RedApplee
present
YUANFEN
o)(o
Park Chanyeol x Bian Baixian
Xiao Lu
Victoria Song
Jay Chou
o)(o
Genre : Drama, Romance with a little bit family
Length : Multi-Chapter
Warning : Genderswitch and Typos
o)(o
.
-Prologue-
- Unspoken -
Beijing, 1997
Tuk
Tuk
Gadis bersurai brunette yang baru saja menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mungilnya dibuat terusik oleh bunyi pada jendela kamarnya. Matanya menatap pada jendela kamar yang tertutupi gorden peach itu dengan tatapan menunggu.
Tuk
Dan lagi, benturan kerikil pada kaca jendela kamarnya kembali terdengar membuat ia menghela selimut dari atas tubuhnya dan menurunkan kaki hingga menjejak lantai ubin lalu berjalan kearah jendela kamar.
Srakk!
Menyibak gorden, ia membuka kait pengunci jendela kamar yang merupakan akses menuju balkon. Melangkah dua tapak keluar dari dalam kamarnya seraya menengok kebawah untuk melihat siapa gerangan pelaku dari pelemparan kerikil. Dan mata sipitnya membulat ketika bertatapan dengan mata rusa sang sahabat yang tersenyum meringis.
"Baixian," lirih sipelaku.
"Xiao Lu?"
Si mata sipit berambut brunette pada akhirnya berhasil menyusupkan sahabat perempuannya itu masuk kedalam rumah setelah memastikan ia tidak menimbulkan keributan apapun. Bian Baixian, 18 tahun, dan sudah mengenal Xiao Lu yang juga seumuran dengannya itu menatap sahabatnya yang tengah menyesap susu vanilla hangat buatannya dengan kepala penuh tanda tanya.
"Aku datang untuk membuat pengakuan," ucap simata rusa karena ia sadar sedari tadi dirinya diperhatikan oleh sahabatnya itu, menanti penjelasan kenapa malam-malam begini ia datang kemari.
"Pengakuan apa?" Xiao Lu memainkan jempolnya pada gagang mug bergambar bunga sakura ditangannya sebelum menjawab. "Xiao Lu kau…"
"Aku hamil."
"Tidak har… apa?" Baixian menghentikan ucapannya takut-takut dirinya salah dengar. Xiao Lu menarik nafas sekali sebelum mengulangi perkataannya.
"Aku hamil, Baixian," Baixian serta-merta menangkup telapak tangan kebibirnya dengan tatapan tidak percaya pada Xiao Lu. Seharusnya ia mengucapkan selamat karena Xiao Lu hamil dan akan menjadi ibu. Tapi bagaimana bisa, mereka masih 18 tahun dan baru akan menghadiri pesta kelulusan seminggu lagi.
"Bagaimana bisa, Xiao lu?" tanya Baixian. Apanya yang tidak bisa? Pertanyaan apa itu Baixian? Xiao Lu seorang perempuan maka hal yang lumrah jika ia bisa hamil. Tentu saja pikir Baixian tapi siapa yang telah membuahi rahim Xiao Lu. Sepengetahuannya Xiao Lu tidak memiliki kekasih.
"Aku.. aku melakukannya dengan.. dengan kekasihku," aku Xiao Lu.
"KEKASIH YANG MANA?" suara Baixian tiba-tiba meninggi tanpa ia sadari lalu ia segera menangkup mulutnya dengan telapak tangan dan kedua matanya menatap kearah pintu kalau-kalau lengkingannya barusan berhasil membangunkan ayah dan ibunya. "Maaf.. aku tidak bermaksud Xiao Lu, aku, aku hanya terkejut. Kau hamil oleh kekasihmu, tapi kau tidak pernah bercerita padaku bahkan kepada Chanyeol, Qian dan Jay bahwa kau memiliki kekasih," Xiao Lu menundukkan kepala dengan gelengan kecil.
"Maafkan aku, kami terpaksa backstreet."
"Tapi kenapa, siapa dia, Xiao Lu…" Baixian meraih kedua bahu Xiao Lu membuat sang sahabat mendongak menatapnya. "Katakan siapa dia, kau harus memberitahukan ini padanya, dia harus bertanggung jawab."
