BROKEN
BTS fanfiction
Real Life
Cast: BTS and other
Pair: KookV, Jungkook X Taehyung
Warning: BL, Real Life
BAB SATU
Aku hanya tidak bisa menyebutmu sebagai apa
Bisakah kau memberiku petunjuk?
"Tuan Jeon."
"Ya, Lisa?"
"Seluruh karyawan baru sudah berkumpul di lobi, Anda bisa menemui mereka sekarang."
"Tentu." Ujar Jungkook sembari tersenyum berdiri dari kursi kerjanya, menarik ujung jas yang dia kenakan untuk merapikan. Jungkook berjalan meninggalkan ruangannya bersama dengan Lisa mengekor di belakang.
Berjalan dengan penuh kebanggaan, di usia yang belum menyentuh kepala tiga. Jungkook sudah menjadi salah satu pengusaha yang disegani di seluruh Korea Selatan dan Asia. Sepatu hitam dari bahan kulit terbaik, terlihat mengkilat beradu dengan lantai marmer putih gedung kantornya.
Lobi panjang dan lebar dia lewati dengan rasa puas atas seluruh pencapaiaannya. Ia tersenyum ketika berpapasan dengan para staf karyawannya. Mereka yang berusia jauh di atasnya bekerja menjadi bawahannya. Terkadang, Jungkook akan tersenyum bangga sekaligus mengolok-ngolok nasib mereka yang tidak beruntung. Tanpa inovasi, tertinggal, dan bekerja untuk seseorang yang lebih muda, menggelikan.
Kedua langkah kaki Jungkook terhenti di tiga anak tangga terbawah, Jungkook memilih ruang kerja di lantai dua dari delapan dua belas lantai gedung yang dia miliki. Memandangi lobi gedung yang kini dipenuhi dengan para karyawan baru, karyawan yang akan magang selama tiga bulan ke depan sebelum menyetujui kontrak dan peraturan perusahaan.
"CEO dan Pemilik Vision Works, Tuan Jeon Jungkook. Perusahaan yang bergerak di bidang hiburan dan kosmetik kuharap kalian sudah mengetahui profil perusahaan secara detail." Ujar Lisa memperkenalkan Jungkook kepada puluhan calon karyawan baru.
Semua orang bertepuk tangan menyambut kedatangan sang pemimpin. Jungkook tersenyum puas, dadanya dipenuhi dengan rasa bangga sekali lagi. Kedua mata bulat gelapnya meneliti dengan cepat setiap wajah-wajah baru dari tempatnya berdiri.
Napas Jungkook tercekat, jantungnya berdetak menyakitkan di dalam rongga dadanya. Dari sekian puluh wajah-wajah baru. Dia bisa menemukan satu orang dengan mudah. Satu orang yang telah mengambil semua miliknya.
"Tuan..," suara Lisa yang terdengar merdu memanggil nama Jungkook. Seolah terdengar begitu jauh sekarang.
"Aku harus menyelesaikan urusan lain. Kuserahkan semuanya padamu."
"Tuan, menurut jadwal yang saya ketahui Anda baru memiliki jadwal pukul tujuh malam nanti."
Jungkook menoleh ke kanan, menatap Lisa tajam. "Aku yang menentukan jadwalku sendiri." Tegas Jungkook. Berbalik dan melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Ruang kerjanya.
Pintu ruang kerja sengaja Jungkook tutup dan kunci, langkah kaki gontainya membawa dia kembali ke kursi yang selama ini ia banggakan. Menduduki kursi itu dengan lesu. Sekarang, semuanya terasa sia-sia. Usahanya untuk menyembuhkan hatinya yang remuk, berubah percuma.
Enam tahun lalu ketika seluruh dunianya berubah. Bahkan setelah sekian lama, rasa sakit itu kembali dengan begitu mudah dan air matanya mengalir begitu saja. Kim Taehyung, Kim Taehyung, Kim Taehyung, hanya seorang Kim Taehyung yang berhasil menghancurkan hatinya.
Menghapus air matanya kasar, Jungkook menegakan tubuh. Menarik napas dalam dia tidak akan kalah lagi. Dia tidak akan kalah oleh Kim Taehyung dia tidak akan kalah oleh perasaannya. Semua perasaan yang dia rasakan hanya omong kosong. Tidak ada alasan untuk merasa hancur dan lemah.
