CHLOROFORM
by: roxanne
Dalam hiruk piruk kehidupan yang penuh dengan aktivitas manusia, seharusnya tidak pernah terjadi suara detak jam tangan terdengar begitu kerasnya hingga memekakkan telinga, terlebih suara hembusan angin dari alat pendingin ruang terdengar begitu deras seperti badai yang mengancam kota. Ruang berukuran sekiranya enam belas meter persegi itu penuh dengan keheningan, dan ketegangngan di salah satu pihak.
"Jadi tuan Park sampai kapan kau akan menjadi bisu?." Rahang mengeras dan bola mata lelaki itu membesar menatap lelaki lain yang berada dihadapannya. Iya merunduk untuk menatap lekat pria yang duduk tepat dihadapannya, untuk menekan, mengintimidasi, dan menunjukan siapa yang lebih handal dalam permainan ini.
Tak!
Suara gesekkan besi dan kulit berserta rintihan membuat semua orang yang menjadi penonton dibalik kaca satu arah mendadak tegang. Lelaki yang bertahan untuk diam setelah hampir dua puluh empat jam, secara mengejutkan bereaksi. Lelaki pendiam ini menekan leher lelaki lainnya dengan besi- yang mengikat kedua pergelangan tangannya-, menjepit trakeanya sehingga lelaki satunya tak dapat berkutik, bahkan untuk menghela nafas.
Suara derap langkah akhirnya memecah kehening. Setelah beberapa gesekkan tulang dengan kulit, lelaki yang tersiksa bebas.
"Dengar brengsek! Aku pastikan kau lebih menderita dengan ini." Lelaki yang menjadi korban meninggalkan ruangan dengan bahu dan otot tegang di sana-sini.
"Jadi bagaimana pendapatmu dokter Lu?. Pelaku tidak pernah berkata satu kata pun, dan si korban hanya terus menangis tanpa berkata satu pun juga." Seorang lelaki lain bertanya kepadaku sambil memerhatikan kejutan meneganggakan dibalik kaca.
"Berapa kali dia bertindak kasar seperti ini?." Aku menjawab pertanyaannya dengan sebuah pertanyaan.
"Tak terhitung sejak sebulan lalu, hebatnya mulut si keparat ini masih terkunci bahkan setelah kami menyetrumnya?." Lelaki disampingku ini mengedikan bahu.
"Sekarang kalian turuti kataku, jangan ada barang keras apapun dalam setiap ruangngan yang akan dimasukinya. Bahkan tidak sebuah alat tulis pun."
"Maksudmu? Bagaimana kami melakukan penyelidikan tanpa itu semua? Bahkan tanpa borgol?."
"Ya, aku rasa CCTV cukup bukan?."
"Ya terserahlah, Mr. Know-it-all."
Perkenalkan namaku Luhan. Umurku telah berkepala tiga, setidaknya cukup untuk meyakinkanmu seberapa handalnya aku dalam profesiku. Kasus ini dimulai dari seorang lelaki berumur dua puluh satu tahun dilaporkan telah mengadu sebagai korban penculikan dan penyekapan selama lima tahun. Lelaki ini dikabarkan melarikan diri, dan meminta tolong kepada seorang wanita tua –jangka umurnya hampir habis- yang tinggal beberapa blok dari rumah penyekapan. Si keparat -penculik- akhirnya teratangkap setelah melarikan diri berminggu-minggu. Kasus ini menjadi kasus harta karun, karena semua orang yang terlibat mememcahkannya akan mendapat sebuah kesempatan untuk menjadi raja, menaikan pamor serta jabatan, karena kasus ini menarik seluruh perhatian warga korea, pemerintahan maupun lemabaga masyarakat yang menyangkut Hak Asasi Manusia, anti kriminalitas, ideologi ideal dan penyimpangan seksual.
Namun hal itu hampir mustahil terjadi karena sulitnya mendapatkan bukti yang jelas, serta perilaku menyebalkan dan persetannya dari korban serta penculik. Kasus ini seperti memperolok tim kepolisian atas ketidak becusan mereka dalam menangani masalah. Tapi bajingan Luhan ini bersumpah akan membuka seluruh seluk kasus ini.
