Voice Rememberance
Fandom: Naruto
Genre: Mystery/Romance
Rating: T/15+
Pairing/Chara: Sasu/Naru + Iruka, Sakura, Ino, Kakashi, Tsunade (All)
Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto, Luna cuma pengen mainin tokoh-tokohnya
Warning: untuk bagian 1 nggak ada warning ^_^ tapi bakal ada sounen ai di bagian-bagian selanjutnya *grins* Oya, tambah warningnya, AU tentu saja...^__^
Summary: Sasuke mendengar suara lonceng saat sadar, dan bermimpi tentang hutan yang aneh ketika tidur. Hal ini membuat konsentrasinya dalam belajar menempuh ujian terganggu. Sai menyarankanya untuk mengambil libur karena dia kelihatan stress. Namun, tiba-tiba ada undangan dari desa kelahiranya dan mengharuskan dia pulang. Di desa itulah ia bertemu dengan pemuda pirang yang misterius; dan anehnya, dia mengenal Sasuke sementara Sasuke tak bisa mengingat siapa dirinya...
Bagian 1
Aku sudah lama melupakan peristiwa itu. Namun, akhir-akhir ini aku mulai mendengar lagi suara itu (Uchiha Sasuke).
"…ke, …suke…! Uchiha Sasuke!!"
Sasuke tersentak kaget dan terbangun dari lamunannya karena mendengar teriakan seseorang yang memanggilnya dengan sangat keras. Ia baru sadar kalau sekarang ini masih ada di dalam kelas.
"Apa pelajaranku begitu membosankan hingga membuatmu tertidur!?" tanya guru bahasa Inggrisnya dengan wajah marah.
"Maaf…," desahnya pelan sambil menundukkan kepala dengan wajah memerah malu.
&&&
"Sasuke, ada apa denganmu? Nggak biasanya ketiduran di kelas," kata Sai, teman sekelasnya saat pulang sekolah dengan wajah sangat heran.
"Nggak…aku nggak tidur, cuma melamun," bantah sasuke pelan tanpa ekspresi.
"Justru itu lebih aneh. Kok, bisa-bisanya melamun," kata Sai lebih heran lagi. "Orang yang realis kaya' kamu rasanya nggak mungkin melamun, deh…."
Sasuke terdiam sebentar sambil menutup lokernya. "Akhir-akhir ini aku sering mendengar suara," jawabnya kemudian dengan wajah kalem seperti biasanya.
"Suara?" tanya Sai heran.
"Ya, suara yang aneh sekali," jawabnya dengan pandangan kosong. "Aku kaya' ditarik suara itu. Bunyi lonceng…terus apa, ya?" Sasuke tak bisa ingat. Sai melihat sobatnya itu dengan khawatir.
"Kaya'nya Kau agak stress deh, Sasuke," kata Sai dengan wajah cemas. "Coba pergi ke psikolog," saranya.
"Kau pikir aku gila?" tanya Sasuke tajam, merasa terhina.
"Ya nggak, lah! Aku khawatir, tahu! Lagian mendekati ujian akhir SMA ini kaya'nya Kau kebanyakan belajar! Mending Kau singkirkan dulu bukumu dan pergilah bersenang-senang ke suatu tempat," kata Sai lagi.
Sasuke diam saja, tapi ia tak menganggap saran itu buruk. Mungkin ia harus mencobanya.
&&&
"Tapi…suara lonceng itu, lalu…apa? Kenapa aku nggak bisa ingat?" tanya Sasuke pada dirinya sendiri selama dalam perjalanan pulang ke apartemennya. Ia turun dari kereta dan berjalan di jalan beraspal yang sudah sepi karena matahari hampir tenggelam.
Sasuke sampai di apartemenya dan membuka pintu kamarnya. Sebelum ia masuk, ia memeriksa kotak surat kalau-kalau ada surat yang datang padanya. Sasuke menemukan sebuah amplop putih. Ia menarik amplop itu dan membaca alamat pengirimnya.
