.

.

.

Matahari terbit dengan sempurna, sehingga sinarnya menyelinap masuk melalui lubang lubang pada jendela rumah yang tidak sengaja terbentuk.

Sinar itu memaksa Taehyung -yang sedang memejamkan mata dengan nyenyak- untuk membuka matanya malas. Rasa kantuk masih ia rasakan, pasalnya tadi ia baru tertidur 4 jam yang lalu.

Pria bersurai kecoklatan itu mengusap matanya perlahan, berusaha mengurangi mata lelahnya, Taehyung memandang ke setiap sudut ruangan kecil itu. Sampai pandangannya terhenti pada sebuah lemari berukuran sedang tepat di depan ranjangnya.

Tiba tiba hatinya terasa ngilu. Pria itu memejamkan matanya sejenak, tak lama butiran bening timbul di salah satu sudut matanya. Ia mulai mengatur nafasnya mencoba setenang mungkin.

Mungkin sudah sekitar 10 menit Taehyung tidak beranjak dari ranjang kecilnya, posisinya dari tadi hanya duduk sambil mengurut keningnya. Sampai kaki panjang Taehyung mulai menginjak lantai kamarnya. Ia menghela nafas dan mengambil sebuah botol kaca kecil di atas nakas.

Taehyung menggoyangkan botol tersebut membuat 2 butir kapsul menggelinding bebas di telapak tangannya. Ia menghela nafas lagi sebelum akhirnya menelan kedua kapsul tersebut tanpa bantuan air mineral, seperti menjadi hal biasa untuk Taehyung saat kapsul kuning itu melewati tenggorokannya.

Merasa sudah lebih tenang, Taehyung berdiri dan berjalan gontai menuju pintu kamarnya yang tidak bisa tertutup sempurna, Pintu dengan cat yang sudah mulai pudar dan lubang lubang yang dibuat oleh rayap memakan beberapa sisi pintu itu.

Taehyung memegang daun pintu itu dan menariknya perlahan membuat matanya sedikit menyipit karena sinar matahari yang sedikit menyolok .

"Jimin!" panggilnya dengan suara lirih.

Tak ada jawaban, Taehyung kembali memanggil nama itu dengan suara yang lebih keras.

"Kim Jimin!"

Namun yang empunya nama belum memberikan respon apapun.

Taehyung tidak perlu susah mencari keberadaan Jimin dalam rumahnya, toh rumah kecilnya memberitahu bahwa Jimin tidak ada di dalam rumah ini.

"Apa dia sudah berangkat ke sekolah?" Taehyung mengusap belakang lehernya dan kembali berjalan ke arah dapur yang terletak tidak jauh dari pintu kamarnya. "huh, sekolah ya.." Taehyung mendengus pelan sambil tersenyum mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Taehyung memutar keran air pada wastafel, ia berkumur dan menyegarkan wajahnya, Taehyung memandang pantulan wajahnya pada potongan kaca kecil yang menempel pada tembok rumahnya. Taehyung menggunakan kaca itu sebagai cermin. Disentuhnya dua goresan panjang yang terukir di pipinya, masih kemerahan.

Kini pandangan Taehyung beralih ke beberapa goresan dan lebam di dahi dan lehernya. Sedikit ringisan kecil ia keluarkan saat menyentuh goresan itu. Hingga ia tersenyum melihat pantulannya di cermin.

"Kapan kau pulang, Jimin-ah"

Taehyung duduk didepan pintu rumahnya, cuaca pagi ini memang cerah, tapi tidak menghalangi angin yang dengan asiknya memainkan surai coklat milik Taehyung. Ia terlihat menikmati semilir angin itu. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan Taehyung dipagi hari, ia hanya pekerja paruh waktu café bar yang buka saat menjelang malam.

Dia tidak sekolah melihat ia lebih mementingkan pendidikan adiknya ketimbang pendidikannya sendiri.

Ia beruntung adiknya, Kim Jimin adalah murid yang cukup pintar, setidaknya dapat membantu Taehyung meringankan biaya pendidikan Jimin yang sudah menginjak kelas 2 SMA. Ia sungguh bahagia memiliki adik yang sangat mengerti keadaan ekonomi mereka.