Penyelidikan 03022013
Aku sengaja menghentakkan kakiku saat memasuki ruangan introgasi untuk menarik perhatiannya. Aku mendekatinya memilih duduk dilantai tepat bersebrangngan dengannya yang terduduk lesu dengan bersandar didinding. Aku mulai merasakan perlahan dinginnya lantai dan dinding menyentuh kulitku.
"Baiklah Park Chanyeol aku memberikan waktu sepuluh detik atas kediamanku. Jika kau tak berbicara aku dengan pasti menyimpulkan kau adalah seorang pedofilia, dan lebih parahnya kau adalah gay yang menyedihkan." Si keparat tetap dalam diamnya. Aku tersenyum miring padanya, karena aku telah bersumpah akan kata yang ia akan keluarkan hari ini.
"…."
"Oh mungkin saja kelaminmu akan berdiri jika melihat tubuhku..." aku membuka satu persatu kancing kemejaku dan berjalan mendekatinya."…yang rata dan ehm apa aku terlihat seksi dimatamu?" Aku berbisik tepat ditelinganya dengan suara diberatkan, dan aku sedikit meningkatkan aliran darahnya dengan meniup syaraf-syaraf dicuping telinganya.
"…."
"Ah apa penis mu sekecil nyalimu tuan Park? Kenapa darah-darahmu belum sampai ke tempat ini?" Aku mengelus bagian pribadinya dengan jari telunjukku.
"Mungkinkah kau impoten um? Jadi bagaimana bisa kau menyodomi dia?".Aku menyeringai melihatnya dengan otot menegang, tangan tekepal dan bisa aku pastikan suhu tubuhnya naik beberapa derajat.
"Satu…"
"…."
"…dua"
"…."
"…tig
empat…
li-"
"Aku punya sebuah pertanyaan…" aku tersenyum menang mendengar suara bass, yang mungkin bisa membuat bulu-bulu wanita berdiri, walaupun dapat dipastikan tidak akan ada wanita yang mendengar suaranya. "Jika sekarang ku suruh kau memilih antara mati sendiri dengan membenturkan kepalamu dan mati ditanganku yang mencekikmu, mana yang kau pilih?." Aku mengernyit heran dengan pertanyaannya. "Jawabannya diam. karena itu memberi lebih banyak waktumu hidup dengan diam. Dan si diam itu yang aku pilih sekarang."
Break the Silence
Seminggu telah berlalu dan si keparat benar-benar kembali dengan mode diamnya. Bahkan semua racauanku yang benar-benar menyakitinya dan lebih kurang ajar, hanya mampu membuatnya mengepalkan tangan.
"Kris, tolong buat dia mendengarkan radio. Tapi pastikan dia tidak bisa menyentuh radio tersebut."
"Lihatlah tuan sok tau ini, sebelumnya aku sempat mengagumimu karena membuatnya bicara. Tapi teryata kau tidak lebih dari seorang kacangan dalam profesimu, lihatlah si tuan keparat bungkam kembali. Dan maaf aku tidak minat melanggar aturan dan bersedia ambil resiko, untuk pria yang tidak handal ini." Kris menatapku remeh sambil menyengir memperlihatkan giginya yang membuatku sebal.
"Beri aku satu kesempatan lagi."
Penyelidikan 10022013
Aku mendatangi kantor polisi kembali, dan aku tak peduli dengan semua tatapan mereka yang ingin membunuhku hidup-hidup. Kris menghampiriku dengan langkah lebar, dia terlihat benar-benar seperti lava yang sudah merindukan untuk bersentuhan dengan udara luar.
"Apa maksudmu menyebarkan berita bohong itu Luhan! Kau ingin mempermalukan kepolisian? Lebih dari kau seorang psikolog, kau yang lebih membuntuhkan perawatan!." Aku berlalu begitu saja memasuki ruang introgasi tanpa memperdulikannya. Ketika aku masuk ruang tersebut seperti biasa Chanyeol duduk di lantai lesu sambil bersandar pada dinding. Dan aku terkejut melihat sesuatu yang berbeda dari wajahnya, lembap.
Ketika baru saja aku menutup pintu, aku terkejut kedua kalinya karena mendengar suaranya. Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Kau ingin mendapatkan harta karun Luhan-ssi? Aku akan memberikannya, tapi aku mohon tolong selesaikan kasus ini dengan cepat."