"Dari Desa Konoha," katanya pelan.
Kenapa desa kelahiranku mengirimi aku surat?—pikirnya tak mengerti. Ia tak langsung membuka surat itu. Ia masuk dulu ke kamarnya, menutup pintu, melepaskan sepatunya, dan meletakkan tas sekolahnya. Kemudian, baru Sasuke membuka amplop itu perlahan, mengeluarkan surat di dalamnya dan membacanya.
Tulisan tangan ini…pasti Nenek Tsunade, Kepala Desa Konoha—pikirnya lagi sambil mencermati tulisan yang rapi itu.
Yth. Saudara Uchiha Sasuke,
Desa Konoha bermaksud mengadakan rapat untuk meratakan Gunung Hokage yang membatasi Desa Konoha dengan Desa Suna. Kami mengharapkan kehadiaran Saudara sebagai wakil dari keluarga Uchiha untuk menghadiri rapat ini pada,
hari/tanggal: Selasa, 23 Mei 2006
waktu: 8.00 s.d. selesai
tempat: Gedung Pertemuan Balai Desa Konoha
acara: membahas soal perataan Gunung Hokage.
Kami sangat mengharapkan kehadiran Saudara karena masalah ini teramat penting bagi kelangsungan hidup Desa Konoha. Atas perhatianya, kami ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Kepala Desa Konoha
Tsunade
Sasuke menghela nafas panjang. Kenapa aku yang sudah lama keluar dari desa itu ikut diundang segala? Memang, apa peduliku dengan kampung itu?—pikirnya sebal. Padahal sebentar lagi ujian, mana ada waktu pergi ke sana cuma buat rapat konyol....
"Kaya'nya Kau harus singkirkan dulu bukumu dan rekreasi ke suatu tempat, deh!"
Sasuke teringat lagi kata-kata Sai. Ia menghela nafas lagi. "Ya, sudahlah…sekalian ganti suasana."
Mungkin benar kata Sai, ia cuma lelah belajar makanya mendengar suara-suara aneh itu.
Sasuke mengeluarkan ponselnya dan menulis pesan pada Sai untuk dimintakan izin tidak masuk sekolah selama satu minggu. Kemudian ia mandi dan makan malam. Setelah itu ia mengepak barang untuk pergi ke desa itu. Selesai mengepak barang, ia pergi tidur.
&&&
Cring…cring…cring….
Bunyi lonceng….
Sasuke membuka matanya perlahan. Ia tak ingat sejak kapan ia tertidur, tapi…apa ini mimpi?
Sasuke berada di sebuah hutan yang hijau dan rimbun. Di sekelilingnya terdengar suara lonceng yang bersahut-sahutan.
Apa-apaan tempat ini?—pikirnya heran.
Sasuke memandang berkeliling untuk menemukan petunjuk di mana dirinya berada. Kemudian, tanpa disadarinya, seseorang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya. Sasuke tersentak kaget dan mundur ke belakang dengan panik sampai terjatuh. "Aduh!" serunya.
Lho, bukannya aku sedang bermimpi? Kok, terasa sakit, ya?—pikirnya sangat heran. Ia mencoba melihat orang yang tadi membuatnya jatuh. Namun, entah kenapa ia tak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas.
"Siapa…?" tanyanya tanpa sadar.
"Tolong…," bisik orang dihadapanya dengan suara lirih. Sasuke terhenyak mendengar suara orang itu. Suara yang menghanyutkan dan entah kenapa sangat merdu di telinga Sasuke.
"Tolong…apa maksudnya?" tanyanya tak mengerti. Ia tak tahu kenapa ia harus dimintai tolong oleh orang asing, tapi…entah kenapa ia juga tak bisa mengabaikan orang itu. Entah kenapa ia merasa pernah mengenalnya di suatu tempat yang tak bisa diingatnya.
"Tolonglah…," pinta orang itu lagi.
