a Dreamer.
A Fanfiction of Shingeki No Kyojin by: medsmods
Character and Original Story belong to Hajime Isayama.
Berlatar belakang beberapa puluh tahun sebelum cerita kemajuan umat manusia dimulai. Dimana sang Pemimpin Survey Corps yang kala itu dikenal sebagai pemimpin yang memiliki naluri dan pemikiran tajam, hanyalah seorang anak kecil yang memilki beribu pertanyaan tentang dunia yang di tinggalinya ini.
Kau tahu, aku berpikir. Mungkin aku selalu berpikir. Namun aku tidak tahu dengan jelas apa yang kupikirkan. Seperti… beranda-andai. Apa yang sebenarnya ada… dibalik tembok raksasa ini?
Aku sempat beberapa kali menanyakannya pada teman sekelasku di sebuah sekolah yang tak jauh dari rumahku. Aku membicarakan tentang perandaianku mengenai sesuatu yang berada di balik tembok ini. Namun tak ada satu pun dari mereka, yang memiliki rasa penasaran sebesar diriku.
"Bodoh, tentu saja ada banyak monster diluar sana, monster yang bentuknya sama seperti kita! Menyeramkan!"
Mungkin mayoritas seperti itulah jawaban mereka, kemudian dengan rasa takut yang seperti di buat-buat, mereka berlari menjauhiku, kemudian bercanda gurau dengan teman nya yang lain. Mungkin memang terlihat aneh dimata mereka, seseorang seperti ku yang berandai tentang dunia dbalik tembok walaupun sebenarnya aku sendiri mengetahui, ada neraka di luar sana.
Aku sempat menanyakannya pula pada Ayahku. Kebetulan Ayahku adalah seorang guru, yang mengetahui sedikit banyak tentang dunia luar. Meskipun berbeda dari jawaban teman-temanku, sepertinya ayahku masih menyembunyikan beberapa hal. Terlihat dari perkataannya yang selalu berhenti di beberapa kalimat. Membuatku jadi tidak terlalu mengerti apa yang dimaksudnya.
Beberapa hari berlalu setelah itu. Sepulang sekolah, aku berjalan bersama salah seorang teman sekelasku, dia bernama Nile. Kami berbicara tentang tugas sekolah dan berbagai macam hal lainnya sambil berjalan pulang, seperti biasanya. Namun hari ini sedikit berbeda. Lonceng yang terdapat di gerbang dari wilayah ini dibunyikan. Nile kemudian menarik tanganku dengan semangat dan berkata,
"Erwin! Tidak kah kau penasaran dengan keberangkatan para tentara yang di kabarkan adalah pahlawan umat manusia? Pasukan penyelidik mengadakan ekspedisi lagi!"
Kemudian dia benar-benar menarik ku menuju keramaian orang di sekitar sana yang juga mengantar keberangkatan pasukan penyelidik. Pemandangan tersebut membuat jantungku berdebar, benar-benar menakjubkan. Bukan karena kuda mereka yang tinggi dan berisi, atau para tentara yang terlihat gagah berani dengan perlengkapan Khusus mereka, namun, Ekspedisi apalagi yang akan mereka lakukan kalau tidak pergi keluar dinding ini, dinding yang selalu melindungi umat manusia dari monster yang ada di baliknya.
"Mereka… menjelajahi dunia di balik dinding ini?" tanyaku, yang masih terbawa dalam perasaan kagum ku.
"Kau tahu Erwin, setelah lulus dari sekolah ini, aku akan mendaftarkan diriku menjadi Pasukan Penyelidik. Bagaimana menurutmu? Mereka benar-benar keren, bukan?"
Sambil melihat kepergian pasukan tersebut keluar dari gerbang, Nile mencoba mengajakku bicara. Dan yang jelas ku dengar adalah dia memutuskan untuk bergabung dengan pasukan pengintai selulus Sekolah. Walalupun keluar dinding itu memberikan semangat tersendiri bagiku, namun aku belum bisa memastikan pernyataan ini dengan keputusanku sendiri.
"Aku belum memutuskan, Nile. Tapi aku setuju dengan pendapatmu." Jawabku. Yah, mereka memang benar-benar keren. Detik itu juga, aku menyimpan mimpi itu dalam benak ku, menunggu hingga saat yang tepat, untuk kubicarakan dengan Ayahku. Bersamaan dengan itu, kami berdua melanjutkan perjalanan kami untuk pulang ke rumah masing-masing.
