Summary: He's gay and never fallen love with woman. He doesn't think if he is being loved by woman. Many people know about Berwald Oxenstierna, the middle 40 years old man and he also a furniture maker.
When Tiina Vainamoinen, a 18 years old girl came into his life, his life instantly changed. To cover his discomfort due to changes brought about the girl, he always acted rude with her and to do some physical violence. But Tiina doesn't complain about her life and still survive even Berwald always torture her sexually and physically. Her patience make Berwald changed bit by bit.
One day, Tiina leave Oxenstierna household and Berwald realised if he fallen in love with an innocent girl. It makes Berwald feels himself dying and lost all things. (Thanks to Livia-san for the beta, I still learning).
"Berwald? Mau kubelikan sesuatu?" tanya Tiina lembut ketika Berwald sedang kelelahan. Tangannya menyentuh pundak Berwald perlahan-lahan. "Kubelikan minuman dingin ya?"
Berwald menatap Tiina dengan tatapan dingin seperti tatapan yang biasanya ia tampilkan pada orang lain tetapi tatapan dingin yang ini terdapat secercah kelembutan. Rasa bahagia yang amat mendalam. Lama Berwald menatap perut Tiina yang semakin besar—mungkin sudah berusia tujuh bulan—dengan tatapan penuh kasih sayang dan penuh kebahagiaan sekaligus penyesalan yang mendalam.
Ia tidak habis pikir mengapa ia bisa memaksa Tiina untuk menggugurkan kandungannya akibat nafsu bejatnya dan kesadisannya di masa lalu. Ia menyadari kesalahannya setelah Tiina pergi dari rumah dalam keadaan terluka secara fisik dan mental akibat perbuatannya. Banyak kesalahannya yang ia harus perbaiki pada Tiina, Tiina berhak untuk hidup bahagia dan mencari pria yang lebih baik darinya. Berwald memang pernah melakukan kekerasan pada Tiina hingga gadis itu nyaris di ambang kematiannya. Anak yang hampir mereka miliki dibunuh olehnya. Dulu Berwald sama sekali tidak peduli karena itu adalah buah dari pemaksaan. Ada luka-luka yang tersisa di tubuhnya yang sudah bertahun-tahun lamanya. Setiap Berwald mengingat hal itu, hati Berwald serasa diiris oleh pisau godam. Apalagi begitu tahu Tiina mencintainya setengah mati.
Tiina menatap Berwald dengan tatapan bingung dan takut-takut jika Berwald kembali ke sikap lamanya. "Apa aku salah bicara, Berwald?"
"Tidak perlu," jawab Berwald datar dan menarik Tiina ke dalam pelukannya. "Jaga bayi kita. Jangan kemana-mana, berbahaya."
"Ber—selama ini kamu tidak pernah seperti ini?" Tiina tergagap dalam pelukan pria Swedia itu. "Maksudku bukan begitu—aku hanya terkejut saja."
"Katakan saja apa yang kamu mau," balas Berwald lambat. Tangannya masih menahan Tiina ke dalam pelukannya agar gadis itu tidak lepas darinya. "Aku akan menurutimu."
Tetaplah di sini bersamaku. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, sebagai ganti seluruh kenangan buruk yang pernah kuberikan kepadamu. Seandainya aku bisa hidup seratus tahun lagi untuk membahagiakanmu.
.
.
.
Innocent Vainamoinen and Heartless Oxenstierna
[Part of Innocent Vainamoinen and Other Stories]
Disclaimer: Hidekaz Himaruya
Pairing: Su x femFin
Rate: M because of domestic violence, abuse, rape, AU. Sadistic Berwald. Berwald POV. Prologue. Sorry for the OOC-ness. Don't like don't read.
.
.
.
Ini adalah kisahku dimana aku tidak bisa menceritakannya kepada orang lain. Dimana cerita itu sendiri tidak akan pernah terucap dari mulutku sendiri. Kisah yang penuh penyesalan mendalam yang sepatutnya tidak boleh terulang lagi.
Penyesalan mendalamku yang teramat sangat. Betapa aku menyayanginya dengan sepenuh hati. Dia adalah jiwaku, nyawaku, api sulbiku dan jantungku. Sedikitpun aku tidak bisa lepas darinya dan menyesal atas apapun.
Sebelum aku bertemu dengan Tiina Vainamoinen yang sekarang menjadi istriku, aku adalah seorang homoseksual dan bertekad untuk tidak mencntai wanita sedikitpun. Mungkin orang akan bingung mengapa pada akhirnya aku memilih Tiina untuk menjadi istriku.
Aku juga tidak mengerti sebenarnya mengapa seperti itu. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk mencintai gadis itu.
Ada sebuah jalan berliku-liku dalam kisah cintaku dengan Tiina. Sebuah kisah tragis yang mungkin menyimpan luka mendalam di antara aku dengan Tiina. Aku akan menceritakannya secara berurut dan perlahan-lahan, bagaimana aku bisa bertemu dengan gadis Finlandia itu dan pada akhirnya aku menghabiskan hidup bersamanya.