Entah kenapa Sasuke merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Suara yang merdu itu, meskipun Sasuke tak bisa melihat wajah pemilik suara itu, ia merasa tahu, ia mengerti. Orang itu…pasti sangatlah menderita.
"Ah…," desah Sasuke pelan. Tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sakit. Bukan, bukan dadanya, tapi hatinya. Rasanya sakit sekali sampai air matanya ikut menetes.
"Kumohon…tolonglah…," desah orang itu dengan air mata berjatuhan, membuat Sasuke makin tersiksa dengan rasa sakit di hatinya. "Sasu…."
KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIING!!
Sasuke tersentak kaget dan membuka matanya lebar-lebar. Ia tak bisa melihat dengan jelas pada awalnya, tapi lama-kelamaan matanya terbiasa dan ia sadar sedang berbaring di kasurnya sendiri.
Sasuke bangun dan duduk. Ia memandang berkeliling sekali lagi sebelum mematikan jam wekernya. Kemudian ia menghela nafas panjang. "Mimpi…," desahnya. Kemudian ia turun dari tempat tidur untuk menfgambil air minum, tapi saat mencoba bertumpu pada pinggiran tempat tidur, ia merasakan nyeri di siku kanannya. "Auw!" erangnya kaget. Kemudian ia memperhatikan sikunya dan menyadari bahwa siku itu berdarah.
"Lho…?" tanyanya heran sendiri. Ia langsung teringat mimpi dimana ia terjatuh dan terluka sikunya. "Bukan…mimpi…?"
&&&
Sasuke memesan tiket bus yang berangkat pagi. Ia naik bus itu sampai ke terminal di dekat desa itu. Setelah kurang lebih lima jam perjalanan, akhirnya bus tiba juga di halte terdekat desa itu. Setelah turun dari bus, Sasuke masih harus berjalan kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai ke Desa Konoha. Ia menghela nafas panjang dan berpikir kenapa desa itu dibangun di tempat yang tak praktis begitu.
Sasuke mencoba mencari sesuatu seperti mesin penjual minuman, tapi sama sekali tak menemukanya. "Yang benar saja…kuno sekali!" katanya agak kesal. Kemudian ia memutuskan untuk cepat sampai ke desa dan beli minuman di toko yang ada di desa itu. Begitu ia menemukan gerbang desa, sasuke terlihat sedikit lega. Ia segera masuk ke desa itu.
Sepi sekali…—pikirnya agak kaget, tapi tentu saja, itu kan, di desa, tak seperti di kota. Sasuke berjalan perlahan melewati tepi hutan yang memang berbatasan langsung dengan Desa Konoha dan Gunung Hokage. Ia mencari-cari kalau ada toko atau orang yang bisa disapanya.
Cring…cring…cring….
Tiba-tiba ia mendengar lagi suara lonceng. Kali ini suara itu terdengar lebih jelas. Sasuke berhenti berjalan dan memandang berkeliling. Tak ada siapa pun di sana. Ia berusaha mengabaikan suara lonceng itu dan berjalan lagi. Tiba-tiba seorang bocah berjalan tanpa suara langkah melewatinya. Tadinya Sasuke tak begitu menggubrisnya. Namun, tiap kali bocah itu melangkah, ia mendengar suara lonceng. Sasuke mencoba melihat bocah itu dan ia terkesiap saat melihat penampilannya.
Seorang bocah berambut pirang dan bermata biru dengan kimono tradisional Jepang berwarna merah melangkah ke samping Sasuke. Ia berjalan dengan wajah tanpa ekspresi. Parasnya begitu menawan, membuat Sasuke terpukau. Namun, yang lebih menarik perhatiannya adalah telinga anak itu. Seperti telinga binatang. Sasuke memperhatikan dirinya dengan seksama. Tiba-tiba anak itu melirik ke arah Sasuke dengan bola mata langitnya. Sasuke tersentak saat bertemu pandang dengan anak itu. Anak itu tak menghentikan langkah ringannya dan terus berjalan hingga akhirnya membelakangi Sasuke. Ia lebih terkesima lagi saat menatap punggung anak itu. Bocah berambut pirang itu memiliki ekor seperti rubah. Kemudian, ketika ia sampai di bawah pohon besar di pintu masuk hutan, anak itu menghilang dari pandangan Sasuke.