Mereka saling menyayangi walau kehidupan mereka terbilang sulit.

Taehyung yang hanya lebih tua setahun dengan adiknya terpaksa menjadi kakak sekaligus orang tua untuk Jimin. Ibu yang melahirkan mereka meninggal karena tabrak lari, dan ayah mereka yang menjadi aneh semenjak ibu mereka meninggal.

"Hyung, Aku tau kau harus bekerja di café itu, tapi segeralah pulang ke rumah karena aku takut jika Ayah datang ke sini"

Kata kata Jimin melintas di pikirannya. Taehyung menutup matanya. Menenangkan pikirannya.

Matahari sudah berada di atas bumi. Namun awan mendung menyembunyikannya. Tidak seperti pagi tadi. Sepertinya siang ini akan hujan.

Taehyung sudah mulai bersiap untuk mulai bekerja, café dan bar tempat Taehyung bekerja memang baru mulai buka jam 5 sore, namun ia harus membersihkan café itu terlebih dahulu.

"Apa Jimin membawa payungnya?" tanya Taehyung dalam hati.

Jujur saja melihat cuaca yang tiba-tiba berubah membuatnya kawatir dengan adik satu satunya itu.

...

Langkah kakinya ia percepat mengingat muka atasannya saat mengomel terlintas dipikirannya. Ia tidak ingin terlambat dan berakhir dipecat hanya karena mengantarkan sebuah payung.

Jarak antara rumah kecil mereka dan sekolah Jimin tidak terlalu jauh, cukup berjalan kaki 30 menit sekolah sederhana berpagar biru sudah bisa terlihat.

Taehyung melihat jam tangannya. "Aku harus segera sampai".

Taehyung terus berlari, kadang rasa pusing muncul kala ia terlalu lelah, menambah jumlah keringat yang mengalir di pelipisnya.

Namun, melihat pagar biru yang tinggal beberapa meter di depannya, ia dengan sekejap melupakan pening yang sempat mengurangi kecepatan berlarinya.

Taehyung mulai memasuki sekolah sederhana itu, tidak ada satpam yang menjaga di depan gerbang sehingga Taehyung dengan bebas masuk kedalam pekarangan sekolah. Ia mulai memainkan bola matanya mencari kelas dengan tulisan '2 - A'

Pandangannya beralih pada pria tinggi yang tidak sengaja melewatinya. Taehyung tersentak saat melihat wajah pria itu dari dekat. Dengan cepat ia menoleh dan menarik tangan pria yang baru beberapa detik melewati tubuhnya.

"Jungkook-ssi?" tanya Taehyung, tangannya mulai melepas pria itu saat pria itu -Jungkook- menoleh.

"Kau Jeon Jungkook kan? Kau satu kelas dengan Jimin kan?" Taehyung tersenyum.

Pria bernama Jungkook itu membulatkan matanya. Reflek ia menelan salivanya dengan paksa. Melihat senyum itu, entah kenapa ia merasa pilu.

"a.. emm.. Jimin.." Jungkook terbata bata, ia menundukan kepala, kedua maniknya tidak berani menatap mata Taehyung.

"Ada apa? Kau Jungkook kan?" Taehyung semakin yakin dengan dugaannya

"I-iya aku Jungkook. Aku sekelas dengan Ji-jimin"

"Syukurlah, aku sedang terburu buru, bisakah aku titipkan ini untuk Jimin? Hari ini tiba tiba cuaca jadi mendung, aku tak ingin Jimin kehujanan"

Taehyung memberika payung berwarna hitam itu pada Jungkook, memegang pundaknya kemudian berlalu begitu saja. "Suruh dia langsung pulang ketika kegiatan sekolah sudah selesai ya Jungkook-ssi!" Teriak Taehyung dari kejauhan, ia melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

...

Earphone ditelinga Taehyung selalu setia menemani dirinya saat menyelusuri jalan yang sudah gelap dan sepi. Bagaimana tidak? Ini sudah pukul 2 pagi, orang-orang sudah mulai memasuki alam mimpinya. Apalagi hujan yang turun beberapa jam yang lalu seperti menghentikan aktifitas mereka.