Ternyata cukup banyak yang mengidolakan keberadaan Pasukan Pengintai, namun, Ternyata, lebih banyak lagi yang memandang mereka sebelah mata. Sebagaimana yang ku dengar dan ku lihat dengan telinga dan mata kepala ku sendiri, saat kepulangan Pasukan Pengintai, sekitar 2 hari setelah itu. Jumlah pasukan yang kembali hanya setengah dari awal saat mereka berangkat. Bahkan mungkin kurang dari setengah.
Awalnya aku melihat mereka dengan antusias, namun ketika menyadari jumlah pasukan dan luka-luka yang di dapatkan pasukan yang selamat, dalam hati aku merasakan rasa takut. Apakah Di luar… benar-benar neraka, ya?
Aku belum pernah sama sekali melihat Titan. Seberapa besarkah mereka, dan seberapa menyeramkannya mereka. Namun aku dapat merasakan rasa takut. Rasa takut apabila mereka masuk ke dalam dinding ini, dimana manusia sangat bergantung dalam lindungannya. Sepertinya, aku harus memperoleh cara bertarung melawan titan. Begitulah kesimpulanku pada saat itu.
Beberapa celotehan dari orang-orang di sekitarku pun turut kudengarkan. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang memang, memandang Pasukan Pengintai dengan sebelah mata.
"Lihatlah, mereka kembali dengan jumlah yang mencapai kurang dari separuhnya."
"Pajak kita sepertinya lebih digunakan untuk menggemukkan mereka ya."
"Apa yang mereka dapatkan kali ini?"
"Aku tak yakin itu sesuatu yang benar-benar membantu umat manusia."
Begitulah penilaian mereka. Tak sedikit juga beberapa kerabat dan saudara yang mencari anggota keluarganya, dan ternyata mereka kembali dengan tidak bernyawa, atau bahkan dinyatakan hilang dalam tugas. Sesuatu yang menyedihkan seperti ini, apa ayah akan menginjinkan aku bergabung dengan kegiatan ini suatu hari nanti….
Beberapa bulan setelah itu, aku mendapatkan banyak hikmah dan pencerahaan, atas apa yang akan ku tuju di masa depan ku, selain bermimpi tentang Pasukan Penyelidik dan Dunia di Luar Tembok. Ayahku yang kebetulan adalah seorang guru, juga mengajar di sekolah dimana aku di sekolahkan.
Saat itu, kegiatan belajar mengajar berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada yang aneh mapun terliat tidak wajar. Ayahku menjelaskan tentang pelajaran Sejarah, apa yang kami bahas tentu saja sejarah yang berhubungan dengan Titan, tentang Wilayah yang ada di balik dinding, dimana manusia terpaksa tinggal, dan harus tetap berada di dalamnya. Seperti hal yang harus diketahui dan di tanamkan di tiap benak seseorang, bahkan anak kecil sepertiku.
Ayahku berkata, ketika titan muncul, manusia harus tinggal di suatu tempat dan wilayah yang tak bisa di jamah oleh monster tersebut, meskipun dengan begitu berarti manusia harus mengesampingkan perbedaan mereka. Lalu muncul-lah sebuah pengandaian aneh di kepala ku.
Di saat itulah aku menanyakannya pada Ayahku. Sejarah seperti apa yang ada di dunia ini sebelum kedatangan titan? Sebelum tembok yang mengamankan kehidupan manusia ini dibangun? Dia menatapku sejenak. Mungkin cukup lama, bila kuingat lebih jelas lagi. Kemudian Ayahku memberikan sebuah jawaban yang tidak jelas, aku tidak mengerti. Atau mungkin aku hanya terlalu muda untuk mengerti apa yang dimaksud oleh ayahku. Anehnya, saat itu juga, kelas langsung dibubarkan. Semua murid pun dipulangkan.
Aku berjalan pulang bersama teman-temanku seperti biasa, kami saling mengantarkan satu sama lain, sehingga apabila di hitung secara waktu , Ayahku akan tiba secara kebih cepat dari pada aku. Sesampaiku di rumah, ayah memanggilku, dan menjawab pertanyaanku.
"Buku pelajaran yang disediakan oleh pemerintah kerajaan, mengandung banyak sekali kontradisksi dan misteri. " Jelas ayahku.