Sasuke sampai berkeringat dingin menyaksikan kejadian itu. Ia langsung menggosok-gosok matanya. "Itu tadi…halusinasi…?" tanyanya dengan wajah tak percaya. Namun, sebagian dari hatinya menyangkal bahwa ia telah berhalusinasi. Ia nyata mendengar suara lonceng itu dan merasakan tatapan anak lelaki itu. Namun, Sasuke mencoba berpikir rasional. "Nggak mungkin ada yang seperti itu," katanya seraya menghela nafas panjang. Mungkin ia melihat fatamorgana karena dehidrasi dan kepanasan. Kemudian ia beranjak lagi untuk mampir ke kedai teh.
"Selamat datang," sambut nenek pemilik kedai teh yang dikunjungi Sasuke.
"Tolong teh dingin secangkir," kata Sasuke seraya duduk di kursi dekat pintu masuk kedai itu.
"Silakan ditunggu," kata nenek itu sambil tersenyum ramah. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa secangkir teh dingin. Ia meletakkan cangkir itu di meja. "Apa Kau datang kemari untuk melihat festival?" tanya nenek itu.
"Festival?" tanya sasuke tak mengerti seraya mengangkat cangkirnya.
"Kau tidak tahu? Festival akhir tahun untuk memuja Dewa Gunung Hokage yang sangat terkenal itu, lho," jawab nenek itu agak heran. "Aneh sekali, kalau begitu kenapa Kau datang jauh-jauh dari kota?" tanya nenek itu lagi.
"Untuk menghadiri rapat yang membahas masalah perataan gunung itu," jawab Sasuke sambil meminum tehnya. Kemudian ia menghela nafas panjang dan meletakkan cangkirnya lagi di meja. Ia masih kepikiran dengan apa yang tadi dilihatnya. Saat akan bertanya mengenai hal itu pada si nenek…
Cring….
Sasuke tersentak ketika mendengar suara lonceng itu lagi. Seseorang masuk ke kedai teh dengan langkah ringan. Sasuke menoleh ke arahnya.
"Selamat siang, Nenek!" sapa pemuda yang baru saja masuk itu pada nenek penjaga kedai dengan wajah segar.
"Wah, Naruto-kun, selamat datang," kata nenek terlihat senang. "Ayo, duduklah. Mau pesan apa?" tanya nenek itu ramah.
"Apa ya…ah! Teh dingin dan ramen miso!" kata Naruto sambil meringis.
"Seperti biasanya," kata nenek sambil tertawa.
Sasuke memperhatikan Naruto baik-baik. Ia yakin kalau tadi mendengar suara lonceng dari pemuda yang seumuran dengannya itu. Namun, yang tak dipahami Sasuke adalah, penampilan pemuda bernama Naruto itu…sangat mirip dengan anak aneh beryukata dan bertelinga serta berekor rubah yang tadi ditemuinya.
Naruto tampak sadar diperhatikan oleh Sasuke. Ia menoleh ke arah Sasuke yang cepat-cepat mengalihkan pandangan darinya. Tadinya Naruto tampak biasa saja, tapi beberapa saat kemudian ia terbelalak tak percaya. Segera saja ia berdiri langsung menghampiri Sasuke di mejanya. Sasuke terkejut saat Naruto berdiri di hadapannya. "Sasuke?" tanya Naruto ragu-ragu.
"Eh…?" Sasuke makin kaget karena Naruto tahu namanya.
"Kamu betul Sasuke!? Uchiha Sasuke yang itu!?" tanya Naruto dengan wajah semangat dan terlihat sangat antusias.
"Eh…ah…, ya…?"