Kembali pada tanggal 22 maret 2008, waktu pertama kali aku melihatnya. Aku melewati jalan kawasan pendidikan yang biasa aku lalui. Seorang anak yang berpakai seragam salah satu sekolah menengah berjalan sendirian, diantara kerumunan. Aku merasa tertarik dengannya, melihat tubuhnya yang putih mengundang hormone testosterone berteriak-teriak ingin dibebaskan. Namun aku tidak bisa mendapatkannya hari itu, karena itu dia masih pulang dengan selamat.
Keesokan harinya seperti hari kemarin aku melewati jalan itu menuju rumah dari klinikku. Dan aku melihat anak lelaki itu lagi, ada yang berbeda darinya dari hari kemaren. Ia menggunakan pakaian olahraganya, bongkongnya tercetak jelas dan sedikit memantul-mantul ketika ia berlari dengan beberapa kawannya.
Hari ketiga aku melewati jalan itu, ini adalah sebuah kebetulan yang ku sebut takdir, aku melihatnya lagi. Aku mengikutinya, hingga ia berada dijalan sebuah perumahan-yang pastinya tidak ramai-. Dengan berlari aku membekapnya dari arah belakang, dan memaksanya memasuki mobilku. Aku memukul saraf vagus yang teletak pada lehernya, karena ia yang terus memberontak, dan akhirnya aku membuat kesadarannya hilang.
Aku menggendongnya dan memasukkan bocah itu pada ruangan yang aku sebut brangkas pribadi, pintu berangkas tersebut berada di ruang perpustakan pribadiku. Aku menguncinya didalam sana. Dan aku terus menyimpannya sampai esok hari tanpa makan atau minum, karena aku ingin menengok bocah itu dalam keadaan lemahnya, serta ketidak mampuannya melarikan diri
.
.
.
Aku tersenyum penuh kemenangan menatap Kris, dia mendelikkan bola matanya malas.
"Sepertinya apa yang diceritakaannya benar, aku menemukan pintu rahasia dalam perpustakaanya. Dan untuk kejutan akhirnya adalah kami menemukan ruangan rahasia yang lebih besar dari brangkas itu, dan ya bisa kami sebut itu ruangan penyiksaan."
"Jadi maksudmu tuan keparat ini benar-benar seorang Psycho?". Kris mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaanku.
"Aku belum bisa membuktikan."
"Kau tidak akan bisa membuktikannya Kris." Kris mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya. "Secara bio-psikologi dia normal, dan aku pun tau dia bukan."
"Aku mengijinkanmu untuk melihat lokasi, mungkin kau butuh mendapatkan beberapa data disana. Dan ya mungkin aku akan selamat dari amukan berita omong kosongmu diradio 'Si korban yang menjadi gila pasca penyelidikan', serius Luhan kau mengejek kepolisian berlebihan, ku pastikan kami tidak sekejam itu. Baiklah selamat Mr. Know-it-all, dan kau punya tugas baru setelah ini, membuat Baekhyun bicara."
The Victim
Penyelidikan 15022013
Aku menemuinya di sebuah ruang rumah sakit kejiwaan, dia tampak lebih kacau dari pada penculliknya. Menerut hipotesis Joonmyun, dia mengalami depresi berat pasca hari-hari penyekapannya, karena si penculik telah melakukan berbagai kekerasan terhadapnya.
Aku duduk disamping tempat tidurnya, dia terdiam sambil terus mengeluarkan air dari mata maupun hidungnya tanpa isak. Aku mendengarkan rekaman pengakuan yang telah Chanyeol katakan padanya. Aku menekan tombol off pada rekaman handphone, dan mulai mempelajari reaksinya.
"Seperti yang telah aku katakan padamu, aku hanya ingin mengkonfirmasi. Bisakah kau menceritakan padaku bagaimana peristiwa itu." Aku menepuk bahunya pelan, aku menunggunya untuk berbicara setidaknya aku masih menunggu ia menghetikan tangisannya.
"Penculikmu sudah dipastikan di hukum sedikit lama, jadi kau tidak usah khawatir." Aku mencoba tersenyum semenyenangkan mungkin, kesabaranku mulai habis dengan bocah satu ini. Sudah lebih dari dua jam aku menunggunya untuk sekedar menyumbat keran air matanya, demi tuhan aku hanya seorang psikolog bukan malaikat.