Namun tidak dengan Taehyung. Ia baru saja pulang dari tempat part timenya. Jarak dari tempat Taehyung bekerja ke rumahnya memang lebih jauh dibandingkan jarak ke sekolah Jimin.

Tidak telalu jauh jarak perbedaannya.

Sekitar 45 menit Taehyung berjalan, ia telah sampai didepan pintu rumah kecilnya. Dengan perlahan ia memasukan kunci dan memutar knop pintu berharap Jimin tidak terbangun mendengar suara pintu itu terbuka.

Taehyung berjalan pelan menuju saklar lampu hendak menyalakan lampu ruangan kecil itu, hingga akhirnya cahaya redup memenuhi semua ruangan.

Sepi.

Itu yang ia rasakan setiap pulang bekerja. Jimin yang sudah tertidur kala ia pulang dan Jimin yang sudah berangkat sekolah dikala ia bangun. Tidak sering mereka berbicara kecuali hari minggu saat Jimin libur.

Terus seperti itu hingga saat ini.

Taehyung berjalan menuju pintu kamarnya, ia terhenti ketika knop pintu sudah menyentuh tangan dinginnya. Taehyung terdiam.

"Aku tidak ingin membuatnya terbangun" gumam Taehyung pelan ketika mengingat beberapa minggu yang lalu Jimin berkata bahwa minggu ini adalah masa-masa ujian praktek yang sangat melelahkan.

Taehyung tau, Jimin berusaha keras untuk mempertahankan nilainya demi mendapatkan beasiswa di sekolahnya. Taehyung sangat mengerti perjuangan Jimin. Ia pun juga harus berjuang.

"Aku akan tidur diruang tamu saja kalau begitu" lanjut Taehyung sambil berjalan ke arah meja makan yang ada di ruang tamunya.

Taehyung meletakan kepalanya diatas meja. Ia menangis sampai akhirnya tak sadar ia sudah terlelap.

Pagi ini tidak secerah kemarin. Udara lembab yang dingin masih mendominasi. Taehyung terbangun saat merasakan pegal di pinggang, tangan dan kepalanya mengingat Taehyung tidur dengan posisi duduk.

Ia merenggangkan badan kurusnya dan menguap lebar. Ia mengusap matanya yang sembab dan bengkak. Rasa pusing yang setiap pagi menemaninya selalu muncul beberapa menit setelah Taehyung membuka mata.

Taehyung berjalan gontai, membuka pintu kamarnya perlahan. Ia masuk ruangan kecil itu menuju nakas yang berada di samping ranjangnya.

Sebelum mengambil botol kaca yang berisi kapsul kuning itu, Taehyung menatap ranjang kosongnya yang sudah tertata rapih. Seprainya pun tidak kusut dan bantal satu satunya itu sudah tergeletak rapi di atas ranjang.

"Kenapa kau tidak bangunkan aku Jimin-ah" gumamnya dalam hati dan segera meneguk dua kapsul kuning yang sejak tadi diam di telapak tangannya.

Taehyung melihat lemari di depan ranjangnya, dan melihat payung hitam yang biasa mereka letakan disitu sudah tidak ada,

"Syukurlah hari ini Jimin membawa payungnya" ucapnya sambil tersenyum.

Pukul 3 Sore.

Hari ini entah kenapa dewi fortuna berada dipihaknya, Taehyung berlari menuju rumahnya sambil terus tersenyum. Ia tidak akan lupa ucapan bosnya tadi.

"Hari ini kau bersihkan saja Café dan Barnya lalu pulang. Ajussi akan menggunakan tempat ini untuk reuni SMA. Jadi kau boleh pulang. Tapi jangan lupa besok kau harus membereskan sisa pesta hari ini sebelum aku membuka kembali cafenya" ucap bosnya sambil memegang pundak Taehyung.

Senyum Taehyung terus bersemi di bibirnya menemani langkahnya yang berlari dengan cepat. Ia sudah kelewat senang.

"Terimakasih.. terimakasih.. terimakasih"

kata kata itu yang terus ia ucapkan, tidak peduli peluh yang sudah mengalir melewati pelipisnya.

