Wow, ini fict Fi yang pertama di Fandom Naruto.
Mohon bimbingannya, para senpai yang baik hati… ^^
R&R please….
Help Me
A Naruto Fanfiction by FV
Naruto ©Masashi Kishimoto
Awan hitam tampak menyelimuti langit Desa Konoha, membuat hari ini menjadi gelap, padahal hari belum malam. Tak lama kemudian langit pun menangis, menjatuhkan jutaan tetes air ke bumi Konoha. Hujan kali ini begitu deras, angin pun bertiup kencang disertai kilatan petir. Jalanan terlihat lengang, orang-orang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah, berbagi kehangatan dengan anggota keluarga di hari yang hujan ini. Namun agaknya cuaca ini tidak dapat mempengaruhi salah seorang pemuda untuk kembali ke rumah atau sekesar mencari tempat untuk berteduh. Uchiha Sasuke, mantan missing-nin yang kini telah kembali ke Konoha sedang meratap di sebuah gundukan tanah. Sudah lama ia duduk di situ bahkan hujan pun tak mampu mengusirnya dari tempat tersebut.
"Itachi, kenapa kau melakukan semua ini. Kenapa, hah!" Sasuke berteriak, berharap Itachi yang sudah meninggal bisa mendengar dan menjawab setiap perkataannya. Ia menangis, tangannya sesekali mengambil tanah untuk ia remas sebagai bukti kekesalannya.
"Apa kau pikir aku akan menyesal setelah berhasil membunuhmu?" kini ia berkata dengan tenang, ia hentikan sejenak tangisannya, ia berkata sambil tersenyum palsu.
"Kau dengar, Itachi, aku tidak menyesal telah membunuhmu. Tidak, Itachi. Tidak!" Sasuke kembali meremas tanah dengan tangan kanannya, ia menengadahkan kepalanya sambil berteriak, air matanya pun kembali keluar, menyatu dengan setiap tetesan air dari langit yang menetes di wajah tampannya.
"Apa maumu, Itachi? Aku tidak mengerti. Aku pikir aku bisa tenang setelah membunuhmu. Tapi kenapa semuanya jadi seperti ini? Kau benar-benar bodoh, Itachi." Suaranya kini lebih pelan. Ia mulai bisa kembali mengendalikan dirinya.
Sementara itu, Hinata sedang berjalan dengan payungnya yang berwarna ungu. Ia hendak pulang setelah tadi latihan bersama Kiba dan Shino. Kiba dan Shino sudah pulang duluan sebelum hujan turun karena katanya mereka ada urusan. Jadi, kini Hinta berjalan sendirian di tengah hujan yang lebat ini.
Tapi di tengah perjalanan, tiba-tiba ia melihat sesosok laki-laki yang termenung di samping gundukan tanah. Hinata merasa khawatir dengan orang yang ia rasa sedang ada masalah itu, karena orang itu tetap mempertahankan dirinya di bawah guyuran hujan ini. Ia pun mendekat. Ia bisa melihat wajah orang itu, wajah tampan itu, orang yang terkenal begitu dingin, ya, dia adalah Uchiha Sasuke. Sasuke kembali berteriak dan menangis tidak jelas sambil meremas gundukan tanah di depannya. Entah apa yang dipikirkan oleh Hinata, tapi Hinata tetap mendekat, ia khawatir dengan keadaan Sasuke.
Setelah Hinata berada di samping kanan Sasuke, ia menepuk pelan bahu pemuda itu. "U-uchiha-san," sapa Hinata pelan. Sasuke tetap tidak menanggapi kehadiran Hinata. Ia terus menangis dan meratap. Hati hinata terenyuh, orang yang biasanya begitu tenang, begitu dingin, kini sedang menangis tak berdaya di tengah guyuran hujan. Orang yang luarnya begitu kuat, namun ternyata ada saat di mana ia begitu rapuh, seperti sekarang ini. Hinata tidak tega melihat pemandangan seperti ini.
"A-ano, U-uchiha-san ke-kenapa hujan hujanan seperti i-ini? Nanti U-uchiha-san bisa s-sakit," Hinata masih terus mencoba menyadarkan Sasuke dari kegiatannya. Sesaat kemudian Sasuke menghentikan kegiatannya, ia menengok ke arah Hinata dan menatapnya. Hinata merasa agak takut juga saat Sasuke menatapnya, ia takut kalau Sasuke marah padanya.
"Ma-maaf, kalau saya mengganggu," kata Hinata. Ia akan merasa bersalah jika kata-katanya tadi mengganggu Sasuke. Namun tiba-tiba Sasuke berdiri dan menubruk Hinata, memeluknya dengan erat. Hinata kaget dengan apa yang dilakukan Sasuke. Payungnya terjatuh seketika saat Sasuke menubruknya, pipinya pun memerah hebat saat dipeluk Sasuke. Ia tidak tahu harus bertindak apa. Kemudian Sasuke berkata, "Aku sudah tidak berhak hidup lagi. Kenapa Naruto malah membawaku kembali ke desa ini, kenapa dia tidak membunuhku saja? Kenapa?" Sasuke kembali menangis, dadanya bergemuruh menahan isak tangisnya. Semakin ia menangis, semakin ia memeluk erat Hinata.
