Disclaimer
Naruto and all character belong to Masashi Kishimoto
Story, script, theme, setting, scenario(gak beda ama script ya?), etc, etc, are Wongfu production's not mine.
Warning: AU, OOC
.
.
.
.
'Strangers, again'
.
.
.
Sebuah rumah minimalis dengan tatanan vintage di bagian dalamnya terlihat begitu menawan. Pada salah satu meja buffet terlihat dua dan lebih bingkai foto tertata di atasnya, tampaknya foto itu adalah foto sepasang kekasih. Yang berbingkai tokoh stitch mempertunjukkan seorang pemuda berambut kuning jabrik tersenyum lebar, di sampingnya seorang perempuan berambut merah muda melakukan hal yang sama, tersenyum begitu lebar sampai-sampai bola mata emeraldnya hampir tidak terlihat karena matanya kian menyipit. Foto pada bingkai lain tidak jauh berbeda, masih menyiratkan kemesraan sepasang kekasih tersebut.
Lamat-lamat terdengar suara dari lantai atas.
"Kita hanya membuang-buang waktu," suara khas laki-laki lebih dulu terdengar, kemudian disusul suara bernada sopran wanita,"Dan aku tahu sekarang kau berpikir aku bodoh,"
"Aku tidak berpikir seperti itu Sakura," sedikit terselip helaan napas dari kalimat laki-laki itu, dia terlihat lelah beradu argumen.
"Kau tidak mengatakannya, tapi aku tahu kau berpikiran begitu,"
"Well, tentu saja aku berpikir seperti itu sekarang. Semua ini bodoh!"
"See?" Perempuan itu sedikit menaikkan nada bicaranya.
"See what? Benar kan! Siapa peduli jika aku ingin pulang duluan? Meski kau nyaris mengenalinya, dan kau marah padaku?"
"Ya! Karena kau berpikir aku mengganggumu,"
"Oh my God... Ini bahkan bukan mengenai kita. Ini mengenai kau dan teman kerjamu yang membosankan, yang kau pikir sangat penting untuk pergi mengunjunginya karena dia tidak punya teman— jika kita pergi termasuk hitungan. Kita tidak harus tinggal berjam-jam!"
Sakura mengambil cardigan kuning cerahnya, lalu mengenakannya sementara pemuda di depannya berbicara panjang lebar. Ia memandangi sebal wajah pemuda berambut senada dengan warna cardigan yang ia kenakan,
"Tapi semua ini tentang kita! Tentang kau harusnya mengerti apa yang terpenting untukku,"
"Mencicipi homemade potato salad dan bermain scrabble penting bagimu?"
Perempuan bernama Sakura berjalan meninggalkan pemuda yang memasang raut wajah takjub— ia pergi mengambil tas kain-nya di meja tak jauh dari mereka. Dan berjalan kembali melewatinya—
"Ini bodoh," —untuk mengambil barang-barangnya yang lain.
Menggeram frustasi,"Itu yang baru saja aku katakan!" pemuda itu berujar jengkel. Rasanya pembicaraan mereka hanya berputar-putar di satu titik.
"Kau— yang bodoh," Sakura menyela. Mendekatkan wajahnya ketika pemuda itu baru berbalik menghadapnya, sedetik kemudian ia pergi lagi, melanjutkan kegiatan yang tertunda. Menarik napas sabar, pemuda itu kembali berujar,"Kau tahu, aku akan membiarkan yang satu itu. Bisakah kau hanya memberitahuku apakah kita bisa pulang lebih dulu atau tidak, please?"
"Naruto, kau yang beritahu aku," Sakura berhenti lagi di depannya. Menekankan satu kata, setelah puas mondar-mandir mengambil barangnya, ia beranjak pergi, meninggalkan Naruto menggeleng-gelengkan kepala, wajahnya tidak percaya, ia sedikit menggumam pelan,"Apa?" lalu menyusul Sakura di bawah, gadis itu sedang memakai flat shoes-nya.
"Dengar, aku minta maaf. Bisakah kau memutuskan dan aku akan melakukan apapun?" Naruto menyenderkan badannya di tembok. Selesai memakai sepatu, Sakura memandang lurus ke depan, ia menyibak poni sampingnya ke atas,"Tidak Naruto, tidak kali ini. Aku tidak akan memberitahukanmu apa yang harus kau perbuat, karena kau akan menggunakannya untuk melawanku dengan berkata 'aku selalu melakukan apa yang kau katakan'. Tidak lagi,"
Usai berbicara, Sakura melangkah keluar, ia berjalan pulang kembali ke rumah, Naruto mengekor dari belakang, ikut keluar dari rumahnya.
