Naruto © Masashi Kishimoto

Girl on the Flower Hill © Cerra Vige

Warning : AU, (maybe) typos, little bit OOC, etc. don't like don't read.

"Itu Sasori…"

"Pssst…katanya dia itu…"

"Kya~ Sasori senpai!"

"Cih, sok sekali tampangnya."

"Berandal."

Yah, beberapa kalimat seperti itu selalu kudengar setiap pagi. Oh hai, aku Akasuna Sasori. 18 tahun. Aku bersekolah di Konoha High Scgool kelas 12. Kenapa aku dibicarakan banyak orang? Dengan tampangku yang katanya diatas rata-rata ini, aku selalu dibilang pembuat onar, berandal dan sebangsanya. Padahal aku tidak pernah mencari masalah duluan. Aku hanya menanggapi jika ada yang menantangku. Laki-laki tidak boleh lari dari tantangan kan? Dan mungkin juga karena rambutku yang berwarna merah ini menjadikan stereotype berandal melekat padaku.

'Kutunggu kalian di gudang. Kita lanjutkan yang kemarin' – Shinku

Kertas merah jatuh dari lokerku ketika aku membukanya. Tch, belum kapok juga mereka. Sungguh berani menantang Akatsuki untuk yang kedua kalinya.

Akatsuki? Sebenarnya tidak bisa dibilang geng juga. Akatsuki hanya kumpulan anak-anak yang memang tumbuh bersama. Aku dan ke-9 temanku yang lain sudah berteman sejak di taman kanak-kanak. Dan yah…8 diantaranya memiliki kemampuan bela diri diatas rata-rata. Dan kebetulan kami semua sekelas, kecuali Tobi yang masih duduk di kelas 11. Tapi sepertinya itu kebetulan yang direncanakan.

"Sasori, unnnn!"

"Yo, Dei," jawabku sambil terus berjalan. Dia Deidara, salah satu anggota Akatsuki. Walaupun tampangnya Bishounen seperti ini, tapi ia mengerikan saat berkelahi.

"Itu apa un?" Deidara menunjuk kertas di tanganku.

"Ini? Kertas tantangan dari Shinku."

"Yang benar un? Lihat, un!"

Deidara merebut dan mebaca kertas itu lalu tersenyum seperti psikopat. Tuh kan benar. Sebenarnya diantara 8 orang yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, hanya dia dan satu orang lagi yang memiliki nafsu berkelahi yang tinggi.

Greeek.

Aku membuka pintu kelasku lalu berjalan ke meja bagian tengah kelas.

"Ohayou Sasori-senpai!" Laki-laki bertopeng dan membawa lollipop berlari menghampiri mejaku.

"Hai Tobi. Sedang apa kau disini? Sana kembali ke kelasmu!"

"Hiks…Sasori senpai jahat. Eh? Kertas apa itu senpai?" Tobi menunjuk kertas di tanganku.

"Oh ini-"

"Tobi lihat ya!" Kouhai yang satu ini langsung menyambar si kertas dari tanganku. Dasar tidak sopan.

"Waaaah! Pein senpai! Konan senpai! Hidan senpai! Kakuzu senpai! Itachi senpai! Kisame senpai! Zetsu senpai! Dei senpai! Lihat ini!" (capek gak ya si Tobi nyebut nama sebanyak itu? -_-)

Tobi berlari ke meja belakang dan menghampiri anggota Akatsuki yang lain.

"Senpai tachi! Lihat deh!" Tobi melambai-lambaikan kertas di tangannya.

Baiklah, sepertinya aku akan pulang sore hari ini.

.

.

.

Tuh kan benar. Pulang sore bonus memar-memar di wajah dan beberapa bagian tubuh yang nyeri. Bodohnya aku tidak fokus saat perkelahian tadi. Tapi Akatsuki tetap menang!

"Haah kenapa halte bus jadi terasa jauh sekali siiih," keluhku sambil menyusuri jalan.

Daerah yang kulewati ini adalah daerah pinggiran Konoha, tapi tidak terlalu jauh dari sekolahku. Yah, sebenarnya daerah ini cukup bagus sih. Di kanan-kiri jalan terdapat bukit-bukit kecil yang ditumbuhi bunga dan sungai yang jernih. Waktu kecil tempat ini jadi tempat bermainku.

Bunga yang tumbuh di bukit-bukit itu hanya yang berwarna putih, entahlah apa namanya. Putih-putih-putih-pink-pu- eh? Pink?

Aku berjalan menghampiri 'sesuatu' yang berwarna pink itu. Penasaran.

Sedikit lagi….dan, Oh My Jashin. Itu manusia. Perempuan. Sedang tidur. Berambut pink. Cantik.

Ia tertidur di tengah-tengah hamparan bunga. Ia mengenakan dress putih polos. Kulitnya putih bercahaya karena terkena pantulan sinar matahari sore.

'Cantiknyaaaa. Sepertinya ia seumuran denganku.'

Aku memperhatikannya dengan seksama. Hei? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Berdiri seperti ini?

.

.

.

Baiklah, sepertinya duduk di sampingnya dan melihat matahari sore adalah ide yang bagus.

.

.

.

Kulirik jam tanganku dan ternyata sudah pukul 05.40 PM. Aku menghela nafas. Bus yang terakhir akan dating 10 menit lagi. Aku pun bangkit dari dudukku dan membersihkan rumput yang menempel di seragamku.

Si gadis pink ini masih tertidur.

"Aku pulang dulu ya, pink." Aku tersenyum tipis lalu menaiki bukit dan berjalan kembali ke halte.

Tanpa Sasori sadari, mata si gadis pink ini terbuka sesaat setelah Sasori berbalik. Dan si gadis pink ini tersenyum manis.

Apakah Aphrodite akan mengirim anak buahnya untuk kedua orang ini?

T B C

A/N: Hnn…Sakura ga dapet dialog sama sekali di sini hehehe. Maaf kalau pendek! Thanks for reading and….review please?