"Aku tidak memaksa jika kau tidak ingin Baekhyun-ssi, tapi tanpa kesaksianmu pun kami tetap bisa melaksanakan persidangan dengan segala bukti. Aku tidak tau ancaman atau tekanan apa yang tuan Park Chanyeol tanamkan padamu, namun selebih dari itu Baekhyun-ssi bukannya kau ingin memberikan balasan yang setimpal untuk penculikmu, kau seharusnya tidak diperlakukan seperti ini, kau seharusnya bisa lebih dimanusiakan, itu tidak adil bukan?" Aku menatap tepat dimatanya, aku ingin ia mengingat dendamnya, berusaha memancing dan membuatnya memakan umpan.
Dan akhirnya si bajingan hebat Luhan berhasil menarik perhatiannya. Baekhyun menatapku dan mulai membuka mulutnya, namun yang terucap adalah hembusan angin. Aku memberinya minum, dan dia mulai membuka mulutnya, terdengar pekikan yang sangat kecil dari tenggoroknya.
"Santailah, jangan terlalu memaksakan diri." Aku tersenyum dan membelai surainya.
"Wak-waktu itu aku, aku pulang selepas sekolah. Aku berjalan setelah membeli beberapa kuas tugas dari sekolah ku, tiba-tiba seseorang dari belakang membekapku dan menarikku menuju sebuah mobil. Aku, aku terus memberontak, aku takut, cemas, dan khawatir tentang diriku. Tapi dia menekan bagian pada leherku yang membuatku tak sadarkan diri.
Aku tidak tau, aku tidak sadarkan diri berapa lama. Dan aku tidak tahu aku dimana. Aku terduduk dalam sebuah ruangan sempit. Bahkan aku tidak dapat meluruskan kaki yang terasa pegal. Ruangan itu sangat gelap, tapi aku melihat seberkas cahaya berasal dari celah bidang yang aku kira sebuah dinding. Aku tertarik untuk melihat cahaya itu dan menyentuh cahaya tersebut, dan aku tersentak ketika celah cahaya itu semakin besar, ternyata celah itu berasal dari pintu. Aku bimbang untuk keluar dari sana, tapi rasa takutkulah pemenangnya."
The Game Begins
"Aku rasa profesi dan kesohoranmu cukup bisa digunakan untuk memastikan siapa yang benar diantar kedua pengakuan ini Luhan." Kris terlihat sangat menjengkalkan lebih dari biasanya hari ini, ia menaikan salah satu kakinya pada meja kerjaku dan terus tersenyum senang, karena aku tampak akan gagal memenagkan harta karun itu.
"Ya kemampuanku memang berfungsi dalam hal ini, dan seperti yang telah aku katakan kedua belah pihak berbohong."
"Entahlah, aku hanya berharap kita dapat menyelesaikan masalah ini secepatnya. Aku telah menjadwalkan pertemuanmu dengan kedua belah pihak. Selesaikan dengan cepat oke?" Kris beranjak dari ruanganku setelah mengoceh panjang lebar, dan kini waktunya aku bernafas lega.
Penyelidikan 20022013
Aku memasuki ruangan introgasi kembali menemui Chanyeol. Seperti kemarin-kemarin aku kembali duduk dilantai.
"Apa kau rindu denganku?" Dia mendelik tidak suka. dia menarik handphoneku dan menyalakan aplikasi perekam lalu ia langsung bercerita.
Keesokan hari setelah aku menyekap lelaki itu di brangkas pribadiku dan aku menemukannya dengan kondisi lemah. Aku menutup brangkas itu rapat-rapat, berjalan ke dapur menyipakan ramyun instan dan segelas air putih, lalu kembali ke brangkas. Dia tidak memberontak seperti saat aku menculiknya, aku memberikan makanan itu padanya dan ia memakannya tanpa minat.
