ITDAMYEON (IF YOU)

oOo

Pairing : Slight 2Hyun in this Chapter, Kim Jonghyun X Hwang Minhyun, JR X Minhyun (From NU'EST W and WANNA ONE), tapi lebih banyak Brotherly Love WANNA ONE Member dengan Minhyun.

Rating : T

Genre : Angst, Hurt Comfort

Warning : Slight Boy X Boy

Alternate Reality, Canon, Author POV

a Little Notes :

Hanya ingin meluapkan ke Angsty an saya ketika melihat Minhyun dan Jonghyun dalam satu stage yang sama -lagi- di BOF kala itu dan ke Baper an saya saat melihat video-video dimana Minhyun selalu memperhatikan saudara-saudaranya di NU'EST W , matanya terkadang selalu mengekor ke arah mereka, bahkan ada moment kecil dimana Minhyun menghela napas pelan dengan pandangan kosong dan melirik sekilas ke arah NU'EST W, tak ada Fancam yang menangkap 'kemesraan' Minhyunnie dan Jonghyunnie ya? Yang ada malah Interaksinya Minhyun dengan Baekho, Ah~ ya sudahlah, setidaknya Minhyun masih bisa sedikit berbicara dengan saudara-saudaranya di NU'EST W kan? Tapi tetap saja, saya gregetan dibuatnya, ah~ saya kangen momentum-momentum kecil yang manis dari 2Hyun TT_TT

Saya suka Jisung, lebih tepatnya sih saya respect pada member yang ditugasi sebagai Leader-nim di sebuah grup band. Leader itu selalu keren dimata saya, meskipun terkesan lemah ataupun ceroboh. Hehehe...

Ja... Time to Read and Review, Okey *wink*

oOo

Chapter 1 : (IF YOU) Stay With Me

oOo

"Berhentilah bersikap seperti kau begitu menderita di sini, Minhyun Hyung. Kita hanya memiliki waktu satu setengah tahun bersama, kenapa tak kau coba nikmati waktumu bersama kami di sini, tak seperti Hyung yang memiliki tempat setelah Grup kita bubar, kami akan berjalan sendiri-sendiri, kami yang seperti ini saja berusaha menikmati setiap moment ini, karena semua sangat berarti buat kami, seharusnya Hyung lebih mengerti, seharusnya Hyung lebih paham, seharusnya kami... "

"Yaaahhh!!! Jaehwan!!!"

Mendadak suasana ruang tunggu WANNA ONE membeku. Semua terdiam, bahkan Staff yang kebetulan berada di dalam ruangan untuk mengurusi Make-up dan Costume mereka juga nampak terkejut dengan teriakan barusan.

Bukan Minhyun, suara itu berasal dari Leader mereka sendiri. Wajah Jisung nampak memerah menahan sedikit kekesalan yang barusan dilampiaskannya.

Leader WANNA ONE itu menghela napas. Udara di ruangan itu terasa begitu berat, tak ada seorang pun yang berani memecahkan keheningan yang sedikit menyesakkan itu.

Jaehwan hanya menundukan kepalanya, dia nampaknya tahu bukan saatnya untuk kembali bersikap berlebihan seperti tadi.

Tidak, saat Jisung Hyung sudah mulai terlihat marah.

"Maaf, Hyung... Maafkan aku," ucap Minhyun pelan.

Jaehwan diam-diam melirik kearah teman satu kamarnya itu. Dia mengernyit heran,

'Buat apa Minhyun Hyung meminta maaf? apa mungkin itu artinya Dia mengakui kalau sikapnya memang salah?' pikirnya dalam hati.

Kali ini Jisung memandang Minhyun tajam. Minhyun hanya bisa tertunduk.

"Hyung, sudahlah... "

Daniel menengahi, dia mendekati Jisung dan mengusap lengan Leader WANNA ONE sekaligus kakak satu Agency nya, berusaha untuk sedikit menenangkan kekesalan Jisung yang dia tahu, itu akan mereda segera. Jisung bukan tipe orang yang mudah marah sebenarnya.