"Waaah, lama nggak jumpa, Sasuke!! Kau masih ingat aku? Ini aku, aku, Uzumaki Naruto!" katanya memperkenalkan diri atau tepatnya mencoba mengingatkan Sasuke akan dirinya.
"Naru…?" Sasuke mencoba mengingat-ingat tentang Naruto. Dari cara bicara pemuda itu yang sangat kasual, mereka pasti pernah berteman atau setidaknya pernah berkenalan. Namun, bagaimanapun ia mencoba mengingat, ia tak bisa menemukan memorinya tentang pemuda itu.
"Kau nggak ingat aku?" tanya Naruto tak percaya. "Dingin banget, padahal sejak kamu pindah aku nggak pernah lupa padamu," kata Naruto lagi dengan wajah agak kecewa.
"Maaf, tapi aku benar-benar nggak ingat," kata Sasuke agak bingung.
"Yah, nggak apa, sih. Kan, bisa mulai lagi dari awal," kata Naruto seraya meringis senang. "Kalau begitu, kenalan lagi deh, aku Uzumaki Naruto," kata Naruto seraya mengulurkan tangan pada Sasuke.
Sasuke menjabat tangan itu sambil tersenyum. "Uchiha Sasuke," katanya seraya memperkenalkan dirinya lagi meskipun Naruto sudah tahu.
"Kau datang lagi ke Konoha buat lihat festival, ya?" tanya Naruto.
"Bukan, untuk rapat perataan gunung," jawabnya.
"Heh…jadi gunung ini beneran mau diratakan, ya…," kata Naruto merasa agak tak rela.
"Kau nggak setuju?" tanya Sasuke.
"Secara pribadi, aku menentangnya," kata Naruto jujur. "Habis…gunung ini tempat bermain yang penuh kenangan. Meskipun orang tuaku sudah meninggal dan sejak kecil aku hidup sendirian, gunung itu adalah tempat pertama aku bertemu sahabat sejatiku," cerita Naruto.
"Sahabat?" tanya Sasuke agak penasaran. Entah kenapa cara Naruto berbicara membuatnya tertarik.
"Ya, sahabat pertamaku yang mau mengakuiku, Sasuke. Kau lah yang kumaksud," katanya lagi seraya tersenyum lembut.
"Eh?" tanya Sasuke kaget.
"Mungkin Kau nggak ingat, tapi…itu selalu jadi kenangan yang paling berharga bagiku," lanjut Naruto terlihat senang. Melihatnya seperti itu Sasuke jadi merasa bersalah telah melupakan segalanya tentang Konoha karena kejadian yang menimpa keluarganya.
"Sorry, aku nggak ingat tentang itu," katanya dengan wajah menyesal.
"Nggak apa, toh, sekarang kita ketemu lagi. Waktu Kau pergi dulu aku sampai nangis semalaman karena kupikir nggak akan bisa ketemu lagi, tapi akhirnya Kau pulang juga. Aku seneng banget, lho!" katanya sambil tersenyum bahagia. Melihat senyum Naruto yang sangat cerah dan manis(?) itu, wajah Sasuke jadi memerah.
Lho…kok aku jadi salah tingkah?— pikir sasuke tak mengerti.
"Kau mau nostalgia dengan desa ini, Sasuke?" tanya Naruto saat Sasuke akan meninggalkan kedai teh.
"Yah, mungkin setelah ketemu Nenek Tsunade," kata Sasuke sambil tersenyum agak canggung.
"Kalau begitu biar aku yang antar, ya! Kutunggu Kau di sini," tawar naruto sambil melambaikan tangannya. Ia terlihat begitu gembira bisa berjumpa lagi dengan Sasuke. Sepertinya mereka memang bersahabat sangat akrab, tapi Sasuke benar-benar tak bisa mengingat hal itu.