Aku mulai melihat rambu-rambu ia telah sedikit pulih, aku lalu mengambil borgol yang berada dalam laci meja bacaku, serta kunci ruangan rahasiaku. Aku memborgolnya, lalu mengangkatnya agar aku bisa membuka pintu kedua dalam ruang berangkasku, untuk menuju ruangan pribadiku. Setelahnya aku memerintahkannya memasuki ruangan tersebut,
Aku memukulnya dan menyiksanya, agar ia patuh padaku. Ia beberapa kali melarikan diri, dengan menendang-nendang pintunya. Tapi aku tak membiarkannya. Puncaknya adalah aku yang mengencingi dia, sungguh aku menikmati raut jijik dari mukanya. Aku keluar ruanganku, dan berangkat kerja setelah puas menyiksanya.
"Aku telah selesai Luhan-ssi. Jadi bisakah kau keluar sekarang?" Dengan nafas cepatnya Chanyeol memberhentikan kicauannya, dan mengusirku.
"Kau tidak punya cerita karangan lagi yang ingin kau ceritakan? Apa kau perlu berpikir dahulu untuk bercerita omog kosongmu?"
"Mungkin."
.
.
.
Aku mengunjungi Baekhyun setelah sesi wawancaraku dengan Chanyeol. Seperti biasanya aku memperdengarkan rekaman wawancara Chanyeol.
"Dia benar akan semuanya Luhan-ssi, tapi ada satu yang terlewatkan sebelum ia pergi meninggalkanku. Ia menanyakan namaku, dan memperkenalkan diri."
The Game I
Penyelidikan 3002013
"Paman Chanyeol selalu mengurungku ditahun pertama, bahkan aku tidak tau kapan datangnya malam dan siang. Aku benar-benar buta dengan waktu. Ada kalanya aku sangat merindukan bunyi detakkan jam. Aku rasa dulu aku sangat tidak bersyukur dengan semuanya yang aku miliki, aku benar-benar menganggap sepele segala hal yang mungkin akan terasa indah jika dilakukan disaat-saat terkurung. Aku sungguh merindukan melihat pemandangan yang tidak berujung. Aku rindu kakiku berlari yang dulu aku benci. Aku rindu dibangunkan dengan sinar matahari. Aku rindu suara bisingnya jalanan kota. Aku bahkan aku tidak yakin menceritakan bahwa ini tahun pertama, karena sungguh aku buta akan detik, menit, jam semua terasa sama.
Menurutku paman Chanyeol sengaja memberiku makan dengan waktu yang tidak tentu, dia memberiku makan tidak teratur. Kadang dia memberiku makan ketika aku sudah merasa lapar setengah mati, dan kadang ia memberiku makan disaat aku masih kenyang."
"Apa selama lima tahun ini kau tetap seperti itu?"
"Tidak. Paman Chanyeol suatu waktu memasang jam di ruang tersebut, aku gembira setengah mati karenanya. Lalu setelah jarum jam berputar tiga ratus enam puluh derajat seanyak dua puluh tiga kali kali, paman Chanyeol memberiku buku, buku yang ia sobek dibeberapa halaman. Paman Chanyeo menyeleksi semua buka bacaanku terlebih dahulu. Beberapa hari kemudian paman Chanyeol memberiku sebuah koran, yang tentunya robek disana-sini, koran bertanggal 21 Maret 2010, koran pertama yang aku baca sepanjang hidupku. Dimulai dari wkaktu itu aku mulai paham waktu, dan mengetahui dunia luar"
"Aku rasa dia tidak begitu jahat, jika seperti itu."
"Tidak dia sungguh berengsek, dia menyodomiku seperti hewan selama itu. Hingga aku rasanya benar-benar ingin mencari apapun yang dapat menghilangkan lubang milikku yang selalu ia incar. Aku tidak suka padanya! Sunguh Luhan-ssi aku tidak suka dengan idenya untuk menjadikan ku hewan!"
.
.
.
Segila-gilanya pasienku aku tidak pernah merasa dijadi gilakan seperti ini. Aku butuh menguasai diriku sendiri, ambisi memecahkan kasus ini membuat kehebatan dalam diriku melemah. Hari ini aku berkunjung ke dalam rumah si tuan keparat, setelah wawancara dengan si korban. Ruangan penyiksaan itu lebih dapat dikatakan menjijikan dari pada menyeramkan, bau sperma disana-sini membuatku mual.