"Aku akan membicarakannya pada kalian nanti, tapi tidak sekarang. Kita sudah lelah bukan? Dan kurasa kita perlu menjernihkan pikiran kita dulu," kata Jisung. Kali ini lebih tenang, sama seperti cara bicara Jisung Hyung yang biasa member WANNA ONE kenal.

"Ya sudahlah, ayo kita pulang,"

Setelah itu tak ada lagi yang berkata, mereka semua hanya terdiam, larut dalam pikiran mereka masing-masing. Kemudian sesuai instruksi dari Leader mereka tadi, mereka bersiap-siap kembali ke Dorm setelah acara Busan One Asia Festival yang mereka hadiri.

Banyak sekali yang terjadi di hari ini. Meskipun berusaha bersikap normal, tapi pada kenyataannya, ada kecanggungan yang mereka rasakan. Bukan hanya bagi Minhyun Hyung mereka, tapi juga semua member WANNA ONE yang lain.

Berada satu panggung -lagi- bersama NU'EST, tidak... bukan NU'EST, tapi NU'EST W tepatnya, dalam pembukaan Festival Korean Wave yang diselenggarakan di kota metropolitan Busan, adalah suatu kesempatan yang langka dan pastinya tak akan lepas dari sorotan fans mereka dan juga media. Mereka tahu betul, siapa yang akan dipenuhi emosi malam ini. Apalagi ketika PD-nim, secara tak langsung meminta agar Minhyun sedikit mengurangi atau kalau bisa meniadakan interaksi bersama NU'EST W saat di panggung nanti. Dan alhasil line up dimana pada saat Rehearsal, Minhyung yang berada paling ujung, tepatnya di antara NU'EST W dan WANNA ONE, mendadak berubah saat acara dimulai.

Semua member WANNA ONE diam-diam memperhatikan Minhyun Hyung mereka, meskipun berusaha untuk mengontrol berbagai macam perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya, tapi mereka tahu Kakak mereka begitu rindu pada saudaranya di NU'EST W, lewat gesture tubuhnya, lewat tatapan matanya yang selalu mengekor kemana pun saudaranya berada, atau lewat setiap helaan napas sang Kakak ketika berusaha untuk menahan diri untuk sekedar bicara atau bahkan menghambur ke arah teammate nya yang dulu, untuk sekedar memuaskan rasa rindu itu.

Begitu dekat, namun begitu jauh.

Terasa menyesakkan bagi mereka yang memahami tapi hanya mampu melihatnya saja.

Lalu, Minhyun Hyung mereka akan berubah, terlihat begitu kesepian, layaknya dia menghilang dalam alam pikirannya sendiri, bahkan senyum manisnya pun terkesan dipaksakan.

Dan saat itulah Jaehwan merasa sedikit gerah. Rasanya tak tahan lagi untuk menyadarkan Minhyun Hyung dari Day Dream berkepanjangannya. Hingga luapan emosi itu dia keluarkan saat acara telah berakhir dan mereka sedang membenahi barang-barang di ruang tunggu. Dan berakhir dengan Jisung Mom mereka yang malah membentak Jaehwan.

oOo

Guanlin berkali-kali memandang ke arah Minhyun Hyung nya yang duduk bersebelahan, sedangkan yang dipandang masih terdiam membisu dan -lagi-lagi- menatap jauh keluar jendela. Van yang mereka naiki masih melaju kencang menembus malam yang sebenarnya sudah berganti menjadi pagi dini hari.

Jaehwan juga satu van dengan mereka, duduk di kursi paling pojok di belakang, berkali-kali dia mencuri pandang ke arah Minhyun yang berada di depannya, bibir bawahnya digigit menandakan dia sedikit gugup.

Sedikitnya ada perasaan sesal karena perkataannya tadi, tapi ada pula ego yang menahannya untuk meminta maaf pada Hyung kesayangannya WANNA ONE itu.