Di desa itu, Sasuke kembali bertemu dengan Haruno Sakura, cewek berambut pink yang dulu sangat suka padanya. Ia tak berubah, masih dengan gaya rambut digerai memakai bando dan memakai baju ala Cina berwarna merah dengan celana ketat hitam. Yang sedikit berubah darinya sekarang adalah ia jadi sangat akrab dengan sahabatnya, Yamanaka Ino. Padahal dulu mereka selalu perang mulut dan bersaing ketat dalam segala hal termasuk memperebutkan Sasuke, tapi Sasuke tak pernah menggubris mereka.
Aneh…hal kecil kaya' gini aku bisa ingat, tapi…kenapa aku lupa sama Naruto, ya?—pikir Sasuke heran.
Kemudian Sasuke memtuskan untuk bertanya pada Sakura, "Ngomong-ngomong…Naruto sekarang gimana?" Namun, sesaat setelah bertanya, ia dipanggil oleh Iruka, mantan guru SD-nya semasa di desa, sebelum Sakura sempat menjawab pertanyaanya. "Ah, sudah dulu, ya, Sakura, nanti kita ketemu lagi," kata Sasuke sebelum pergi ke tempat Iruka. Sesaat ia memperhatikan wajah Sakura yang terlihat sangat kaget dan aneh di mata Sasuke ketika nama Naruto disebut. Namun, Sasuke tak begitu mempermasalahkannya.
"Selamat datang kembali di Konoha," sambut Iruka ramah padanya.
Sasuke tersenyum dan membungkuk sopan pada Iruka. "Lama nggak jumpa, Iruka-sensei," balas Sasuke.
"Kau kelihatan dewasa sekarang. Bagaimana kehidupanmu di Tokyo?" tanya Iruka penasaran.
"Saya baik-baik saja. Sekolah di SMA dengan beasiswa tidak begitu sulit," kata Sasuke pelan.
"Kau masih bersama keluarga angkatmu?" tanya Iruka.
"Nggak. Sekarang saya hidup sendiri di apartemen dan kerja part time sambil sekolah," akunya.
"Kenapa? Bukannya mereka baik padamu?" tanya Iruka tak mengerti.
"Saya hanya ingin cepat mandiri dan sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain lagi," katanya seraya tersenyum kalem.
"Oh, begitu…Kau pasti berusaha sangat keras, ya," kata Iruka balas tersenyum terlihat senang dan bangga. "Uchiha memang hebat," tambahnya memuji. Sasuke hanya tersenyum sendu dan tak berkata apa pun. Melihat wajah Sasuke itu, Iruka jadi sedikit penasaran. Kemudian ia bertanya, "Apa Kau…menemukan kabar tentang kakakmu?"
Sasuke agak tersentak karena tiba-tiba ditanya seperti itu. Namun, dengan cepat ia menyembunyikan ekspresi terkejutnya dan menjawab, "Nggak…saya nggak dengar kabar apa pun tentang Kak Itachi."
"Begitu…," desah Iruka. "Sudah berapa lama, ya…sejak insiden itu?" tanya Iruka sambil menatap langit dengan wajah sedih.
"Sepuluh tahun…," jawab Sasuke pelan berusaha tak mengingatnya.
Benar, sepuluh tahun sudah berlalu sejak pembantaian seluruh klan Uchiha yang dilakukan oleh Uchiha Itachi, kakak kandung Sasuke. Sepertinya ia terpengaruh obat-obatan dan jadi gila hingga melakukan kejahatan itu. Di depan mata Sasuke, ia membunuh orang tua mereka, tapi bagi Sasuke sendiri masih sebuah misteri kenapa ia tak dibunuh oleh kakaknya itu.
"Ngomong-ngomong Kau sudah ke tempat Putri Tsunade?" tanya Iruka membuyarkan lamunan yang datang tiba-tiba pada Sasuke.
Sasuke kembali tersentak pelan mendengar Iruka memanggil Tsunade dengan Putri??—pikir Sasuke salah tingkah, tapi ia buru-buru menenangkan diri dan merubah ekspresinya.
Kemudian Sasuke menjawab, "Setelah ini aku akan pergi ke tempatnya."