"Tidak bisa," ia menggelengkan kepala lemah. "Ia telah pergi."
"Apa?" mata Xiao Lu telah memerah dan gumpalan air mata perlahan terbentuk pada kedua bola mata rusa itu. "Xiao Lu, katakan padaku siapa dia, katakan!" Baixian mengguncang bahu Xiao Lu membuat Xiao Lu tak kuasa menahan air matanya.
"Berjanjilah.. hiks.. berjanjilah kau tidak akan mengatakan ini pada siapapun Baixian, hiks.. kumohon," Xiao Lu menggenggam kedua jemari lentik Baixian dan menatap sahabatnya itu dengan berurai air mata.
"Hmm.. jadi katakan siapa dia?"
"Dia.. dokter magang di klinik dekat rumahku," kembali, bola mata Baixian membulat. Dokter magang itu pikirnya. Dokter magang yang pernah mengobati luka Chanyeol sahabat mereka saat jatuh dari motor. Dokter tampan keturunan bule yang tinggal di Tiongkok dan mendapatkan rekomendasi magang di Beijing.
"Li yi seng?" Xiao Lu mengangguk. "Astaga Xiao Lu, k..kau berpacaran dengan Li yi seng?"
"Dua hari lalu ia berpamitan padaku karena masa magangnya selesai dan aku baru tahu kalau aku hamil hari ini," jelas Xiao Lu. "Aku.. hiks.. mencoba menghubungi ponselnya hari ini tapi.. tapi operator telpon yang menjawab kalau nomor itu… tidak bisa dihubungi lagi," Xiao Lu terisak dan Baixian meraih sahabatnya kedalam dekapannya untuk menenangkannya.
"Buyao danxin (jangan khawatir), Xiao Lu," Baixian mengelus puncak kepala Xiao Lu. " Wo hui yizhi zai ni shenbian (aku akan selalu ada disampingmu)."
"Xie xie Baixian," lirih Xiao Lu.
"Wo daying ba oshou mimi you guan Li yi seng, zhidao wo si (aku berjanji akan menjaga rahasia tentang dokter Li sampai aku mati)."
"Buyao shuo (jangan berkata begitu) !" Xiao Lu menatap Baixian dengan mata rusanya yang berkaca-kaca. Baixian tersenyum kecil seraya menghapus air mata Xiao Lu.
"Tapi setidaknya kau harus menceritakan ini kepada Chanyeol, Qian dan Jay, mereka sahabat kita Xiao Lu."
"Mereka pasti akan kecewa padaku," Xiao Lu menundukkan kepala lagi.
"Ya, mereka akan kecewa tetapi aku yakin mereka tidak akan meninggalkanmu sama sepertiku," Baixian meyakinkan. "Bahkan jika aku lelaki maka aku yang akan bertanggung jawab menggantikan posisi Li yi seng menjadi ayah bayimu," bibir Xiao Lu membentuk senyuman kecil mendengar ucapan Baixian. Sahabat yang selalu dapat membuat perasaannya menjadi lebih baik, tidak salah ia memutuskan untuk memberitahukan Baixian tentang hal ini.
"Orang tuaku juga pasti akan kecewa padaku."
"Sangat tidak mungkin jika mereka tidak kecewa Xiao Lu," ujar Baixian. "Tapi, setidaknya kau memiliki keberanian untuk bertanggung jawab."
"Bagaimana jika orang tuaku mengusirku?"
"Kau memiliki aku, Chanyeol, Qian dan Jay, kami akan menerimamu, percayalah."
"Hiks… terima kasih Baixian, hikss…" Xiao Lu tidak tahu bagaimana ia dapat menghadapi kenyataan akan kehamilannya ini jika saja ia tidak datang pada Baixian. Mungkin ia akan berakhir terjun dari jembatan.
"Anggap saja kau memberiku hadiah ulang tahun lebih awal, aku akan menjadi seorang bibi, bibi Baixian," ia terkikik sendiri membayangkan dirinya dipanggil bibi.
o)(o
Jarum panjang pada jam dinding berbentuk bundar yang terpajang pada dinding berwarna broken white itu mengarah pada angka 12 begitupun dengan jarum pendeknya. Baixian yang kebetulan terbangun dan baru saja keluar dari dalam kamar mandi dilantai bawah rumahnya dibuat terkejut akan suara dering telpon.
