"Ayolah kemari semua~" Senyuman manis terpatri diwajah cantiknya.

Dead Line Circus.

Disc : Vocaloid © by Pembuat dan developernya.

Dead Line Circus © by pembuatnya "Last Note".

OC&Story © by Lukanyan14

Warning : Blood, Typo, dll. Don't Like Don't Read

Happy Reading~

.

.

.

Peta besar berisikan kota-kota di wilayah itu banyak yang sudah ditandai. Hanya satu kota yang belum mereka datangi, GreenFiels. Kota yang katanya berisi orang kaya yang serakah, miskin tertindas yang kaya. Yah rasis. Tapi mereka tak peduli, semua harus masuk ke dalam tenda sirkusnya.

"Ne... Gakupo-kun, Len-kun... Hanya GreenFiels yang belum kita datangi..." Ujar seorang gadis berabut hijau. Gumi.

Orang yang disebut-sebut oleh Gumi pun menyaut. Hanya saja yang berambut kuning—Len—yang tampak tak terlalu peduli. "Aku akan mengikuti apa kata ketua..." Gumam si rambut ungu, Gakupo.

"Akupun memang menunggu perintah Len-kun." Hening melanda mereka semua. Mata mereka menatap Len.

"Baiklah-baiklah! Ayo berangkat!" Desisnya kesal. Gumi menatap khawatir Len. Gakupo pun melakukan hal yang sama.

"Maaf Len-sama..." Gumam mereka sambil mentap Len sendu. Len yang tadi sudah berjalan keluar tenda terdiam dan berbalik.

"Cepatlah baka!"

"Ha'I!"

.

.

.

Perjalanan tampak suram. Len yang sedari tadi diam tak bersuara membuat Gumi dan Gakupo khawatir. Gumi ingat bahwa GreenFiels adalah tempat Rin—Cinta pertama Len—tinggal dengan suaminya. Gakupo menepuk bahu Len sembari berkata, "Kita bisa membalas dendam, Len." Len menatap Gakupo kaget.

"A-apa maksudmu!?"

"Kita ini kan bukan sirkus biasa... Dan aku tau kau tak mau ke GreenFiels karena dia kan? Kau bisa menculiknya atau membunuhnya..." jawab Gakupo cuek. Gumi hanya menatap kedua temannya khawatir, pasalnya Gumi pun merasakan apa yang Len rasakan saat ini. Ditinggal orang yang dicintai demi orang lain dan harta.

"Un.. Yang dikatakan Gakupo-kun mungkin ada benarnya Len-kun..." ujar Gumi takut-takut. Len hanya menghela napas dan menyeringai.

"Baiklah~ Aku akan menculik..." Len memotong perkataannya sendiri.

"...Dan membunuhnya."

Gumi bergidik ngeri atas sikap Len. Tapi dia menyeringai dan berkata, "Aku pun ingin membalas dendam pada Gumiya..."

Gakupo menatap Gumi dan Len bergantian lalu berkata, "Aku juga! Luka... Tunggu pembalasanku..." Lalu tangan mereka semua terangkat dan bertos ria.

"Aku pastikan bahwa mereka akan menyesal oleh perbuatannya..." Seringai mereka makin lebar dan akhirnya tertawa, tertawa kejam lebih tepatnya.

Dan akhirnya mereka akan merasakan pertumpahan darah kembali.

.

.

.

Malam yang sangat panas, pikir seorang gadis—mungkin wanita. Dia melirik ke sebelahnya, suaminya tertidur pulas. Wanita itu pun turun kebawah untuk minum segelas air dingin. Dibukanya kulkas dan diambilnya air, lalu menutup kembali dan minum dengan cepat.

Saat wanita muda itu menyimpan gelasnya dan berjalan ke arah kamarnya lagi, terdengar suara seorang lelaki—bukan! bukan suaminya. Suara itu datar, dalam dan penuh kebencian. Dia hafal sekali suara ini, suara yang tak banyak berubah.

"Jangan bersuara atau mati." Laki-laki itu menempelkan pisau ke leher wanita itu. Wanita itu mengusir rasa takutnya dan berkata tegas, "Lepaskan! Maumu apa bajingan!?"

Terdengar kekehan jijik dari sang laki-laki. "Kau banyak berubah ya, Rin..." Sontak mata sang wanita melebar. Kaget.

"A-apa mak—"

Buagh!

"Maaf Rin~"

.

.

.