Disclaimer:
Saint Seiya: The Lost Canvas © Teshirogi Shiori
Beyonders © Brandon Mull
Caharacters:
Aspros as Kaisar Maldor
Sisyphus as Pangeran Galloran
Warning:
BL, OOC, Typo dan kecacatan lain
—Beyonders—
Derap langkah memenuhi indra pengelihatan sang pahlawan terakhir Lyrian. Belenggu kuno pada rantainya seolah menggigiti pergelangan tangannya.
Entah racun apa saja yang sudah melewati kerongkongan sang Pangeran. Setelah melewati penyiksaan yang amat keji, Pangeran mau tidak mau mengakui bahwa pikirannya akhir-akhir ini sudah tidak jernih. Identitasnya hanya terasa semakin pudar. Matanya yang dulu tajam kini hanya berisi kekosongan dan kegelapan tanpa akhir.
Namun, tidak sekalipun sang Pangeran menjerit kesakitan. Dia mungkin bisa saja melawan seluruh penjaga di sekitar selnya mengingat kemampuan bertarungnya yang masih tersisa. Tapi, sang Pangeran memilih diam. Walaupun benaknya mulai mengeruh, Pangeran hanya akan diam sampai tujuannya tercapai.
Semua pengorbanan dari semua teman-temannya yang telah tewas tidak akan dia sia-siakan walau siksaan pada tubuhnya makin tidak manusiawi.
Sang penguasa Trensicourt hanya akan berbicara pada satu orang. Pangeran hanya akan berbicara di depan Kaisar. Untuk menyampaikan sederet kata endomic yang akan memusnahkan sang Kaisar untuk selama-lamanya. Kata yang akan membayar atas kematian orang-orang terdekatnya.
—Beyonders—
Waktu berlalu. Menit berganti jam. Akhirnya terdengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup kembali. Sisyphus hanya diam mendengarkan suara sekecil apapun yang melewati indra pendengarannya.
"Akhirnya kita berjumpa lagi." Sebuah suara yang tidak asing menyapa pendengaran sang Pangeran.
Pangeran tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hawa dingin tiba-tiba menyergap tubuhnya. Ingatan tentang sang Kaisar yang dulu pernah mengunjungi istana dan menawarkan persekutuan pun kembali ke permukaan. Sejak masih muda Sisyphus telah mempelajari gerak gerik Aspros, pria yang dianggap ayahnya sangat berbahaya.
"Aku telah berjanji bahwa suatu hari kau akan bertekuk lutut padaku." Kata Aspros dengan suara datar.
Sang Pangeran menggerakkan tangannya. Tanda bahwa dia merespon semua perkataan Kaisar. Disusul dengan dentingan rantai yang setia melingkari pergelangan tangannya.
Sisyphus ragu. Dia harus memastikan bahwa orang yang sedang berbicara di hadapannya ini adalah sang Kaisar, orang yang pernah ia temui beberapa tahun silam.
"Aku tidak berminat menyapa anak buahmu." Sang Pangeran akhirnya mengeluarkan kalimat pertamanya sejak sekian tahun dia bungkam. Kaget, dia tidak menyangka bahwa suaranya akan terdengar sangat parau dan lemah seperti itu.
"Pewaris Trensicourt akhirnya berbicara?" seru Aspros, "Padahal kau telah menghirup bahkan menelan substansi yang membakar kerongkonganmu. Sebuah kejutan kau masih mempunyai kemampuan untuk bicara. Kalau saja aku tahu kau hanya ingin bertemu denganku, aku mungkin telah mengunjungimu dari dulu."
Sang pangeran hanya diam. Dia terus mengulang sebuah kata dibenaknya. Dia tidak boleh gagal. Jika dia gagal, maka Lyrian akan jatuh sepenuhnya. Tidak akan lagi harapan untuk menggulingkan kekuasaan Kaisar.
"Aku sedih melihatmu seperti ini. Aku lebih suka melihatmu dengan pakaian yang bagus dan mengobati luka-lukamu. Aku pernah menawarkan persahabatan di masa lalu. Tapi kau mengabaikanku, bahkan menentangku dan mengajak yang olain untuk melakukan hal serupa."
"Kau tak akan pernah mendapatkan kesetiaanku." Usap sang Pangeran.
Kemudian terdengar helaan napas penuh sesal dari Aspros..
"Aku bisa saja mengangkatmu menjadi raja, mengembalikan penglihatannmu, dan menjadikanmu sebagai letnan utama di Felrook."