Tak ada satupun yang berbicara ataupun melontarkan candaan sepanjang perjalanan pulang mereka. Lelah karena jadwal yang padat dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Guanlin memberanikan diri menyentuh punggung tangan Minhyun, mengusapnya pelan, menyadarkan sang Kakak dari lamunannya yang sepertinya tak ingin berakhir.

Minhyun menoleh ke arah salah satu dongsaeng kesayangannya yang berada di sampingnya. Guanlin tersenyum seolah berkata 'semua akan baik baik saja' , Minhyun membalas senyumnya sembari mengusap lembut rambut Guanlin. Ada rasa bersalah menyusup pelan-pelan di hatinya, padahal dia tak ingin membuat adik-adiknya selalu saja mengkhawatirkannya.

Minhyun menarik kepala Guanlin mendekat, membiarkan adiknya itu bersandar di bahunya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah. Guanlin tentu saja tidak protes, dia malah menyamankan diri di bahu Kakaknya, Minhyun kemudian kembali sibuk dengan pemadangan di luar jendela. Jaehwan tersenyum kecil melihat interaksi Guanlin dan Minhyun Hyung nya barusan. Kakaknya memang baik. Terlalu baik...

'Dan senyuman memang sangat cocok untuk seorang Hwang Minhyun...' pikirnya.

oOo

Kegaduhan segera terdengar setelah WANNA ONE tiba di Dorm mereka, sebagian ada yang terduduk kelelahan di Sofa ruang tamu, enggan untuk beranjak. Namun banyak yang langsung pergi ke kamar masing-masing tanpa banyak berkata, karena sudah ingin terbuai di alam mimpi.

Termasuk Jaehwan yang segera berlari menuju kamar terbesar di Dorm WANNA ONE dimana dia berbagi bersama ke empat member yang lain. Sebenarnya dia ingin segera ambruk di kasur empuk miliknya sambil menciumi bau bantal yang hari ini begitu dia rindukan. Namun segera diurungkannya niat itu setelah Minhyun -yang ternyata sudah lebih dahulu berada di kamar- menegurnya.

"Bersihkan dulu Make-up mu, lalu tidurlah... " kata Minhyun pelan sambil tersenyum lembut.

"A-ah, Nde Hyung," Jawab Jaehwan sedikit gugup.

Jaehwan tentu saja terkejut, bahkan mungkin sekarang mulutnya sepertinya sedikit terbuka saking tak percayanya, dia masih memandangi Minhyun sampai punggung kakaknya itu menghilang di balik pintu kamar, dia tak menyangka Minhyun Hyung nya akan memulai percakapan lebih dulu setelah insiden di ruang tunggu beberapa waktu yang lalu. Tak ada bersit kemarahan dinada suaranya barusan. Hyung nya memang selalu begitu, benar-benar terlalu baik... terlalu mudah untuk memaafkan.

Tapi Jaehwan menurut saja, dia segera beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi tanpa protes sedikitpun, Guanlin, Jihoon dan Woojin yang juga ada di kamar hanya bisa saling bertatapan dan sedikit tersenyum geli melihat tingkah laku pasangan yang katanya 'benar-benar berjodoh itu' . Bagaimanapun juga tak akan ada yang bisa melawan Hwang Emperor kalau sudah berberkaitan dengan kebersihan dan kedisiplinan.

oOo

Sudah pukul 03.00 pagi dini hari sepertinya. Jaehwan terbangun, dikerjapkan matanya pelan. Kantuk masih menyelimutinya, namun sedikit dipaksakannya juga untuk terbuka. Lampu kamar sudah mati, dan terdengar dengkuran halus dari salah satu teman sekamarnya. Entah siapa itu, mungkin Guanlin, Jihoon, Woojin atau bahkan Minhyun Hyung. Jaehwan melihat kearah tempat tidur Minhyun.

'Eh? Hyungnya tak ada di tempat tidur?'

