Disclaimer: bleach punya si tite kubo authoress cuma numpang curhat

Aku punya pendirian teguh, untuk tidak menangis. Terutama menangisi dia. Karena hari-hari itu sudah kututup rapat-rapat.

Tapi hari ini berbeda. Akan kugali kunci itu dan sekali lagi membuka hari-hari tersebut. Karena perbedaan antara salam kenal dan selamat tinggal itu sedikit seperti langit dan bumi.

Terbentang jauh, tapi kau tidak bisa memastikan dimana keduanya menyatu dan terpisah. Mungkin seperti itulah.

Aku tahu hari ini akan datang. Aku sadar jam sudah berdentang sebanyak dua belas kali. Tapi aku tak menyangka pendirianku hancur oleh tetesan air mata.

Mereka berkata aku kuat, namun aku tak sekuat itu, kau tahu.

Saat itu ia menghilang begitu saja. Tanpa aba-aba. Tanpa aku sempat menatap matanya. Aku tidak membencinya, karena itu bukan salahnya.

"Matsumoto, nanti rapikan kertas-kertasku ya." Samar-samar aku mendengar kaptenku memberi perintah.

Kemarin aku masih melihatnya berjalan bersama Kyouraku taicho. Tersenyum biasa. Bercakap-cakap seperti biasa. Semuanya sangat biasa, seperti selamanya akan tetap sama.

Kemarin aku, seperti biasanya, hanya menatapinya tanpa berbicara padanya. Aku yakin sekali hal itu akan terus berlangsung selamanya.

Tak pernah terpikirkan sedikitpun olehku bahwa hari ini ia telah tiada, bahwa mungkin saja kemarin adalah hari terakhir ia menjalani kehidupan normalnya, menurut pandanganku.

Kapan terakhir kali aku melihatnya? Aku tak tahu.

Kapan aku akan melihatnya lagi? Mungkin takkan pernah lagi.

"Matsumoto, hari mulai gelap, sebaiknya selesaikan dulu pekerjaanmu," itu suara kaptenku lagi.

Dan kalau misalnya bintang jatuh muncul, dan mengabulkan keinginanku, apakah ia tetap dirinya? Aku punya ratusan kemungkinan seperti apakah ia akan berubah nanti. Karena ia orang yang membingungkan.

Tapi itu bukan salahnya.

Aku menyayanginya. Ia tahu tapi tak peduli. Ingat saja tidak. Karena hari-hari yang lebih jauh dari hari-hari yang sedang kubuka ini tak ada lagi di hatinya.

Aku tahu hidup terus berputar dan berputar dan takkan menunggu yang duduk termenung mengenang masa lalu.

"Matsumoto, aku serius. Kalau dalam lima menit kau tidak membereskan kertas-kertas ini dan pulang, aku akan menguncimu di kantor sampai pagi," kaptenku bersuara lagi.

Kali ini aku menurut. Kumasukkan kertas-kertas yang entah berisi apa itu ke laci terdekat.

"Tunggu, taicho!"

"Cepatlah,"

"Sabar sebentar kenapa sih,"

Aku pasti akan sangat merindukannya. Karena aku menyayanginya dulu, sekarang, bahkan nanti. Aku yakin itu. Tapi hidupku terus berjalan.

Aku tahu suatu hari nanti aku akan bertemu seorang yang lain. Tapi itu tak mengubah kenyataan aku akan terus mengingatnya, dan menunggu.

Ya, menunggu.

Selamanya?

Mungkin.

Tapi mungkin saja tidak.

Untuk kamu, kutulis di hari perpisahan.

Coklat bolanya nanti aja ya pas ultahmu.

Dimanapun kamu, aku sayang kamu.

Aduh maaf authoress numpang curhat abis sedih nih hari terakhir di smp hiks.

Aneh ya critanya bodo ah.