"Kau tau aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Lagipula, bagimana aku bisa tau jika ini benar-benar kau? Mataku buta." Sahut Sisyphus.
"Kau pasti mengenal suaraku." Kata sang Kaisar dengan geli.
"Bertahun-tahun yang lalu aku pernah memperlihatkan sebuah mainan saat kau dating berkunjung ke Trensicourt."
"Apakah ini semacam teka-teki?"
"Mainan seperti apakah itu?"
"Korsel dengan kuda yang bisa dicopot. Kau mencopot seekor kuda yang diglasir—kukira warnanya biru—dan mengajakku untuk ikut memainkannya."
Sang Pangeran hanya mengangguk tanpa suara. Hanya Kaisar yang tahu detailnya. Sedetik kemudian dia mengucapkan Kata yang telah diputar di benaknya berulang-ulang. Kata itulah yang membuat dia bertahan walaupun telah melalui siksaan tanpa akhir.
Namun, setelah menunggu beberapa detik dalam kegelapan, yang dia dengar hanyalah suara Aspros yang sedang terkekeh geli.
"Kata apa itu? Terdengar sangat aneh." Kata Aspros sambil terkekeh.
Sang pangeran bingung. Keseimbangannya mulai goyah. Dia mencoba mengingat-ingat Kata yang tadi diucapkannya tapi nihil. Sekali saja Kata itu diucapkan dengan lantang, maka Kata itu akan langsung terhapus dari ingatannya.
"Ada apa pangeran? Kau terlihat cemas." Aspros berkomentar.
"Harusnya Kata itu menghancurkanmu." Bisik Sisyphus. Dunia batinnya meredup menjadi tempat berisi harapan yang telah menjadi debu.
Sang Kaisar tertawa. "Ayolah, Pangeranku yang gagah, jangan kau piker aku tidak mengetahui segala yang kau sudah lakukan selama ini. Kau sudah mempelajari Kata dan aku tahu itu. Dan lagi, kita memang sedang bercakap-cakap tetapi bukan aku yang berada di hadapanmu. Aku menggunakan pelayanku sebagai perantara. Jadi, Kata itu tak akan berefek apa-apa pada kami berdua.
Sang Pangeran terpaku. Usaha terakhirnya untuk menyalamatkan Lyrian telah gagal. Penantiannya menunggu kesempatan untuk menyampaikan Kata di depan sang Kaisar kini sia-sia. Dia telah dipaksa menyampaikan Kata. Walaupun sudah mengantisipasi hal tersebut tapi ternyata Aspros berhasil mengakalinya.
"Aku tak akan pernah melayanimu. Aku tidak akan pernah mengkhianati seluruh rakyat Lyrian yang telah menggantungkan harapannya padaku." Walaupun menjadi hancur memang berat, setidaknya Sisyphus tetap menjunjung tinggi keadilan dalam dirinya.
"Baiklah. Harus kuakui kau musuhku yang paling berat. Tapi kau akan hancur disini. Kau mendapatkan kekagumanku, tapi bukan ampunanku." Terdengar suara langkah kaki disusul derit pintu yang tertutup bagaikan makam yang disegel untuk selamanya.
—TBC—
Fiuh.. Setelah bikin-apus dokumen, akhirnya dokumen yang keempat jadi. Kalau ada yang merasa kata-katanya persis kayak yang di novel… itu memang copas. /dor sebagian sih. Karena jujur saya suka beberapa part yang saya copas jadi saya rasa harus dimasukin kesini biar feelsnya kerasa.
Cerita ini berdasar dari novel Beyonders kaya Brandon Mull. Beberapa part bakal beda sama novel aslinya demi kelancaran cerita dan imajinasi author.
Buat alasan kenapa milih Sisy jadi si prince karna pas baca entah kenapa langsung kebayang Sisy. Alasan kenapa pilih Aspros jadi Maldor karna… saya suka AsprosxSisy /dorlagi Itu salah satunya dan alasan lain karena aura mereka sama(?)
Yosh. Beberapa info yang harus disampaikan adalah "Kata" mungkin bakal ada yang bingung karena ada yang huruf depannya capital, ada yang nggak. Jujur itu bukan typo. Ada beberapa "Kata" itu maksudnya sebutan. Ng… pokoknya gitu.
Oke, cukup spamnya. Saya baru disini jadi mohon batuannya. Feel free buat kritik dan saran. Saya sangat menghargai itu.
Salam hangat,
Rim.
