My Broken Flower 'Remake'
Cast : Main! Jongin dan Sehun. Other! Baekhyun, Luhan dan lain-lain.
Pair : Main! KaiHun slight! KaiLu.
Length : Multi chapter.
Genre : Hurt/comfort, Romance, yaoi, boyxboy
Rated : T
Summary : Oh Sehun sangat sedih saat mengetahui bahwa kekasihnya, Kim Jongin ternyata seorang playboy. Diam-diam Jongin menjalin hubungan asmara dengan namja cantik, Xi Luhan. Ternyata Sehun berniat membalas dendam kepada Jongin. Namun, dia tak pernah mengira kalau pembalasan dendam itu menyebabkan mata Jongin buta total. Mampukah Sehun bertahan di saat dirinya dilanda patah hati dan penyesalan?
A/N : Annyeong! FenFen bikin ff lagi. Tapi, kali ini ff Remake. FenFen ngeremake novel My Broken Flower karya Park Moonlight. Padahal ff My Rival, My Boyfriend belum selesai. Semoga banyak yang suka. Oke FenFen gak akan banyak bacot lagi. Warning! Typo(s) berserakan/?
.
.
.
.
BabyFenFen's present
.
.
.
.
Happy Reading
Oh Sehun sudah hampir 1 jam duduk di sebuah bangku taman di Seoul Grand Park. Para pengunjung taman, termasuk turis menjadi sasaran pandangan matanya yang menerawang.
Sudah hampir pukul 2 siang, tak seharusnya dia tampak seperti namja bodoh. Ekspresi wajahnya adalah perpaduan antara gelisah dan menahan amarah. Berkali-kali namja cantik berpenampilan sederhana itu melirik arlojinya.
"Jongin. Dimana kamu?"bisik Sehun lemah. "Bagaimana bisa kau lakukan ini padaku?" umpatnya dalam hati.
Jika dilihat dari caranya mengeluarkan smartphone dari saku bajunya dan tatapannya yang malas menatap layar smartphone itu. Bisa dipastikan kalau dia sudah jemu berurusan dengan handphone atau tepatnya dengan urusan menghubungi seseorang yang ditunggunya.
Awalnya dia terlihat ragu, namun kemudian dia mencoba juga menghubungi Kim Jongin, namjachingunya. Ternyata dugaannya tidak meleset. Benda yang sedang ditempelkan di telinganya sendiri itu hanya mendengungkan nada sambung. Cukup lama baginya, sekitar 2 menit.
"Ayo angkat…." Bisiknya mengiba. "Kau sudah berjanji akan menemui dan membawakanku setanngkai mawar dan coklat… lalu kita ke paviliun serangga dan melihat bunga-bunga."
Oh Sehun terlihat lebih lemah dibanding dari biasanya. Setelah dia turun di Stasiun Seoul Dae Geongwon, dia memang belum menyempatkan diri untuk makan siang. Makanya dia terlihat lapar. Pedagang es krim atau permen kapas tak mengusik seleranya sedikitpun.
Termasuk suasana yang begitu hijau permai di sekelilingnya. Penantian yang cukup lama membuatnya cemberut. Pacarnya berjanji akan menemuinya di tempat ini pada pukul 1 siang. Namun ternyata batang hidung namja tampan itu belum juga terlihat. Selain sulitnya dia untuk dihubungi.
.
.
.
Kim Jongin duduk di salah satu sudut meja di Mui Mui Café, restoran yang terletak di 653-4, Sinsa-dong, Gangnam District. Walau dia sedang duduk menunggu, tak sedikitpun penantiannya membuat ketampanan di wajahnya berkurang.
Wajah Kim Jongin memiliki kharisma yang luar biasa. Rambutnya yang rapi cocok dengan kulit tannya yang sexy dan bibirnya yang tebal. Sungguh, dia memiliki modal untuk memiliki namjachingu yang cantik.
Bulgogi rice dan teh ginseng sudah terhidang di hadapannya untuk 2 porsi. Seharusnya ada 1 orang yang menemaninya. Tetapi, nampaknya orang itu belum datang. Ah, seharusnya dia memang tak perlu memesannya terlebih dahulu.
"Hahahaha. Apa aku kelihatan murahan?" Tiba-tiba Kim Jongin seperti menertawakan dirinya sendiri. "Tapi ya sudahlah. Bukankah setiap manusia terkadang selalu mengemis cinta? Dan cinta yang kuharapkan kali ini…. Sangat layak untuk aku harapkan!"