Rumah si tuan keparat ini benar-benar normal seperti rumah bujangan lainnya, kecuali brangkas tersebut berserta pintu rahasianya. Fakta baru yang aku dengar, sekiranya tiga tahun lalu, ada laporan penculikan seorang siswa. Polisi melakukan penelusuran dan hasil penulusuran siswa tersebut dibawa mobil hitam metalik, bermerek Hyundai dengan tipe Accent Verna yang dimiliki puluhan orang di kota tersebut. Hasil penelusuran membawa mereka kepada Park Chanyeol, namun tidak temukan bukti apapun, ruang yang disebut brangkas pribadi yang sempat dicurigaipun terbukti bersih. Karena riwayat hidup Park Chanyeol yang bersih, mereka membebaskannya.
Setahun kemudian ada seorang mayat lelaki yang terbunuh dalam ledakan mobil –kecelakan tunggal-, dan dipastikan mobil telah disabotase. Lelaki itu diperkirakan adalah Byun Baekhyun, yang mati terbunuh, karena postur tubuh dan bukti lainnya yang mirip dengan Byun Baekhyun.
Mungkin benar jika si penculik hanyalah seorang psycho, maniac seks atau jenis kelainan lainnya, dibalik itu masih banyak kontardiksi yang malu-malu terungkap, dan aku tidak memiliki keberuntungan untuk menguaknya. Aku hanya ingin memastikan atas motif apa mereka saling berbohong.
'Clowns in the Rainbow' aku menilik buku itu, buku yang aku temukan didalam ruang penyiksaan yang tersembunyi didalam toilet, tepatnya didalam botol sampo, buku itu digulung sedemikian mungki hingga dapat cukup masuk botol tersebut. Aku berpikir si penculik sungguh menyortir buku yang dibaca Baekhyun terlalu teliti, hingga buku dengan sampul terlalu bocah seperti ini pun ia larang. Aku masukan buku itu ke saku dalam mantelku, aku ingin lebih mengetahui kepribadian si korban.
Aku memutuskan kembali menemui Park Chanyeol hari ini, seperti biasa dia duduk di lantai sambil bersandar dengan lesu. Ia tersenyum benar-benar tidak waras.
"Kau ingin mendengar kisah romatis Luhan-ssi? Aku sedang tidak minat berbicara tentang hal yang kejam-kejam." Si tuan keparat langsung menodongku dengan racauan ketika aku baru saja mendudukan diriku.
"Ya."
Malam itu malam natal, aku selalu merasa kesepian di saat-saat seperti ini. Aku mengetuk pintu berangkas, tidak ada maksud apapun. Aku hanya ingin ia menyadari kehadiranku, namun tidak ada respon apapun darinya. Aku mememutuskan memasuki ruangan tersebut. Ia menatapku, lebih tepatnya pada bagian selangkanganku, wajahnya sedikit cerah karena mungkin ia tau aku tidak akan menyiksanya malam ini.
Aku menutup matanya dengan sebuah kain hitam, ia menangis tersedu-sedu saat aku mulai melakukannya. Aku terkikik geli melihatnya, rasa-rasanya bagian pribadiku tergelitik dengan tingkahnya. Ku kecup kedua matanya yang terhalang kain hitam, dan rasa asin dan basah menyentuh kulit bibirku.
"Baekhyun-ah santa datang" bisikku diditelinganya. Aku menaruh tubuh pendeknya di bahuku, membawanya ke dalam kamarku. Kain hitam aku lepaskan dari kedua matanya, dia terkejut sepertinya. Aku membelai surainya dan menciumnya dengan penuh kekuasaan, seperti biasa dia memberontak dan mengaduh saat aku membantingnya.
Kami menyatu dihiasi tangisan Baekyun, aku menggerakan milikku seperti binatang, dan kejutan bagiku karena dia mendesah seperti binal dan berereksi ditengah tangisannya. Itu adalah kado natal darinya untukku. Kami mencapai kabut putih dalam waktu yang hampir bersamaan.
"Terima kasih untuk kado natalnya Baek" bisikku lagi tepat ditelinganya, sambil mengelus kepemilikannya. "Dan paman akan memberikanmu hadiah natal utuk melihat salju di tahun ini." Kecupan didahinya memulai keheningan diantara kami, malam natal kami habiskan sambil melihat pemandangan salju yang ada terlihat dari jendela kamarku. Baekhyun tidak ingin tidur, aku tau saat ini dia hanya ingin menikmati kebebasannya, dan aku pun tidak ingin tidur karena tidak ingin memberikannya kesempatan.