"Hey! Yang satu ini bukan kesalahanku, tidak ada alasan untuk ini."
Sakura berbalik, memandangi Naruto malas, ia memutar kedua bola mata hijaunya,"Ya, kau benar, tidak ada alasan untuk ini." dan ia kembali melangkah pergi.
.
Naruto POV
Semuanya tidak selalu seperti ini. Aku tidak ingat jelas kapan tapi aku tahu pasti kami tidak seperti ini. Dia seharusnya menjadi— Unicorn-ku. Kau tahu? Menakjubkan, crazy special. Gadis yang ku pikir tidak akan pernah ada. Tapi, seiring berjalannya waktu, dari stage pertama dari empat stage hubungan kami ke jenjang selanjutnya, jalan yang kami mulai dengan menyenangkan dan —innocent telah membawa kami kepada itu. Seperti kebanyakan orang, kisah kami berawal dari strangers. Thanks to shoelace actually.
.
.
.
(Naruto POV)
(Normal POV)
Stage 1: Meeting
"Permisi!" Naruto berteriak dari jauh memanggil-manggil seseorang yang berlari-lari kecil nun jauh di depannya. Namun, kelihatannya Naruto tidak dihiraukan, gadis berambut merah muda meneruskan larinya tanpa sedikitpun berpaling atau menoleh. Naruto mempercepat tempo larinya, begitu ia berdiri di samping gadis tersebut, ia sedikit terpukau pada wajah cantiknya.
"Ehm— permisi," ah, ternyata dia mengenakan headset, makanya dia tidak mendengar. Naruto mencolek kecil bahunya, membuat gadis itu terburu-buru melepaskan benda yang terpasang pada dua telinganya,
"Ya?"
Telunjuk Naruto mengarah ke bawah, memberi kode,"Tali sepatumu terlepas,"
"Oh! Thanks," gadis itu melempar senyum kecil, membuat pemuda berambut pirang makin terpesona. Mata safirnya tidak mau lepas dari sosok sang gadis, meskipun ia melanjutkan larinya.
"Tidak masalah! Aku— woah!"
Aku tidak merencanakannya dengan baik, walau aku sudah mencoba. Tapi, thank Goodness, kota ini belum membetulkan trotoar taman selama hampir lima tahun belakangan.
Gadis itu menyusul untuk menolong Naruto bangun,"Kau tidak apa-apa?"
"Ya, ya, aku baik-baik saja," berusaha tampil baik-baik saja padahal Naruto tidak dapat menyembunyikan wajah kesakitan seutuhnya. Ia tidak ingin memperburuk suasana, jadilah dia mengajak Sakura lari bersamanya.
Aku tidak memberitahunya bahwa ini adalah pertama kalinya aku lari pagi selama sembilan bulan terakhir dan entah bagaimana, kami mengakhirinya dengan hampir mencapai lima mil hari itu juga. Menyedihkan memang, ketika kalian melihat seorang pria yang rela melakukan apa saja untuk wanita yang tepat. Tapi semuanya terbayar karena aku mendapatkan nomor teleponnya.
Begitu sang gadis pergi setelah menyerahkan secarik kertas berisikan nama dan nomor handphone, Naruto sudah tidak sanggup menahan rasa lelah. Ia menjatuhkan diri ke hamparan rumput taman, berbaring dengan napas terengah-engah dan keringat yang terus bercucuran.
Kami sangat dekat pada hari itu. Yah, setidaknya itulah yang ku pikirkan. Aku pingsan untuk beberapa menit, namun ketika aku terbangun, aku mengingat kami telah membuat koneksi yang baik.
Naruto membuka kedua kelopak matanya, menampakkan dua pasang safir yang indah. Tangan kanannya mengangkat secarik kertas putih, lalu safirnya bergerak membaca torehan huruf di atasnya,
Sakura
08-11-XXXX-XX
Dari sana, kami melangkah ke stage selanjutnya, stage kedua. Beberapa mengatakannya bagian yang terbaik
.
.
.
.
.
To be continued
.
.
.
Author's note:
Seperti yg sudah sy tekankan di atas, jalur cerita ini berasalkan dari 'strangers, again' milik wongfu production. Sy hanya mengedit beberapa poinnya saja, mungkin ada yang sudah pernah nonton? Pasti tahu perbedaannya.
Review?
