disklaimer: Hetalia Axis Powers © Himaruya Hidekaz
keterangan: Drama/Romance. HongkongXTaiwan.
peringatan: coretsedikitcoret OOC. (sebenarnya ini incest atau bukan? ._.)
a/n: JANGAN KATAKAN KALAU SAYA KEHILANGAN SKILL MENULIS wOAOw

#

Heartbeat

.

© Matsura Akimoto

#

Jantung Taiwan selalu berdetak abnormal tiap kali berhadapan dengan salah satu saudaranya yang pendiam ini.

Seperti sekarang; duduk berhadapan seraya minum teh dan berbincang di ruang tamu Taiwan yang identik dengan budaya Cina—Taiwan tahu ia yang lebih banyak bicara. Walau sudah menginjak dewasa, saudaranya yang satu itu masih sering mengunjungi kediaman Taiwan.

Rambut hitam, tak panjang tak pendek. Mata kecoklatan. Wajah khas orang Cina.

Oh, begitu tampannya dia, batin Taiwan kagum.

Sedari kecil mereka berdua diasuh oleh China—kakak mereka—gadis dengan bunga di rambutnya tersebut sudah tahu bagaimana sifat dan kebiasaan Hong Kong, saudaranya itu.

Pendiam. Minim ekspresi. Susah dibaca. Sering membawa panda pemberian China.

Taiwan sendiri tidak terlalu tahu bagaimana pola pikiran Hong Kong. Tapi, yang jelas, dibalik wajahnya yang stoik, Hong Kong adalah pendengar yang baik dan orang yang pengertian.

Taiwan suka itu dan segala yang ada pada diri Hong Kong (dan yang bersangkutan tidak menyadarinya).

Kembali ke alam nyata.

Baru Taiwan sadari, Hong Kong telah meminum setengah cangkir milk tea hangat yang ia suguhkan. Gadis itu bertanya dengan malu-malu dan rona merah menghias wajah cantiknya, "Apa tehnya enak?"

Hong Kong menggangguk, masih dengan wajah tanpa ekspresi, "Ya."

Taiwan tak membalas, hanya tersenyum, lalu perempuan bermata dan berambut kecoklatan tersebut menghela napas lega. Secara tak langsung, jawaban Hong Kong adalah sebuah pujian. Dia tahu, dan karena itulah jantungnya berdebar makin tak karuan. Rona merah muda semakin menjalar di kedua pipinya.

"Taiwan, kau demam?"

Gadis tersebut tersentak ketika mendengar pertanyaan Hong Kong. Oh, tidak, jangan katakan jika Hong Kong mendapati wajahnya yang bersemu merah. "Me—memangnya kenapa denganku?" tanyanya berdusta.

Hong Kong sedikit mengerutkan dahinya. "Wajahmu memerah," sahutnya.

Sial.

"Hahaha—" Taiwan tertawa paksa (jangan sampai Hong Kong tahu), "—tidak, kok. Mungkin hanya pengaruh blush on."

"Kau yakin?" Hong Kong bertanya tak yakin.

"Tentu saja!" balas Taiwan dengan senyuman riang, meski tenggorokannya sedikit tercekat karena gugup.

Hong Kong mengambil lagi cangkir milk tea-nya dan menghabiskan isinya. Di tangan kanannya ada cangkir, di tangan kirinya ada panda pemberian China—seperti biasa. Sepertinya dia tak mempermasalahkan lagi wajah Taiwan yang merona (dan dia sendiri tidak tahu bahwa dirinyalah penyebabnya).

Yah, Hong Kong tidak boleh tahu tentang perasaannya. Biarkan dia dan Tuhan saja yang tahu.

.

the end.

.

#np Richard Stolzman; Slovak Symphony Orchestra - Maid with the Flaxen Hair

oke, saya tahu, saya sangat tahu—SAYA. KEHILANGAN. SKILL. MENULIS. SAYA. ;_;

dan, yeah, maaf jika plotnya datar atau ooc atau pendek atau... semuanya. saya tahu, kok. KENAPA SAYA KEHILANGAN SKILL MENULIS SAYA SEMENJAK JADI MURID KELAS 9? OH WHYYYYY wOAOw /ngegalau

review? concrit?
—wafaadaikirai. august 3rd 2011, 10.51 a.m.