Tiba-tiba pandangannya menerawang. Pikirannya dihadiri bayangan namja lain yang sama sekali bukan prioritasnya walaupun harus. Namja itu sedang menunggunya di Seoul Grand Park sana, untuk sama-sama mengisi hari libur mereka. Dan namja itu adalah namjachingunya sendiri, Oh Sehun.
Kim Jongin menggelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak! Dia tak boleh sedikitpun memiliki rasa iba. Sekalipun kepada namjachingunya sendiri! Sebab kalau dia iba, dia tidak akan bisa merasakan ketenangan.
Sebetulnya, Jongin sudah berjanji akan ke Seoul Grand Park bersama Sehun. Namun janji itu harus terpatahkan oleh sebuah permintaan dari Xi Luhan. Xi Luhan adalah namja yang sangat cantik. Kecantikannya ditopang oleh kenyataan kalau selain menjadi mahasiswa, ia juga seorang model.
Wajahnya sering muncul di majalah ibukota dan kabarnya dia sudah dikontrak oleh agency iklan. Sepertinya Luhan memperhatikan kalau Jongin sedang mengincarnya, hanya saja Luhan belum tahu, apakah Jongin sudah punya namjachingu atau belum.
Tiba-tiba saja lamunan Jongin harus buyar saat matanya melihat sosok namja yang melangkah memasuki café ini dengan gayanya yang cuek. Namja itu adalah Byun Baekhyun yang notabene adalah sahabat erat Oh Sehun.
"Gawat! Bagaimana mungkin ini terjadi?!" umpat Jongin sebal.
Dia salah tingkah dan mencari cara untuk menghindar. Secara spontan ditutupi sisi wajahnya dengan telapak tangannya. Baekhyun semakin berjalan mendekat.
Jongin menyingkir dari kursi dan segera bersembunyi ke kolong meja. Di sana dia jongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Meskipun sebenarnya tidak ada orang lewat yang akan bisa melihatnya. Posisinya membungkuk terlalu rendah sampai-sampai sebuah benda yang berada di dalam saku kemejanya tergelincir jatuh ke lantai dan berlompatan pelan keluar dari kolong meja.
Benda itu berbentuk kotak dan berwarna merah, kotak cincin. Refleks Jongin menjulurkan lengannya dan berusaha menggapai kotak cincin itu. Namun sayang, tangannya terinjak oleh kaki Baekhyun. Keduanya sama-sama kaget.
Sementara Jongin menarik tangannya yang kesakitan, Baekhyun melonjak dan tersungkur di lantai. Jatuh dengan lutut kesakitan. Kejadian itu menyebabkan beberapa pengunjung café menolehkan wajahnya dengan penuh minat.
"ini sangat bodoh!" umpat Baekhyun di antara takjub dan marah. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana Jongin bisa berada di kolong meja. Namja tampan ini selalu membuatnya sewot di kampus atau di tempat mana pun, sama saja menyebalkan. "Hey! Apa yang kau lakukan di kolong meja?"
"Jangan bikin aku grogi dong!" perintah Jongin sambil menempelkan jari telunjuk di bibbirnya senndiri. Dia perlahan melawan rasa malunya dan keluar dari kolong meja lalu duduk dengan wajah hampa. Yakin bahwa masih ada beberapa pengunjung café yang melirikkan mata ke arahnnya.
"kau sengaja menjahiliku, ya?" tuduh Baekhyun sambil bangkit berdiri.
"Enak saja!"
"kau selalu ada dimana-mana, dasar pengganggu!" omel Baekhyun. "Lihat nih. Lututku sampai sakit sekali!" dia merintih sambil mengelus lututnya.
"apa kau pikir tanganku tidak sakit? Enak saja marah-marah seperti itu!" balas Jongin yang langsung meniup jari-jarinya yang merah dan agak lecet. Diinjak kaki seorang namja itu sangat sakit.
"aku menginjak tanganmu kan tidak sengaja!" Baekhyun membela diri. "Jangan cengeng, dong!"
"Siapa yang cengeng? Kembalikan benda itu!" kata Jongin tegas sambil tangan terulur. Kotak cincin itu telah berada di tangan Baekhyun.