.
.
.
Tubuh Taehyung seolah berubah kaku. Di atas anak tangga itu. benarkah Jeon Jungkook yang dia kenal berdiri di sana? Pemilik perusahaan ini adalah Jeon Jungkook. Dari sekian milyar manusia di bumi, mengapa dirinya harus bertemu dengan Jungkook. Ketika Jungkook memutuskan untuk pergi Taehyung mendengar suara bisik-bisik disekitarnya.
Kemudian seorang perempuan cantik yang mengiringi kedatangan Jungkook memberikan waktu selama satu jam kepada seluruh karyawan baru untuk menjelajah luasnya gedung kantor. Taehyung berjalan pelan menjauhi kerumunan. Ia melihat beberapa orang mencoba mencari teman, namun Taehyung tidak berniat untuk melakukan-apa hari ini.
Taehyung berjalan mengikuti papan petunjuk menuju kafetaria. sesekali dia tersenyum ketika berpapasan dengan karyawan lama kantor. kafe kantor seperti dugaannya besar dan mewah, sama seperti semua yang ada di kantor ini. Kafe tidak terlalu ramai, Taehyung menyapu seluruh sudut kafe melihat-lihat meja mana yang kira-kira tepat untuknya.
Taehyung berakhir duduk seorang diri karena semua karyawan baik yang baru atau lama terlihat sama tidak ramahnya. Dia malas untuk memesan apapun sekarang karena itu Taehyung memilih untuk menghubungi sang ibu. Tiga nada sambung sebelum suara ramah ibunya terdengar di seberang sana.
"Tae bagaimana hari pertamamu di tempat kerja baru?"
"Menyenangkan Ibu."
"Semoga kau bertemu dengan seorang gadis cantik nan baik, Ibu tidak menekanmu hanya saja Ibu harap kau menemukan orang yang tepat secepat mungkin."
"Ya, Ibu berdoa saja."
"Ibu harus menutup telponnya, semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa mengirim kabar."
"Ya Ibu."
Taehyung memasukan ponselnya ke dalam saku jas setelah sambungan dengan sang ibu berakhir. Selanjutnya dia memilih untuk mengamati keadaan di sekitar kafe perusahaan. Taehyung mengamati wajah-wajah asing yang semoga saja bisa menjadi teman dan saling membantu dikemudian hari.
"Kau duduk sendiri?"
"Ah!" Taehyung tersentak lantas mendongak untuk mendapati Jungkook berdiri di hadapannya, tersenyum miring.
Tanpa meminta izin Jungkook menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Mereka duduk berhadapan. "Bagaimana kabarmu?"
"Baik."
Jungkook tersenyum ia letakan dua kaleng soda ke atas meja. "Jangan canggung, kita teman." Taehyung bungkam, setelah perpisahan menyakitkan dulu apa mereka masih bisa berteman. "Semoga kau menikmati pekerjaanmu di sini. Selamat bergabung Kim Taehyung." Jungkook lantas mengulurkan tangan kanannya. Taehyung menyambut uluran tangan Jungkook.
Jungkook melangkah pergi setelah menepuk pelan pundak kanan Taehyung, pergi meninggalkan dua kaleng soda di meja Taehyung. Menelan ludah kasar Taehyung berniat untuk meninggalkan kafe sebelum suara tidak dia kenal menyapanya.
"Kau duduk seorang diri?" Taehyung hanya mengangguk lemah. "Kenalkan aku BamBam."
"Hai." Balas Taehyung.
"Dan aku Kim Jongdae."
"Aku Mark Tuan."
Taehyung berusaha tersenyum, dia harus bersikap ramah. "Kim Taehyung." Selanjutnya Taehyung menyadari jika seluruh perhatian tertuju padanya.
"Apa kau mengenal Bos kita?" BamBam menjadi orang pertama yang mengutarakan maksudnya, padahal dia yakin semua manusia di kafe ini penasaran mengapa bos mereka yang dikenal tegas bisa menyapa seorang karyawan baru.
"Tidak." Balas Taehyung.