Hinata masih membisu, ia tak bisa bergerak, wajahnya masih merah. Namun mendengar perkataan Sasuke tadi, Hinata berusaha membalasnya. Perlahan ia mengangkat tangannya, berusaha menenangkan Sasuke, membalas pelukan Sasuke, dan mengelus pelan punggungnya. "Si-siapa bilang Uchiha-san tid-tidak berhak hidup? Se-semua orang berhak m-merasakan hidup. Tindakan Naruto-kun it-itu b-benar, ka-karena ia adalah s-saha-bat Uchiha-san," kata Hinata sambil terus mengelus punggung Sasuke.
Sasuke diam sejenak, berusaha mencerna kata-kata Hinata. Entah mengapa ia begitu tenang dalam pelukan Hinata. Ia masih dalam posisinya memeluk Hinata, malah ia semakin kencang memeluk Hinata, merasakan harumnya tubuh Hinata. Mencium aroma lavender rambut panjang Hinata. Sementara Hinata begitu tidak nyaman dengan posisi mereka itu. Hinata berusaha melepaskan pelukan Sasuke, tapi Sasuke memeluknya dengan amat erat. Ia tak kuat untuk melepas pelukan Sasuke.
"Tidak. Sudah tidak ada gunanya aku hidup lagi. Aku sudah menyelesaikan misiku, membunuh Itachi. Dan sekarang aku benar-benar sendiri, tidak punya apapun dan siapa pun di dunia ini," kata Sasuke sambil menghirup udara dalam-dalam. "Tidak, Uchiha-san! Uchiha-san tidak sendiri. Naruto-kun, Sakura-chan, kami semua bersamamu. Kami semua sahabatmu, Uchiha-san," tiba-tiba Hinata berbicara dengan tegas tanpa gagap.
Kemudian Sasuke melepaskan pelukannya, Hinata bernafas lega, tapi kini ia berhadapan dengan Sasuke. Sasuke menatap Hinata dengan tajam, Hinata menunduk tidak berani membalas tatapan tajam Sasuke. Sasuke membalikkan badan, membelakangi Hinata. "Apa gunanya sahabat? Aku tidak percaya dengan persahabatan. Apa dengan sahabat aku bisa mengembalikan marga Uchiha? Ku rasa tidak. Sekarang hanya aku satu-satunya Uchiha yang tersisa. Tak berapa lama lagi pun Uchiha akan musnah dari dunia ini, jadi mati sekarang atau pun besok sama saja, Uchiha akan lenyap," kata Sasuke sambil kembali menengadahkan kepalanya ke langit dan memejamkan matanya.
Hinata masih tetap menunduk, ia sedang berpikir. "Ke-kenapa Uchiha-san j-jadi seorang yang m-mudah pu-putus asa? Yang a-aku tahu, Uchiha-san itu orang yang tidak mu-mudah menyerah," kata Hinata pelan. "Tahu apa kau tentang diriku?" kata Sasuke dengan dingin. Sasuke membalikkan badan dan kembali menatap Hinata. "A-aku memang ti-tidak mengenal Uchiha-san. T-tapi asal U-uchiha-san t-tahu, sahabat itu akan s-selalu setia, j-jika kita salah, m-maka sahabat akan memberitahukan y-yang benar. Jika ki-kita jatuh, sa-sahabat akan membantu kita u-untuk berdiri. Jika kita s-sedih, sahabat a-akan menghibur kita. J-jika kita kesepian, s-sahabat akan se-selalu menemani kita," Hinata mencoba menatap Sasuke, tapi baru beberapa detik Hinata kembali menundukkan kepalanya.
Mereka saling berdiam diri sejenak. Hujan masih terus turun, masih setia menemani mereka berdua. Sementara itu, Hiashi sangat cemas dengan putrinya. Kenapa sampai saat ini Hinata belum kembali, padahal jadwal latihan sudah selesai. Saat berangkat tadi pun Hinata membawa payung. Setelah Neji pulang dari latihan, Hiashi menyuruh Neji untuk mencari Hinata.
"Asal kau tahu juga, bukan aku putus asa atau menyerah tapi itu adalah kenyataan," Sasuke berhenti sejenak, air matanya meleleh. Memang air matanya tertutupi oleh air hujan, tapi wajah dan suaranya tidak bisa menutupi kenyataan bahwa Sasuke menangis. "Kenyataan bahwa Uchiha memang akan lenyap dari dunia ini untuk selamanya," lanjut Sasuke. "Kita tidak boleh menyerah pada kenyataan. Itu semua belum terjadi, jadi itu bukanlah kenyataan, itu hanya pemikiran Uchiha-san saja. Uchiha-san lah yang menentukan takdir Uchiha-san sendiri!" Hinata menatap Sasuke dan berbicara dengan tegas.