"Seharusnya para pedahulu kita, bisa berbagi sejarah kepada para penerusnya."
"Untuk membungkam dan menjaga generasi berikutnya dari pengetahuan mengenai dunia luar, amatlah tidak mungkin."
Begitulah beberapa yang aku pahami, namun, cerita yang ia ceritakan berikutnya… amatlah mengejutkan, bahkan untuk anak seusiaku. Tapi alasan mengapa ayah tidak menceritakannya di kelas, sebelumnya. Aku tak begitu paham.
Aku sempat menceritakan apa yang aku tahu kepada temanku. Menurutku ini sebuah pengetahuan yang harus dimiliki setiap orang juga. Namun, pada saat itu ternyata terdapat beberapa orang prajurit sekitar mendengar ceritaku, kemudian bertanya, siapa yang menceritakan ini padaku. Mungkin ini salah satu kecerobohan terbodohku yang pernah kubuat.
Beberapa hari setelahnya, aku menemukan ayahku tak pernah kembali. Nampaknya dia tewas dalam sebuah kecelakaan atau semacamnya. Tapi dari pembicaraan orang-orang di sekitar tempat ku tinggal, mengatakan fakta yang berbeda. Pemerintahlah yang mengirim orang untuk membunuh ayahku.
Bersamaan dengan itu, perlahan aku mulai mengerti, mengapa ayah tidak menyelesaikan cerita tersebut di kelas, mengapa sebuah sejarah akan kehidupan sebelumnya seolah sulit di dapat. Peengetahuan tentang dunia luar benar-benar di cekal. Dan Sejarah masa lampau pun tak diperkenankan lagi berhubungan dengan masa kini.
Setelah kematian Ayahku, aku mulai merenungi hidupku. Apa yang akan aku lakukan setelah ini. Aku bahkan belum membicarakan hal tentang keinginanku mendaftarkan diri ke Pasukan Pengintai. Tapi mengingat beliau yang tanpa ragu menceritakan tentang sejarah yang dia ketahui kepada anaknya sendiri, meskipun itu sama saja membahayakan dirinya sendiri… Kupikir, pilihanku tidak salah.
Kupikir, mulai sekarang, aku akan mendedikasikan hidupku untuk membuktikan kebenaran Teori yang dimiliki Ayahku.
Beberapa tahun berlalu, aku sudah menghabiskan waktu ku di sekolah. Saat ini umurku 15 tahun. Sudah saatnya aku lebih focus menata masa depanku. Tentu saja, aku mendaftar ke Pasukan Pelatihan bersama teman sekolahku yang bisa di bilang adalah kawan ku yang paling dekat, Nile.
Pagi itu, di lapangan markas Pasukan Pelatihan, para kadet baru yang akan dilatih menjadi seorang perwira di kumpulkan di sana. Aku melihat berbagai macam orang baru disini. Tentu saja, mereka juga datang dari berbagai tempat. Jantungku berdebar, bersamaan dengan itu, aku merasa semangat.
Pasukan Pelatihan yang betugas langsung untuk melatih para kadet sedang memperkenalkan dirinya, kemudian dengan suara lantang, yang bisa disebut seperti membentak, menanyakan satu persatu identitas para kadet. Sepertinya di beberapa sisi, dia mengincar orang yang polos dan seperti masih belum yakin dengan pilihan hidupnya.
"KAU! YA! KAU! DENGAN KACA YANG KAU PAKAI DIMATAMU! SIAPA KAU!"
"S-saya Hanji Zoe!"
Setelah dia menanyakan beberapa pertanyaan dengan nada yang sama, para kadet yang sebarisan dengan korban yang di Tanya akan di suruh menghadap kebelakang. Aku masih belum dapat menangkap mengapa dilaksanakan hal seperti ini. Namun dari kelancaran pelatih dalam mengetes para kadet, sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan.
Setelah latihan hari itu, makan malam pun tiba. Aku makan bersama Nile, dan beberapa kawan baru yang ku kenal hari itu. Salah satunya adalah Mike Zacharius. Orang yang aneh. Dia sempat mencium bauku beberapa kali kemudian tersenyum dengan aneh. Salah seorang kadet yang terlihat selalu berjalan bersamanya berkata kepadaku,
"Biarkan saja, dia memang begitu. Dia tetap Jinak kok"
Kemudian tertawa setelah mengatakan itu. Beberapa kadet yang ada di sana awalnya sedikit sombong. Kebanyakan dari mereka yang bersifat seperti itu begitu adalah orang-orang yang memiliki posisi dalam kehidupan sehari-harinya, dan berniat untuk masuk ke Polisi Militer, dan mendapatkan hidup nyaman dan menjaga gengsi mereka.