"Kalau tidak saling kenal mengapa Bos kita menyapamu?" BamBam masih melanjutkan rasa ingin tahunya.
"Salah orang, dari jauh aku terlihat seperti teman Bos kita ternyata setelah didekati bukan." Taehyung tersenyum diakhir kalimat.
BamBam tertawa pelan dan selanjutnya meja tidak lagi sepi karena Taehyung akhirnya mendapatkan teman berkat kehadiran Jungkook. Taehyung menarik napas dalam, apa yang terjadi hari ini adalah sesuatu yang tidak terduga. Dan ingatannya kembali ke masa itu tanpa bisa dicegah.
Kim Taehyung memasuki kehidupan seorang Jeon Jungkook seperti sebuah racun mematikan. Tanpa pertanda namun melumpuhkan. Membuat Jungkook terombang-ambing dalam sebuah pertanyaan besar tentang arti cinta dan hubungan.
Jeon Jungkook memasuki kehidupan Kim Taehyung seperti seorang pencuri ulung, tanpa suara, menyelinap dan mengambil semua kepercayaan, norma, dan nilai yang selama ini Taehyung pegang.
Jeon Jungkook pemuda tampan dari keluarga berada, senang mempermainkan perempuan, dia bisa berganti pasangan sebulan dua kali bahkan lebih. Sesekali menghisap rokok dan menenggak alkohol
Kim Taehyung, putra seorang Pendeta, lahir dari keluarga sederhana yang nyaris tanpa konflik besar. Tidak pernah melewatkan kesempatan untuk pergi ke Gereja. Tidak pernah berkenalan dengan rokok maupun menyentuh minuman keras.
"Ini milikku!" Hoseok menyambar topi Taehyung kemudian melemparkannya pada Namjoon, lalu topi berwarna hitam itu berpindah tangan dengan sangat cepat dari Hoseok, Namjoon, dan Seokjin. Diselingi dengan tawa Jimin.
Keempatnya bercanda dalam perjalanan kembali ke asrama dari kampus. "Kembalikan topiku! Berhenti menggangguku!"
"Taehyung tangkap!" pekik Seokjin semakin gencar menggoda Taehyung.
"Seokjin hyung tunggu!" Taehyung berusaha mengejar langkah kaki Seokjin. Taehyung tidak memerhatikan tiga orang yang muncul dari persimpangan jalan.
BRUKK!
Taehyung terjatuh di atas jalan keras. Ia mengerang pelan dan belum sempat melihat siapa yang dia tabrak. "Bodoh!" seseorang memakinya.
"Jackson cukup." Suara seseorang menarik perhatian Taehyung iapun mendongak. Dan apa yang dia lihat membuatnya nyaris berhenti bernapas dia tidak ingin berurusan dengan para pembuat onar.
Tiga orang pemuda dengan pakaian yang sama sekali tak pantas untuk dikenakan di area kampus.Tindikan, perhatian Taehyung langsung tertuju pada anting-anting yang menghiasi telinga ketiga pemuda di hadapannya.
"Apa kau baik-baik saja?" Taehyung mengangguk cepat, iapun berdiri, membungkukkan badan dan melempar senyum canggung.
"Maafkan aku."
"Perhatikan jalan!"
"Jackson sudah."
"Dia menyebalkan!"
"Jangan dengarkan temanku, kau baik-baik saja?"
"Ya." Taehyung membalas singkat membungkukkan badan lalu berjalan cepat meninggalkan ketiga pemuda yang terlihat urakan itu.
Menghampiri teman-temannya yang tiba-tiba memasang wajah tegang, Taehyung tidak mengerti apa yang terjadi. Kemudian dia mengingat sesuatu. "Jackson—Jackson Wang anak salah satu dosen di universitas ini."
"Ya." Jimin membalas dengan suara pelan. "Jackson Wang, Oh Sehun, Jeon Jungkook. Sebaiknya jauhi mereka jika tidak ingin terkena pengaruh buruk."
Taehyung mengangguk pelan ia sudah tahu bagaimana reputasi ketiganya, sudah tersebar di seluruh universitas namun mereka berotak cerdas, pihak universitas tidak bisa melakukan tindakan yang menyangkut urusan pribadi selagi ketiganya tak melanggar hukum.