Bagaimana Taehyung tidak gembira, sang bos menyuruhnya pulang di waktu yang sangat tepat. Membiarkannya pulang lebih awal hari ini. Ia terus tersenyum mengingat hari ini adalah hari spesial bagi Jimin.

Ia tidak akan lupa itu.

Jauh-jauh hari Ia sudah berencana minta izin pada bosnya untuk pulang lebih awal hari ini, ia ingin merayakan ulang tahun Jimin. Mengingat Taehyung selalu pulang jam 2 pagi sehingga Ia sering mendapati Jimin yang sudah tertidur, pagi pun ia tidak berjumpa hingga hari minggu sudah terlalu basi mengatakan ucapan selamat pada Jimin.

Namun tanpa disangka bos killer itu secara tiba tiba menyuruhnya pulang.

Betapa bahagianya Taehyung saat ini.

Langkah Taehyung terhenti di depan pintu toko kue dan masuk ke dalamnya. Ia memilih beberapa kue ulang tahun yang berjejer rapi didepannya.

"semua kuenya cantik" gumamnya sambil tersenyum.

Ia tidak membeli kue berdasarkan cantiknya, matanya terus mengamati jejeran harga yang tertulis di bawah kue-kue itu. Ia mencocokan nominalnya, berharap ada harga yang pas dengan isi dompetnya.

"Berikan aku lilin dengan angka satu dan tujuh"

Taehyung tersenyum dan memberikan 3 lembar 5000 won kepada kasir lembar uang yang dia kumpulkan demi hari ini.

Kue yang ia beli memang tidak besar tapi ia berharap Jimin tidak melihat dari besar kecil kue yang ia berikan.

Knop pintu rumahnya terbuka. "Jimin-ah! Aku pulang" teriak Taehyung.

"Jimin-ah" Ia kembali berteriak.

Suasana rumah mereka memang sepi melihat hanya dua remaja sibuk yang menghuni rumah itu.

Ia meletakan kue yang baru dibelinya diatas meja makan. Membuka isinya, dan meletakan lilin berangka 17 itu diatas kue.

"Pasti dia pulang terlambat karena ujian praktek" Taehyung mengambil pemantik api yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan meletakannya disamping kue itu.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam Taehyung menunggu. Namun sudah dua jam ia meletakan kepalanya diatas meja, ia belum mendengar pintu rumahnya terbuka.

"Kapan kau pulang Jimin? Apa kau mulai membenciku sekarang?" pipinya masih menyatu dengan meja.

Pikirannya mulai mengingat percakapan yang terjadi setahun lalu di hari minggu.

Flashback on

Taehyung terbangun dari tidurnya, sedikit tersentak mendapati ranjang kosong di sebelahnya. Ia langsung beranjak dan membuka pintu kamarnya. Mendapati Jimin yang sedang mencuci tangannya di wastafel.

"Selamat ulang tahun Jimin-ah"

"Terimakasih hyung, tapi ulang tahunku sudah 5 hari yang lalu" Jawab Jimin tersenyum dan berlalu melewati Taehyung yang terdiam di depan pintu.

Jimin masuk ke kamarnya. Kamar yang sama dengan Taehyung.

Taehyung menoleh setelah beberapa detik terdiam, mendapati Jimin sedang membuka lemari nya yang ada di depan ranjang mereka, mengeluarkan beberapa baju dan memasukannya ke dalam ransel usangnya.

"Maaf"

Taehyung menghampiri Jimin. "Maaf karena selalu terlambat"

Jimin menggeleng pelan, tangannya masih sibuk memasukan beberapa peralatan ke dalam ransel.

"Aku tau kau sibuk, hyung. Aku mengerti" Jimin mengukir senyum di bibirnya. "Aku akan menginap di rumah Jungkook malam ini, kami ada tugas kelompok"

Taehyung hanya terdiam saat Jimin mulai mendekatinya dan memeluknya "Jangan terlalu lelah, hyung. Aku akan berusaha jadi adik yang bisa kau banggakan nanti" Jimin berbisik di telinga Taehyung dan kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah.