Setelah bel makan malam yang kedua berbunyi, artinya semuanya harus sudah selesai makan dan kembali ke asrama masing-masing untuk beristirahat dan kembali menjalani latihan keesokan harinya. Dan begitulah hari-hari tersebut berlangsung di tempat pelatihan. Latihan keseimbangan, latihan fisik, kecepatan, ketangkasan, kepintaran, maneuver 3D, menyayat leher Titan, Teamwork, dan sebagainya mulai saat itu menjadi makanan sehari-hari.
Pada saat itu, hari minggu adalah satu-satunya hari libur yang bisa di dapat para kadet. Hari istimewa yang digunakan untuk istirahat, atau sekedar berjalan-jalan dan menjenguk keadaan rumah. Namun tak setiap minggu para kadet di pasukan pelatihan ini pulang. Kebanyakan dari mereka jalan-jalan bersama para kadet yang lain untuk memperakrab diri satu sama lain.
Aku tetap bersama Nile, yang kembali mengajakku untuk minum. Walaupun sebenarnya aku tidak minum. Tapi, aku menyukai saat-saat dimana aku bertukar pikiran dengannya. Walaupun tidak terlalu penting, tetapi setelah itu, terkadang aku menemukan pencerahan. Hingga saat itu tiba. Kami pergi ke sebuah bar yang lumayan cukup ramai. Entah dari mana Nile tahu bahwa bar tersebut adalah yang terkenal di sekitar sini. Kami berdua memasuki bar tersebut dan memesan beberapa minuman. Mengobrol sebentar, kemudian datanglah seorang wanita cantik, dan anggun, mengantarkan pesanan kami. Mulai saat itu, bar tersebut tak pernah absen dari daftar kunjungan kami.
Entah sengaja atau tidak, kami selalu sama-sama bersepakat untuk pergi ke bar itu setiap minggu, atau terkadang 2 minggu sekali. Tak ada satupun dari kami yang menyebutkan alasannya, namun hatiku sendiri tahu, bahwa pelayan yang ternyata bernama Mary tersebut merupakan gadis yang ku idam-idamkan.
Setahun setelah itu, aku mendapati Nile memutuskan akan memilih Polisi Milliter sebagai pilihannya. Aku sempat menyayangkan hal itu, karena dialah orang pertama yang telah membagunkan semangatku untuk bergabung dalam Pasukan Pengintai. Aku menanyakan hal ini padanya.
"Kenapa, Nile?"
"Ini pilihan hidup, Erwin. Aku memutuskan untuk masuk ke Polisi Militer dan akan menjaga Mary. Aku sudah memikirkannya tiap malam, kurasa ini keputusan yang tepat."
"Tapi, bukankah kita sama-sama memutuskan masuk Pasukan Pengintai?"
"Aku tidak bisa lagi memikirkan alasanku untuk memilih Pasukan Pengintai. Aku sadar kelak meskipun aku mendapat segalanya di dunia yang berada di balik dinding ini, ada satu hal yang tak akan bisa kudapatkan dan aku akan menyesal seumur hidupku."
Awalnya aku tidak mengerti apa yang di bicarakannya. Hingga akhirnya hari kelulusan kami sebagai kadetpun mengakhiri cerita pelatihan kami. Nile benar-benar memilih Polisi Militer. Dan kini aku kembali sendiri, dalam pegangan kepercayaanku.
Aku masuk kedalam Pasukan Pengintai bersama beberapa kadet, dua diantaranya yang ku kenal karena keunikannya adalah Hanji Zoe dan Mike Zacharius. Tak butuh waktu lama, aku cukup akrab dengan mereka. Pimpinan Pasukan pengintai yang kala itu di pegang oleh Komandan Keith Shardis, secara hangat namun tegas menyambut bergabungnya kami ke Pasukan Pengintai. Tak lama setelah itu, debut pertama kami dalam Ekspedisi keluar dinding pun dimulai!
TO BE CONTINUE
Reviewlah untuk chapter 2 yang lebih baik. #EdisiSokBijak. :D
Chp2 publish kira-kira seminggu lagi! :3