Sasuke diam memikirkan perkataan Hinata. Perkataan Hinata ada benarnya, memang benar ia bisa merubah kenyataannya itu. Hanya saja…. Apa mungkin? Sasuke kembali memeluk Hinata dan menumpahkan segala masalah di otaknya dengan air matanya dalam pelukan Hinata. Hinata tersentak kaget. Wajahnya kembali merah. Rasanya ia ingin pingsan saja. "Hinata…" kata Sasuke lirih. "A-ada ap-apa U-Uchiha-san?" jawab Hinata, ia benar-benar tak mengerti dengan sikap Sasuke. "Maukah kau membantuku?" tanya Sasuke yang masih memeluk Hinata. "A-aku ak-akan s-senang kalau bisa m-memban-tu U-uchiha-san," Hinata juga masih dalam posisinya, tapi kali ini ia tidak membalas pelukan Sasuke. Sejujurnya ia merasakan hangat dalam pelukan Sasuke di tengah hujan yang deras ini. Terkadang Hinata merasa merinding juga saat merasakan nafas Sasuke di leher jenjangnya.
"Benarkah?" tanya Sasuke dengan lemas. Tiba-tiba Hinata merasa aneh dengan pertanyaan Sasuke. "M-maksud U-uchiha-san a-apa?" Sasuke tidak membalas Hinata, namun ia semakin mengeratkan pelukannya. Tangan kirinya kini menyusuri setiap helai rambut Hinata. Hinata merasa ngeri, ia ingin melepaskan diri, tapi Sasuke justru menarik Hinata lebih dalam ke pelukannya. "Bantu aku mengembalikan Uchiha," kata Sasuke lirih namun masih terdengar jelas di telinga Hinata. Tampaknya Sasuke sudah dalam keadaan setengah sadar.
Hinata terdiam membisu, Sasuke masih terus memeluk tubuh Hinata dan membelai rambutnya. Pandangan Sasuke mulai kabur, tubuhnya melemah. Sasuke melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Hinata yang kini sudah sangat merah. "Bantu aku mengubah kenyataan itu, hanya kau yang bisa membantuku mengembalikan Uchiha," Sasuke kembali mengulangi perkataannya. Dengan cepat Sasuke menempelkan bibirnya ke bibir Hinata, memberi Hinata ciuman singkat dan Sasuke pun jatuh, ambruk ke tanah. Sasuke pingsan, energinya telah terkuras dengan semua jeritan dan tangisannya, apa lagi dengan cuaca seperti ini.
Sementara Hinata, ia masih berdiri mematung, ia tak percaya dengan kejadian singkat barusan. Pipinya memerah hebat. Tiba-tiba ia merasa lemas, kakinya tak kuat untuk menahan tubuhnya. Kepalanya terasa pusing, Hinata pun jatuh pingsan di atas tubuh Sasuke.
Lalu Neji, "Hinata-sama!" Neji menjerit memanggil Hinata begitu melihat sosok Hinata yang ambruk ke tanah. Setelah Neji menghampirinya, dilihatnya bahwa Hinata pingsan tepat di atas tubuh Sasuke. Neji membiarkan payungnya jatuh tergeletak hingga ia pun basah kehujanan, ia segera mengangkat Hinata dari tubuh Sasuke dan mendudukan Hinata di pangkuannya. "Hinata-sama! Sadarlah. Hinata-sama!" Neji menepuk pelan pipi Hinata, namun Hinata belum sadar juga.
Pandangannya kini tertuju pada sosok laki-laki yang pingsan di sampingnya. "Sasuke…!" Neji menggeram. Neji mengangkat tubuh Hinata dan menggendongnya. Neji berjalan meninggalkan Sasuke yang masih pingsan di bawah guyuran air hujan. Ia menggendong Hinata pulang, mereka berdua basah kuyup. "Neji-nii.." ucap Hinata lirih, matanya agak terbuka dan menyadari bahwa sekarang ia tengah berada di punggung Neji. Hinata mengeratkan tangannya yang melingkari leher Neji agar perasaannya lebih nyaman. Kini ia merasa aman dalam gendongan Neji. "Hinata-sama, tak kan ku biarkan Sasuke mengganggumu," balas Neji seraya tangan kirinya mengusap lembut tangan Hinata. Hinata kembali menutup matanya dan tertidur dalam perjalanan pulang.
-tbc-
Fict gaje macam apa ini? Entahlah, Fi hanya mencoba mencurahkan kerinduan Fi terhadap pairing ini…
Wah, kasihan Sasuke-kun ditinggalin pingsan di tengah hujan. Fi akan menjemputmu, Sasu-kun *plakk*
Minna-san, Fi minta kritik dan sarannya yach, lewat Review…..