Aku adalah Berwald Oxenstierna, anak tunggal dan aku bekerja sebagai pembuat furnitur yang cukup terkenal di Swedia. Usiaku merupakan usia yang sudah terlalu tua untuk mencari seorang istri dan aku bersyukur Tiina hadir di dalam hidupku selama ini—sekitar empat puluh sembilan tahun lamanya aku hidup dan aku tidak pernah merasa lebih hidup. Bertahun-tahun lamanya, aku pernah mencintai seorang gadis Norwegia dan ia amat sangat cantik. Dengan rambut pirang panjang sepinggang dan tatapan mata sedingin es menyimpan pesona sendiri bagiku. Halldora Bondevik, nama gadis yang kuceritakan itu menyimpan kenangan khusus yang tidak bisa kugantikan.
Ah, aku masih ingat ketika aku berusia dua puluh dua tahun di mana aku masih sangat muda dan banyak gadis-gadis yang mendekatiku untuk mengajakku berkencan tetapi gagal karena aku menatap mereka dengan tatapan tajam. Menurutku, aku tidak membutuhkan siapa-siapa lagi selain Halldora. Pada saat itu, hanya dialah tumpuan hidupku dan cintaku dan tidak ada yang lain. Kami tidak perlu lagi banyak kata-kata terucap dan kami saling mengerti. Sebelum Tiina hadir ke dalam kehidupanku, aku selalu mengingat bagaimana halusnya tubuh Halldora dan teringat akan kenikmatan yang ditimbulkannya ketika kami memadu cinta waktu itu. Beberapa saudaraku yang mengetahui tentang itu meneriaki kami dengan sebutan-sebutan cabul. Mungkin ya, karena diam-diam kami memadu kasih di dalam tenda yang terletak dekat pantai dan kami tidak menyadari bahwa ada yang mengintip kami.
"Apa yang kau lakukan, Beary!" teriak Matthias Kohler, tetanggaku yang berasal dari Denmark itu. Pria itu selalu saja berisik setiap saat dan suka mau tahu urusan orang. Kami berdua diajak ke pantai olehnya dan juga beberapa teman lainnya. Buru-buru aku merapikan pakaianku dan celanaku, begitu juga dengan Halldora yang tampak malu dengan penampilannya sendiri.
"Menjauh dariku, anko uzai!" bentak Halldora malu sambil menutupi dadanya dengan selimut yang ada. "Dasar penganggu!"
Setelah itu, kami berdua langsung menghajar Mathias sampai puas. Itulah kenangan musim panas kami yang terakhir. Karena setelah itu, Halldora terkena suatu penyakit dan aku makin jarang berkencan dengan Halldora. Kuhabiskan sisa waktu Halldora hanya dengan menemaninya saja. Harapanku adalah agar Halldora bisa cepat sembuh kembali.
Sayangnya kebahagiaanku tidak akan berlangsung lama karena gadis itu meninggal karena sakit malaria yang saat itu sedang mewabah di daerah Swedia. Semua mimpi indahku hancur lebur begitu saja dan rasa sakit dihatiku semakin bertambah begitu menyadari Halldora meninggal dalam keadaan mengandung anakku. Setelah kematiannya, aku menghabiskan beberapa hari untuk berjalan-jalan di sekitar Gamla Stan dalam keadaan mabuk. Semuanya sudah diambil dariku pada saat itu dan aku sempat menyalahkan keadaan. Sejak saat itu, aku bertekad tidak akan jatuh cinta dengan wanita manapun dan menanamkan ke dalam pikiranku bahwa wanita adalah pengganggu.
Aku mulai berkubang ke dalam kegelapan dan hampir setiap hari aku sering pergi ke diskotik dan terjerumus ke dalam lubang kenistaan. Di sanalah aku pernah berhubungan intim dengan banyak pria. Oh tentu saja itu hubungan yang aman karena aku amat sangat berhati-hati—kau tahu itu, bukan? Itu semua berlanjut hingga aku berusia tiga puluhan akhir.
Setelah masa itu, aku merasa hidup ini hampa dan sudah tidak ada harapan lagi. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan dalam hidup ini. Bagiku hidup adalah seperti air, mengikuti arus begitu saja seperti tanpa tujuan. Lagipula, tujuan apa lagi di dalam hidupku yang bisa memberiku kebahagiaan. Tidak ada bukan?
Seandainya harapan itu memang ada, mengapa tidak diberikan sejak dulu. Waktu yang kumiliki sudah terbuang percuma hanya sekedar menjalani hidup tanpa arti. Aku tidak bilang bahwa aku layak menerima semua ini. Siapa yang bilang? Aku hanya menginginkan sesuatu yang berbeda.
Mungkin hanya kisahku yang bisa kuceritakan di sini. Di sebuah catatan usang ini.
Jika saatnya tiba, aku akan memberikan catatanku pada Tiina dan membiarkan dia mengetahui kisahku yang sesungguhnya.
TBC
A/N Terinspirasi dari buku sastra Spanyol (saya tidak ambil semuanya dan hanya mengandalkan ingatan karena buku itu hilang). Maaf karena Sve OOC (mungkin) karena terinspirasi dari cerita Sve di jaman Viking. Ini seperti catatan harian milik Sve, tolong dimaklumi. Chapter ini kemungkinan akan panjang.
Mungkin bingung mengapa saya publish fic banyak banget. Soalnya memang fic-fic sebelumnya sudah ditulis lama banget cuma malas publish #plak.