"Kalau begitu ayo sama-sama," tawar Iruka sambil tersenyum. Sasuke mengguk pelan sambil tersenyum juga.
&&&
Iruka dan Sasuke berjalan menyusuri sisi hutan yang menjadi masalah desa itu. Hutan Gunung Hokage yang sangat luas dan gelap, serta berbahaya sehingga sering disebut Hutan Kematian oleh penduduk sekitar.
"Iruka-sensei, menurutmu…bagaimana dengan rencana perataan gunung dan hutan ini?" tanya Sasuke tiba-tiba.
"Bagaimana ya…jujur saja aku kurang setuju dengan usul itu. Meskipun hutan ini sedikit berbahaya, tapi merusak alam bukan perbuatan yang bijaksana. Namun, karena peningkatan bahaya hutan dan gunung akhir-akhir ini, kurasa Putri Tsunade sendiri tak punya pilihan juga," jawabnya pelan.
"Iruka-sensei, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa gunung dan hutan ini akan diratakan?" tanya Sasuke sedikit penasaran. "Aku memang dipanggil untuk rapat, tapi Nenek Tsunade nggak menjelaskan apapun tentang alasannya."
"Kamikakushi (disembunyikan Dewa)," jawab seseorang yang lain sebelum Iruka sempat menjawabnya. Iruka dan Sasuke berhenti berjalan dan menoleh ke arah orang yang tiba-tiba memotong pembicaraan mereka. "Hutan dan gunung ini ditakuti dan akan diratakan karena…peristiwa kamikakushi yang tak terkendali selama beberapa tahun terakhir," kata orang itu lagi, seorang lelaki berambut perak memakai mantel tebal berwarna hitam dengan wajah yang tertutup masker hitam juga. Tatapan matanya terkesan dingin dan memancarkan aura yang tak biasa, membuat orang yang pertama kali bertemu dengannya memiliki kesan misterius padanya dan sedikit merinding.
Kami…kakushi…?—pikir Sasuke heran. Kemudian ia meneliti wajah orang itu dengan seksama. Siapa dia…? Wajahnya nggak kukenal.
"Kakashi-san," sapa Iruka sambil tersenyum.
"Selamat sore, Iruka-sensei dan…wajah baru yang belum pernah kulihat," balasnya seraya tersenyum ramah pada Sasuke. Sasuke sampai heran dengan perubahan suasana yang tiba-tiba itu. Kesan misterius orang itu langsung hilang ditelan senyuman di balik maskernya. Sinar mata lelaki itu juga tiba-tiba melembut.
"Ah, betul juga. Kenalkan, ini Uchiha Sasuke. Sasuke, ini Hatake Kakashi-san, peramal terkemuka di Desa Konoha," kata Iruka saling memperkenalkan mereka berdua.
"Salam kenal, Uchiha Sasuke, klanmu sangat terkenal di kalangan para peramal sepertiku lho. Soalnya sarat dengan upacara ritual, sih. Apalagi kemampuan istimewa yang hanya dimiliki klanmu," kata Kakashi seraya menjabat tangan Sasuke.
"Ah, ya, terima kasih," balas Sasuke canggung.
"Kakashi-san baru masuk ke desa ini setahun setelah Sasuke-kun pindah, makanya baru pertama bertemu. Meskipun tujuan sebenarnya ia menjadi warga desa ini adalah untuk meneliti kemampuan klan Uchiha, tapi karena ia tak sempat menemukan keturunan yang masih ada di desa ini akhirnya ia malah menjadi peramal desa. Memang terlihat mencurigakan, tapi ia sangat baik, lho!" kata Iruka seraya tertawa kecil.
"Tunggu, apa maksudnya mencurigakan itu?" protes Kakashi tak terima.
"Habis, kemana-mana pakai mantel hitam tebal dan masker seperti itu, kelihatan mencurigakan sekali, kan!" komentar Iruka terlihat senang.