Sampai terdengar suara pintu tertutup sempurna. Air mata Taehyung mengalir membasahi pipinya.

Flashback end

Tok.. tok.. tok

Taehyung tersadar dari lamunannya mendengar suara itu. Senyumnya kembali Ia ukir di bibirnya. Tangannya sibuk menyalakan lilin sambil beberapa kali menoleh ke arah daun pintu yang masih tertutup rapat.

Taehyung segera melangkahkan kakinya kearah pintu hendak membukakan pintu untuk adiknya. Sampai suara asing terdengar dari balik pintu itu.

"Hyung.. Tae Hyung!" teriak orang di sebrang sana.

Taehyung terdiam mendengar suara asing yang telah melewati pendengarannya. "itu bukan suara Jimin" ucapnya. Namun ia tetap membuka pintu.

Bukan tubuh pendek Jimin yang ia lihat, melainkan pria jangkung yang sekarang berdiri didepannya.

"Jungkook?"

"Maaf hyung, saat pulang sekolah aku melihat mu menuju ke rumah. Jadi aku pulang dan segera mengambil ini." Jungkook mencari cari sesuatu dari ranselnya.

"Wah. Kebetulan sekali kau datang" Taehyung tersenyum gembira.

Ia menarik tangan kiri Jungkook menyuruh nya untuk masuk ke rumah kecil itu dengan paksa. "Kita bisa merayakan ulang tahun Jimin bersama"

Jungkook semakin menundukan kepala saat ia sudah menemukan benda yang ingin dia kembalikan. Itulah tujuannya datang ke rumah ini.

"Maaf hyung, aku hanya ingin mengembalikan ini" Jungkook memberikan sebuah payung lipat kecil berwarna hitam.

Senyum Taehyung luntur, ia menatap lirih payung hitam yang masih dipegang Jungkook. Tiba tiba cairan bening menggenang di matanya. Ia tidak ingin memejamkan mata, Ia tidak ingin cairan itu mengalir jatuh melewati pipinya.

"Kenapa kau tidak memberikannya pada Jimin? Kemarin itu hujan deras dan kau membiarkannya kehujanan?"

Taehyung sedikit meninggikan suaranya. Wajah Taehyung terlihat memerah sekarang.

Jungkook mencoba mendongakkan wajahnya, mencoba melihat Taehyung yang dari suaranya terlihat marah. "hyung, berhentilah—" ucapan Jungkook terhenti melihat goresan luka yang sudah mulai kecoklatan. Tiba tiba hatinya tersayat melihat goresan itu.

"Hyung, Jangan seperti ini. Berhentilah" Jungkook berjalan menuju meja makan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, ia meletakan payung hitam itu diatas meja. Ia sedikit kaget melihat kue ulang tahun ada di sana. Jungkook mengehela nafas.

"Jangan selalu menunggunya pulang, atau jangan menganggap Jimin sedang berada di sekolah sekarang. Itu terlalu menyakitkan, hyung"

Setelah mengatakan itu Jungkook mempercapat langkahnya menuju pintu keluar. Ia tidak ingin masuk lebih jauh kedalam kesepian yang dialami Taehyung.

...

END ?

.

.

.

.

.

.

.

Ahahahaha maaf ya agak abal hehe

Ini bener bener ff korea pertama yang aku buat. Castnya memang sedang menggebu gebu di hati aku sekarang.

Fanfic ini tercipta karena 3 hari berturut turut dengerin lagu Come Back Home. Aku jadi mau buat cerita tentang kepulangan(?)

tapi sumpah ini ff agak abal karena dibuat sangat express. Itu terjadi karena ide ini meluap luap untuk keluar.

Maaf ya hasilnya gak memuaskan.

Jujur aku kurang berminat buat ff yang panjang, jadi untuk debut ff pertama aku hanya bikin one shoot.

Sekali lagi maaf jika penulisan ku ancur. Ini hal baru buat aku. Dan akan berusaha untuk memperbaiki setiap kosa katanya.

Terimakasih udah sempetin baca.

Udah dibaca ff abal ini aku udah seneng apalagi di review wkwkwk