"Tunggu dulu! Benda apa ini?" Baekhyun penasaran dan malah berniat membuka kotak cincin itu. "Ya ampun! Kotak cincin!"
Jongin panik lalu berusaha merebut kotak cincin itu. "Hey! Jangan kurang ajar, ya! Kembalikan milikku!"
Mereka tampak berebut kotak cincin itu. Sampai akhirnya Baekhyun mengalah dan membiarkan kotak cincin itu kembali ke tangan Jongin.
"Sejak kapan seorang playboy sepertimu serius ingin mengajak Sehun bertunangan?"
"bukan urusanmu!"
"Tapi namjachingumu adalah sahabatku! Dia seharusnya cerita kalau kau akan mengajaknya bertunangan!"
"Nah anggap saja ini kejutan yang belum diketahuinya olehnya. Gampang kan?"
"Jongin…!" terdengar sebuah seruan di belakang mereka berdua.
Jongin dan Baekhyun kompak menolehkan wajah. Sesosok namja cantik melangkah dengan anggun kearah mereka. Sosoknya seperti bidadari, yang tidak bercacat sedikitpun.
Jongin terlihat salah tingkah. Wajahnya terlihat pucat dan Baekhyun menyadari gelagat mencurigakan namja yang baginya menyebalkan ini.
"Sudah lama menunggu?" Tanya namja cantik itu. Tentu saja pertanyaannya itu ditujukan kepada Jongin. Namanya Xi Luhan. Dan memang dialah yang sejak tadi ditunggu oleh Jongin. Tubuhnya tinggi menjulang melebihi Baekhyun dan hampir menyamai Jongin.
"Oh tidak juga, kok!" jawab Jongin dengan gugup.
Baekhyun mengawasi mereka berdua dengan gugup bercampur curiga. Mungkinkah mereka hanya teman biasa saja…? Dan kotak cincin itu… untuk apa? Kenapa Jongin terlihat serba salah begitu dan langsung menyembunyikan kotak cincin itu…?
Luhan sempat memperhatikan Baekhyun sesaat. Namun Jongin segera membalikkan tubuhnya menghadap Baekhyun, membelakangi Luhan.
"Cepat pergi dari sini!" perintah Jongin pelan namun tegas. Matanya melotot galak.
"Dia siapa?" desak Baekhyun penasaran.
"Bukan urusanmu." Balas Jongin geram.
"Jongin…?" panggil Luhan sekali lagi.
Jongin dan Baekhyun meghentikan perdebatan. Keduanya menoleh ke Luhan sambil tersenyum manis. Luhan membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manisnya. Pancaran matanya seolah menjelaskan sifatnya yang selalu positive thinking.
Dengan tergesa-gesa Baekhyun langsung membalikkan badannya dan berlalu. Mata Luhan mengikuti kepergian gadis itu.
"Jongin, siapa dia?" Tanya Luhan.
"Dia teman kuliahku. Abaikan saja, dia memang sedikit gila."
Luhan tertawa. Dia dan Jongin segera duduk.
Sementara itu, Baekhyun sebenarnya bersembunyi di balik tembok dan mengintip sebentar kearah ke Jongin dan Luhan.
"Aku sudah terlalu sering untuk menyembunyikan kebusukanmu dari sahabatku Sehun." Desis Baekhyun geram. "Sialan! Nafsu makanku langsung hilang."
.
.
.
Sehun berjalan dengan lesu di sebuah trotoar. Dia sedang menerima telepon dari Baekhyun.
"Aku sudah di Sinsa-dong, ada apa?"
"Ah! Kebetulan!" napas Baekhyun terdengar memburu. "Lekas kau ke Mui-Mui. Aku masih di sini!"
Maka tak lama kemudian Sehun segera mendatangi tempat sahabatnya itu berada. Dia sangat heran kenapa Baekhyun menyambutnya dengan wajah yang menyiratkan rasa iba.
"Ada apa?" desak Sehun penasaran.
"Sehun, maafkan aku. Bukan bermaksud untuk…"
"ADA APA?" ulang Sehun lagi. Dia benar-benar letih jiwa dan raga.
"Coba kamu lihat sendiri, siapa yang sedang berada di dalam café itu!"
Saat itu juga Sehun menoleh dan menemukan Jongin hendak melingkarkan cincin di jari manis Luhan. Dia benar-benar seperti tersambar petir. Luar biasa kaget. Baekhyun terpekur di sebelahnya.