Meski gelap, Jaehwan yakin sekali tak ada sosok yang biasanya menempati tempat tidur itu. Kantuknya seketika itu lenyap, pelan-pelan Jaehwan beranjak dari kasurnya, tanpa ingin membangunkan roommate nya yang lain.

Dia berjingkat pelan menuju pintu keluar kamar dan membukanya sedikit, mengintip ke arah ruang tamu. Lampu belum dimatikan dan nampak sosok yang familiar tengah duduk di Sofa. Jaehwan ingin mengampiri Kakaknya itu sebelum sebuah suara menginterupsinya, membuatnya memutuskan untuk tetap diam di balik pintu.

oOo

"Minhyun-ah, kamu belum tidur?" suara Jisung sedikit mengagetkan Minhyun yang tengah termenung menatap langit-langit di ruangan itu.

"Ah~ Hyung, maaf... apa aku membangunkanmu?" Minhyun tersenyum ke arah Jisung. Jisung menggeleng pelan, dia menghampiri Minhyun dan mendudukan diri tepat sebelahnya.

"Kau belum tidur?" Jisung mengulang pertanyaannya lagi.

"Aku belum mengantuk, Hyung," jawab Minhyun singkat.

Sejenak mereka berdua hanya terdiam.

"Apa kau masih memikirkan perkataan Jaehwan?" Jisung bertanya terus terang, menatap Minhyun yang balik menatapnya dalam.

"Aku tak menyalahkannya, Hyung... seharusnya aku memang lebih memahami kalian. Sepertinya aku jadi egois karena hanya memikirkan diriku sendiri," jelas Minhyun.

Jisung menghela napas berat.

"Aku juga tak sepenuhnya menyalahkannya, bagi kami khususnya bagiku, di WANNA ONE adalah sebuah kesempatan besar yang luar biasa, kau pasti lebih paham sebab kau lebih lama berada di dunia Entertainment seperti ini kan?"

Minhyun hanya mengangguk menanggapi perkataan Jisung Hyung nya.

"Kami hanya berharap kau juga merasa nyaman di sini, sama seperti ketika kau berada bersama saudara-saudaramu di NU'EST dulu, "

Kali ini Jisung meraih telapak tangan Minhyun dan menggenggamnya erat. Minhyun tersenyum sendu. Dia tahu kakaknya ini begitu memikirkannya, begitu mengkhawatirkan keadaannya.

"Aku tahu Hyung, aku hanya... begitu Rindu. Saat melihat mereka, selalu saja semua kenangan itu muncul lagi. Lalu aku dihadapkan pada kenyataan dimana sedikit saja aku menunjukan kedekatanku pada grup ku yang dulu, maka bukan hanya aku yang akan di hujat, bukan cuma aku yang akan dimaki. Mereka… bahkan kalian pun akan terkena akibatnya, hanya karena aku, Hyung... Karena aku... "

Minhyun nampak tertunduk, suaranya semakin pelan dan terdengar menyesakkan. Melalui sudut matanya, Jisung tahu, mata teduh pemuda di sampingnya ini, tengah berkaca-kaca, seperti sedang menahan luapan emosi yang hampir tak terbendung lagi.

Jisung mengusap punggungnya perlahan, mencoba memberi sedikit kekuatan untuknya, baginya lebih baik Minhyun mengeluarkan semua hal yang menjadi beban pikirannya daripada dia diam dan berpura-pura baik-baik saja.

"Aku sudah menahan semuanya, Hyung... sebisa mungkin aku berusaha untuk menahan diriku. Tapi terkadang aku tak dapat menyembunyikan perasaanku, seandainya bisa, rasanya aku ingin berlari kearah mereka, seandainya boleh, aku ingin memeluk erat mereka, seandainya diijinkan, aku ingin kembali. Seandainya boleh aku egois, Aku ingin semua ini tak ada. Seandainya... seandainya... Ugh... "

Kali ini Minhyun menangis. Pertahanannya runtuh, air matanya mengalir... terus mengalir menyusuri pipinya yang kemerahan. Lagi dan lagi... membuat Jisung segera meraih tubuhnya dan memeluknya erat. Minhyun balas mendekap Jisung erat.