"Iruka-sensei, teganya!" kata Kakashi sebal. Iruka tertawa ceria diikuti Kakashi yang tertawa kecil juga.
Sasuke menatap mereka dengan pandangan heran. Setahu dia Iruka tak pernah tertawa seceria itu dulu. Mungkin karena kedatangan Kakashi itulah ia bisa tertawa seperti itu. Sasuke tersenyum kecil melihat kedua orang itu.
"Sasuke datang kemari untuk melihat festival tahunan terakhir Gunung Hokage?" tanya Kakashi tiba-tiba.
"Nggak, untuk rapat soal perataan gunung dan hutannya," kata Sasuke. "Tapi nggak ada salahnya lihat-lihat festival. Aku juga ingin pergi," lanjutnya.
"Perataan gunung, ya…," desah Kakashi terlihat sedih.
"Apa Kakashi-san setuju dengan usul itu?" tanya Iruka.
"Nggak, aku menentang," jawabnya tegas dan lugas. "Gunung dan hutan ini sarat dengan kekuatan spirit, menghancurkanya sama dengan merusak kekuatan itu dan bukan pertanda yang baik. Hutan ini adalah tempat tinggal rubah yang sejak dulu menjaga kemakmuran desa ini. Entah bencana apa yang akan melanda kalau hutan dan gunung ini diratakan," jelasnya panjang lebar.
"Rubah…menjaga kemakmuran?" tanya Sasuke kurang mengerti.
"Ah, Sasuke tinggal di kota, sih, ya. Di desa ini masih banyak kejadian alam dan sesuatu dihubungkan dengan roh atau dewa. Seperti paristiwa kamaitachi yang disaratkan dengan keluarga siluman kamai yang sedang bermain atau pemujaan dewa rubah sebagai lambang kemakmuran, yang seperti itu masih sering dipakai di tempat ini," kata Iruka.
"Ini merupakan kebudayaan Jepang yang tak boleh punah," sahut Kakashi. Sasuke manggut-manggut mulai paham. Desa Konoha masih sangat tradisional dan masih kental unsur kebudayaan lama. Namun, itulah yang membuat mereka bersih dari unsur kelicikan dan kegelapan hati manusia sebab mereka percaya mereka diawasi oleh Tuhan.
"Kebudayaan Jepang memang menarik dipelajari," tanggap Sasuke. Iruka dan Kakashi tersenyum senang mendengarnya.
Cring…cring…cring….
Sasuke tersentak kaget saat mendengar bunyi lonceng itu lagi. Ia langsung menoleh ke arah hutan dan mencari-cari.
"Ada apa, Sasuke-kun?" tanya Iruka.
"Lonceng…apa kalian mendengar suara lonceng?" tanya Sasuke balik.
"Lonceng…nggak, tuh," jawab Iruka agak heran.
"Kau mendengar sesuatu yang bagus," sahut Kakashi santai sambil tersenyum. "Suara lonceng adalah pertanda kehadiran sang Rubah. Kau beruntung bisa mendengarnya. Mungkin dalam waktu dekat Kau akan bertemu dengannya," kata Kakashi lagi.
"Pertanda…kehadiran sang Rubah…?" desah Sasuke pelan.
Bersambung...
A/N: Pertama...luna MINTA MAAF! ToT Bukan maksud luna nggak apdet The Legend of Nine Tail Phantom Thief lagi, tapi Luna mengalami BLOK sehingga belum bisa melanjutkan. Ujian luna hampir selesai. Tinggal seminggu lagi, lalu luna bisa mencoba apdet semua cerita! Untuk itu harap bersabar dengan cerita yang ini dulu. Konsep dan plotnya sudah ada di draft, jadi luna pasti bisa selesaikan cerita yang ini. Nggak panjang kok, cuma 4 capter semoga bisa diapdet perminggu. Jadi...mohon kritik dan saran di feedback para pembaca, ya? Silakan review dan beri saya ide lebih banyak...^__^
Dengan cinta,
Lunaryu~~~