"Jongin…." Panggil Sehun dengan air mata berlinang.
Semua kepala menoleh, memandang bergantian antara Sehun dan Jongin yang langsung melihat pacarnya. Pemuda itu benar-benar kaget sekali.
Tubuh Sehun bergetar karena kesedihan. Dia membalikkan tubuhnya, meninggalkan Baekhyun dan Jongin.
Jongin bangkit dari kursinya dam memanggil Sehun. Tak sempat dia memberikan kepada Luhan. Cincinnya diambil kembali, belum sempat melingkar di jari Luhan. Saat dia melewati Baekhyun, dia sempat menegur. "Ini pasti gara-gara kamu! Pasti kamu mengadu, kan?!"
"Enak saja memfitnah orang sembarangan!" sahut Baekhyun pura-pura tidak berdosa. "Cepat sana kejar pacarmu bodoh!"
Jongin menggeram namun tetap dia mengejar namjachingunya yang sudah berlari di trotoar. Dia sanggup mengejarnya dan menarik lengan Sehun sehingga namja itu membalikkan tubuhnya. Jongin tak menyangka melihat air mata mengaliri kedua belah pipi namja itu.
"Lepaskan aku!" pinta Sehun lirih.
"Aku belum memberimu penjelasan!"
"Penjelasan apa lagi? Masih kurangkah kemesraanmu dan namja cantikitu di depan mataku? Tadi kau mau memakaikan cincin di jari manisnya. Lalu kemudian apa lagi yang kau perbuat kepadanya di depan mataku?"
"Dia sahabatku! Kebetulan aku baru saja mengantarnya ke toko perhiasan dan dia memintaku untuk memakaikannya ke jarinya."
"Sampai kau lupa bahwa kau sudah berjanji akan menemuiku di Seoul Grand Park? Sepenting itukah arti persahabatan di matamu? Sampai kau mengabaikan kekasihmu?" balas Sehun sengit.
Jongin terdiam untuk beberapa saat lamanya. Tak berani menatap mata Sehun.
"Aku kecewa sama kamu!" ucap Sehun pedih. "Aku menunggumu sampai letih. Kau sulit sekali dihubungi, mungkin karena kau sengaja tak mau mengangkat telepon dariku."
"Bukan begitu… kau hanya…"
Entah kenapa, perlahan perkataan Jongin terhenti dengan sendirinya. Dia menatap mata Sehun. Ada luka di mata itu. Perlahan pula, tangan Sehun berhasil melepaskan diri dari genggaman Jongin.
Sehun berlari-lari kecil meninggalkan Jongin. Hanya Baekhyun yang berusaha untuk mengejarnya. Jongin mengawasi kepergian kedua namja itu sampai belok dii tikungan jalan.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Jongin? Siapa namja itu?" Tanya Luhan penasaran, nada bicaranya terdengar halus.
"Luhan, maaf aku sudah merusak acara kita."
"Oh, tidak apa-apa. Tapi bisakah aku mengetahui siapa namja itu?"
"Dia…. Dia mantan namjachinguku." Jawab Jongin gugup.
"Astaga." Ucap Luhan. "Apakah dia masih mencintaimu?"
"kalau tidak, untuk apa dia menangis?"
"itu berarti dia cemburu kepadaku."
"bukan salahmu."
"tapi aku tidak enak hati kepadanya."
"dibikin enak saja."
Luhan terlihat murung. Jongin memberinya sebuah senyuman.
"sudahlah. Dia orang yang keras kepala. Dia masih belum menerima kenyataan kalau aku sudah tidak mencintainya lagi…."
"itu berarti, dia sudah tidak berada di dalam hatimu lagi?"
"tentu tidak. Karena kini sudah ada penggantinya."
"siapa…?"
"menurutmu untuk apa aku ingin memberimu cincin…?"
Melihat pipi Luhan yang perlahan merona merah, hati Jongin tertawa puas. Semudah inikah memasang perangkap cinta untuk namja cantik ini…?
.
.
.
.
TBC (Tendangan Bokong Cahyo)
Jangan lupa direview ya? FenFen butuh kritik dan saran kalian di kotak review. Dan aku berharap gak ada yang Siders ya? Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Bye bye #marathon bareng kai.