Untuk sekarang, Minhyun tahu, dia membutuhkan seseorang di sampingnya, seseorang yang akan menopangnya, membantunya melewati masa-masa sulit ini. Seseorang seperti Jonghyunnie nya... meski dia tahu, tak akan ada yang sama seperti Leader-nim kesayangannya. Tak akan ada yang bisa menggantikan. Tak akan ada... tak akan pernah bisa.

"Maafkan kami, Minhyun-ah. Maafkan kami... " bisik Jisung, kali ini gilirannya berusaha menahan air matanya sendiri.

"Tidak, Hyung. Maafkan aku... Maaf... " kata Minhyun disela tangisnya.

"Minhyun-ah... tak apa-apa kau menangis di depan kami, tak perlu menahan diri ketika kau bersama kami. Bersabarlah, kuatlah bersama kami hingga hari itu tiba. Ada aku, ada kami di sini... " air mata Jisung akhirnya menetes. Ikut mengalir seakan tak ingin berhenti.

"Maaf... Maaf... "

Kata-kata serupa mantra itu terus di ulang oleh Minhyun. Seakan dia masih menyalahkan dirinya. Jisung semakin mempererat pelukannya pada Minhyun yang masih menangis terisak, menyembunyikan wajahnya yang sepertinya telah basah dengan air mata di dada Leadernya kini.

Jisung berpikir, mungkin dulu disaat Minhyun terpuruk atau menangis, akan selalu ada Jonghyun dan yang lain di sisinya. Jonghyun juga pasti akan memeluknya seperti yang dilakukannya sekarang. Meskipun perasaan itu tak akan sama. Sebab Jisung tahu dia bukan leader seperti Jonghyun. Dia berbeda dengannya. Jisung adalah Jisung. Dan dia akan berusaha menjadi leader yang dapat di andalkan oleh adik-adiknya sekarang.

Jisung sedikit terkejut ketika Jaehwan tiba-tiba muncul dan ikut menghambur kearah mereka, memeluk mereka berdua dengan lengannya yang kecil. Menyamankan diri di Punggung Minhyun dan sepertinya juga sudah mulai ikut terisak.

Biar bagaimanapun juga, Jisung tahu kalau Jaehwan menyayangi kakaknya ini. Jaehwan bahkan pernah berkata bahwa diantara member yang lain, dia yang paling dekat dengan Minhyun Hyung mereka.

Dan dari balik bahu Minhyun, Jisung tak berhenti untuk tidak tersenyum lembut, saat melihat member yang lain ada di hadapan mereka dengan wajah setengah mengantuk, nampaknya mereka ikut terbangun, sepertinya tak ada satupun yang dapat tertidur nyenyak dini hari itu. Tidak, sebelum mereka menyelesaikan permasalahan diantara mereka. Jihoon dan Daehwi tampak ikut menangis dalam diam, mereka sibuk menghapus air mata mereka sendiri.

Daniel dan Seongwoo tersenyum bangga ke arah Jisung. Bagaimanapun juga Kakak tertua mereka memang bisa diandalkan untuk situasi apapun.

Mungkin… tak akan pernah hilang perasaan Minhyun Hyung mereka itu, rasa bersalahnya, rasa takut bahkan rasa rindunya, yang bercampur menjadi satu dan akan selalu berkecamuk dalam dirinya.

Apapun dan bagaimanapun Minhyun Hyung mereka, mereka tahu mereka akan selalu ada, dan selalu mencintainya.

Maka biarlah untuk hari ini, Minhyun Hyung mereka menangis sepuasnya. Karena untuk waktu sekarang, akan selalu ada mereka di sisinya.

oOo

Tbc.

oOo

Current Music :

NU'EST W – IF YOU (있다면)

CHANYEOL (EXO) PUNCH - STAY WITH ME