, flame, pertanyaan, ide cerita selanjutnya kirim ke alamat di bawah ini *nunjuk kotak review*

Mind to review, minna? ^^