Taehyung menoleh ke belakang dan mungkin sebuah kebetulan ketika Jungkook melakukan hal yang sama, keduanya bertemu pandang. Taehyung sedikit menundukkan kepalanya lalu Jungkook tersenyum.
.
.
.
"Jadi—apa kau sudah memiliki rencana untuk pindah kemana setelah masa tinggal asrama selesai?"
"Belum." Taehyung membalas pertanyaan Seokjin sambil lalu, ia sibuk menekuni komik di tangannya.
"Kau bisa pindah bersamaku, Namjoon, dan Jimin. Hoseok akan tinggal bersama keluarga kakaknya disisa satu tahun terakhir."
"Hmm." Taehyung bergumam, sejenak mengalihkan perhatiannya dari komik yang sedang dibaca. Menatap Seokjin. "Ide bagus Hyung, aku akan pindah bersama kalian bertiga."
"Bagus!" pekik Seokjin. "Masalah selesai, berarti kita berempat patungan biaya sewa dan uang jaminan?"
"Ya." Balas Taehyung dibarengi anggukan.
"Akan aku kabari Namjoon."
"Ya."
"Taehyung giliranmu belanja."
"Benarkah?!" pekik Taehyung, ia tak begitu suka keluar asrama setelah jadwal kuliah selesai.
"Sayangnya memang seperti itu, pergilah belanja. Aku akan memasak sebelum yang lainnya kembali."
"Sendiri?"
"Seharusnya ada Jimin, dia ada latihan drama."
"Hah!" Taehyung menghembuskan napas kasar. "Baiklah, aku berangkat sekarang.
"Uang kasnya ada di laci meja belajar kamar kita!" pekik Seokjin.
"Hyung kau duduk di sisi kananku, tidak perlu berteriak." Protes Taehyung sementara Seokjin hanya melempar senyum polos.
Taehyung beranjak menuju kamar untuk mengambil uang kas sekaligus mengganti pakaian santainya dengan sesuatu yang lebih layak untuk dipakai keluar. Menahan kesal ketika seluruh tubuhnya terasa pegal, di udara malam yang cukup dingin dan seorang diri. Taehyung berjalan pelan menyusuri jalanan menuju toko serba ada yang berada tiga ratus meter dari asrama kampus.
Memasuki swalayan Taehyung mengambil kereta belanja karena hari ini dia akan membeli banyak barang, seharusnya dia memiliki teman belanja. Terimakasih kepada teman-teman setianya yang selalu memiliki banyak alasan untuk menghindar pada urusan seperti ini.
"Hai."
Panggilan bernada ramah itu mengejutkan Taehyung, ia langsung memeriksa sumber suara dan mendapati Jungkook berdiri di sana dengan kereta belanja, tersenyum.
"Hai." Balas Taehyung singkat.
"Aku ingin minta maaf atas kejadian tadi siang dan sikap tidak sopan temanku."
"Tidak masalah."
"Aku Jeon Jungkook, dan kau?" tangan kanan Jungkook terulur.
"Kim Taehyung."
"Aku di Fakultas Ekonomi, ini tahun keduaku, kau?"
"Aku Teknik, kita di angkatan yang sama."
"Oh Teknik, pantas saja wajahmu terlihat asing."
Taehyung tersenyum. "Universitas luas, tidak aneh jika satu angkatan saja tidak saling kenal."
"Kau benar, belanja? Banyak sekali."
Taehyung mengangguk pelan. "Aku tinggal di asrama kampus dengan empat orang lain."
"Ahhh…, pantas saja kau belanja sangat banyak."
"Jungkook bantu aku membawa karton Soju!"
Suara perempuan menarik perhatian Taehyung dan Jungkook. Berambut panjang sepunggung diwarna cokelat dengan komposisi bagian akar dan tengah rambut lebih gelap dibanding ujung rambut. Tinggi, langsing, putih, dan satu kalimat kesimpulan yaitu cantik.
"Sampai jumpa Taehyung." Pamit Jungkook.
"Ya," Taehyung membalas singkat sebelum meneruskan kesibukannya memenuhi seluruh permintaan daftar belanja bulanan atau Seokjin akan memberinya ceramah.
TBC
