Meet You, Again

Hetalia Hidekaz Himaruya

Warning: OC, OOC, AU, typos, dan lain-lain.

Genre: Romance(?), Humor(?)

Character: Belanda, Inggris, dan Indonesia (bisa laki-laki, bisa perempuan, tergantung interpretasi Anda)

Cerita ini dibuat untuk kesenangan semata. Tidak ada profit yang didapat oleh penulis.

Cerita ini murni dari pemikiran penulis, jika ada kesamaan ide cerita, itu hanyalah kebetulan semata.

Happy Reading.

.

.

Laut Jawa, 1816

Tidak ada yang lebih mendebarkan bagi personifikasi Belanda selain bertemu kembali dengan pujaan hatinya. Seseorang yang mampu membuat personifikasi terpelit sedunia rela memberikan apapun untuk mendapatkan cintanya. Dia bahkan rela dihina sebagai pedofil oleh dunia karena menyukai orang itu. Belanda sama sekali tidak peduli dengan kata orang, yang dia pedulikan adalah orang yang sudah mencuri hatinya.

Matanya yang selalu bersinar polos. Hidungnya yang mungil. Suaranya yang cempreng seperti suara penyanyi terkenal. Bibirnya yang mungil dan kissable. Kulit tannya yang indah. Rambut bergelombangnya yang halus.

Oh.. betapa rindunya Belanda terhadap dirinya.

Terhadap Indie.

"Kita akan merapat!" teriak sang nahkoda kapal.

Oh, detak jantung Belanda semakin kencang. Hormon adrenalinnya pun semakin bertambah. Dia benar-benar tidak sabar bertemu Indienya yang manis itu.

Detik terasa seperti tahun. Ingin rasanya Belanda melompat dari kapal dan berenang ke daratan agar lebih cepat bertemu dengan kekasih hatinya.

Menit demi menit yang terasa berabad-abad terlalui, kapal besar itu merapat di pelabuhan yang ada di Batavia. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Belanda turun dari kapal itu dan berlari menuju ke rumah kekasihnya.

Dengan nafas terengah-engah, Belanda sampai di depan sebuah rumah minimalis, rumah yang dulu ia tinggali bersama Indie.

Perlahan tetapi pasti, Belanda membuka pintu rumah milik Indie. Saat pintu terbuka, Belanda dapat melihat seseorang yang sangat ia kenal sedang duduk di ruang tamu sembari menikmati afternoon tea.

"Oh, kau sudah datang, Belanda," kata orang itu lalu meletakkan cangkir tehnya.

"Britania," gumam Belanda. Matanya menjelajah untuk mencari kekasihnya, tetapi dia tidak menemukan kekasih hatinya. Hanya seorang personifikasi Britania dengan dua buah cangkir teh.

"Dimana Indie?"

"Dia ada di belakang, mengambil snack," jawab Britania santai.

Dengan langkah seribu, Belanda langsung menuju ke tempat yang disebutkan oleh Britania. Ia tidak perlu menanyakan detail tempat dimana kekasihnya berada karena ia hafal dengan denah rumah ini, rumah yang ia bangun untuk Indienya.

"Indie," panggil Belanda saat melihat Indie di depan matanya. Indie tidak menyadari kehadiran Belanda karena ia berdiri membelakangi Belanda.

"Bagaimana kaba-" ucapan Belanda terhenti saat Indie berjalan mendekatinya. Setelah ada dihadapan Belanda, Indie berlutut lalu mencium punggung tangan Belanda.

"Welcome home, master," ujarnya dengan penuh kepercayaan diri.

Reaksi Belanda? Dia hanya menatap horor kekasih hatinya itu. Dan ia berharap malaikat pencabut nyawa datang untuk menyelamatkan dirinya dari situasi ini.

Dimana Indienya yang polos dan imut itu?

Dimana tatapan yang berbinar-binar?

Dimana Indienya yang bar-bar itu?

Sejak kapan Indienya menjadi sopan dan penuh keanggunan ini?

Dan, sejak kapan alis Indienya menjadi bertumpuk-tumpuk seperti ini?

.

END

.

Maaf kalau ceritanya gaje, garing, aneh, dan lain-lainnya. Cerita ini terinspirasi saat melihat Hetalia The World Twinkle episode 13, sewaktu Cina menyalahkan Inggris karena perubahan drastis sifat Hong Kong.

Well, terima kasih sudah membaca cerita aneh, garing, gaje, dan lain-lainnya.