Aku terkantuk mendengar ocehan si tuan keparat. "Ku rasa aku cukup mendengar ceritamu." Aku membawa tubuhku untuk bangun dari posisi dudukku dari lantai.
"Park Chanyeol-ssi, kasusmu sedang di proses dan sebentar lagi aku terbebas dari mu." Aku mengucapkan kata selamat tinggal sebelum keluar dari ruangan tersebut, dan aku melebarkan kelopak mataku melihat si keparat yang tersenyum dengan tenang.
Sorrow
Penyelidikan 11032013
"Jadi Byun Baekhyun-ssi sekarang waktumu menceritakan kejahatannya." Aku menaruh handphoneku dihadapan Baekhyun memberi sinyal atas ketidak sabaranku. Dia tersenyum lirih padaku.
"Tahun-tahun pertama aku selalu disekapnya dan tak diizinkannya bahkan hanya untuk melihat malam dan siang. Aku bahkan tidak mengerti waktu, sudahkah ini sedetik, semenit, sehari, sebulan atau telah bertahun-tahun. Ia pun sepertinya tidak memberiku makan tepat waktu, ia benar-benar menginginkanku buta akan waktu.
Ada saatnya aku merindukan hal-hal sepele yang sering manusia bebas acuhkan. Aku merindukan detikan jam, cahaya matahari yang menjilatiku, suara klakson yang memenuhi jalan, aku merindukan kakiku berjala jauh, mataku ini merindukan untuk melihat pemandangan yang tak berujung…."
"Bakhy…." Aku ingin mengatakannya untuk diam, dan mulai melanjutkan cerita tahun berikutnya karena hal ini sudah beberapa kali ku dengar.
"Satu-satunya cara interaksiku dengan paman pada masa itu dengan jeritan, rintihan dan tangisan. Dulu aku tidak pernah berpikir untuk disetubuhi, yang aku tau suatu saat nanti aku akan yang akan melakukannya. Paman sering memukul, membanting, dan membenturku jika aku menolaknya, aku selalu menolaknya dan keselaluan itu pun berlaku pada penyiksaannya padaku." Baekhyun menerawang kosong, matanya seperti menyelami labirin-labirin yang pernuh rasa kesakitan, ia terkadang meringis dan tersedak dengan kata-katanya.
"Ruang itu kian hari kian pengap, bahkan aku rasa semakin hari indera-inderaku mulai tidak berfungsi. Aku mulai frustasi dengan pemandangan tembok-tembok yang membatasi. Kadang aku hanya ingin mati saja, penyiksaanku bertambah karena aku mulai menggemari diri untuk menyiksa diri. Paman selalu memberiku makan yang artinya hidup akan semakin panjang dan aku membenci itu aaaaargh." Baekhyun mengamuk membanting segala benda yan mencapai tangannya, ia meronta ketika suster memegangi badannya dan menyuntikan obat penenang.
"Eungh lihat manusia kepala kambing itu menggelikan….dia dan badutnya terus menghantuiku. Tapi badut itu terlalu lucu untuk menjadi brengsek, mereka cuma pecundang hyung….. Aku mohon jangan pergi hyung. Aku ingin pizza dan donat yang sebesar ufo…hm" Aku memperhatikannya menunggunya benar-benar terlelap, dan terkikik mendengar igauan stressnya.
ToBeContinue
.
.
.
.
.
Hallo, aku udah janji di fanfict kemarin bikin ff baru chanbaek. Dan well ini jadinya -_- lol. Kalau kemaren bawa cerita ngebosenin sekarang musingin. Kalau ada yang gak ngerti tanya aja di review. Tbh, aku pusing sendiri bikin fanfict ini. Seperti kemaren fanfict ini udah beres tinggal edit sana-sini biar lebih nyambung
Jadi aku mohon review dan respon lainnya dari kalian, kalau sekiranya gak ada yang suka fanfict ini aku mau hapus fanfict ini aja deh, soalnya aku jujur pusing bikinnya.