Kringg
Kringg
Melirik jam dinding bundar, alis matanya naik sebelah sembari berfikir siapa sekiranya yang menelpon pada tengah malam begini. Penasaran meskipun merasa ngeri sendiri mendapati telpon rumahnya berdering ditengah malam begini, Baixian tetap berjalan kearah meja kecil dekat ruang keluarga untuk mengangkat telpon.
Klikk
"Wei," sapa Baixian.
"Saengil chukka hamnida," sebuah nyanyian dari suara bass diseberang telpon seketika membuat kurva dibibir Baixian membentuk senyuman. "Saengil chukka hamnida, saranghaneun uri Baixian, saengil chukka hamnida," suara ini, nyanyian ini, tanpa bertanya Baixian sudah tahu siapa gerangan si penelpon. Park Chanyeol, sahabatnya yang seorang keturunan Korea. Setiap tahunnya ia akan mengucapkan nyanyian ulang tahun dengan bahasa ibunya untuk Baixian yang berdarah China.
"Gomawo Chanyeolie," ucapnya manis dalam bahasa Korea yang ia pelajari dari Chanyeol.
"Apa aku orang pertama yang mengucapkannya padamu?"
"Eung.. seperti biasanya."
"Assa!" pemuda bertubuh tinggi yang diseberang sana tengah duduk ditangga ketiga dari bawah dengan telinga tertempel gagang telpon yang talinya ia selipkan diantara pagar tangga, tersenyum mendengar jawaban Baixian. "Apa aku mengganggu tidurmu?"
"Kebetulan aku baru saja dari kamar mandi, apa kau tidak tidur demi mengucapkan selamat ulang tahun untukku?" kekeh Baixian.
"Untukmu itu bukan apa-apa."
"Eyy jangan mulai menggombal Chanyeolie," meskipun begitu Baixian tidak dapat mengelak bahwa pipinya merona karena ucapan Chanyeol.
"Aku serius."
"Begitu ya, bagaimana jika aku memintamu untuk menjadi ayah bayi Xiao Lu, apa kau mau?" tanya Baixian main-main. Omong-omong Xiao Lu telah menceritakan tentang kehamilannya pada keempat sahabatnya dan sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya pada keluarganya.
"Mwoya, naega wae?" lihat, bahasa ibunya keluar. Baixian terkikik menanggapi Chanyeol.
"Aku hanya bercanda," sahutnya pelan.
"Aku tidak bisa melakukan itu."
"Aku juga tidak akan meminta itu," untuk beberapa detik tak ada suara yang terdengar. Namun debaran halus yang bersarang pada dada mereka seakan telah saling mengerti kenapa keduanya berkata demikian.
Sudah sejak lama Park Chanyeol menyukai sahabatnya Bian Baixian, suka melebihi dari konteks pertemanan. Ia ingin menjadi seseorang yang lebih spesial dimata dan kehidupan Baixian. Selama ini ia telah menyembunyikan perasaan itu karena khawatir akan persahabatan mereka. Namun Jay, Xiao Lu dan Qian terus mendorongnya untuk mengungkapkannya.
"Kau tidak akan pernah tahu jika kau tidak mencobanya, Park," ucap Qian, temannya yang berdarah China.
"Qian benar, bagaimanapun nanti jawaban Baixian kau harus dapat menerimanya," timpal Jay pula.
"Bagaimana jika Baixian menjauhiku setelahnya?"
"Kau adalah orang yang paling tahu bahwa Baixian tidak akan bersikap demikian Chanyeol," sahut Xiao Lu pula. "Aku yang hamil begini saja tetap dianggapnya sahabat," Qian dan Jay tertawa mendengar penuturan Xiao Lu.
"Gentlementlah sedikit bung," Jay menepuk punggung Chanyeol. "Now or never!"
Chanyeol mendengar helaan nafas lembut Baixian diseberang sana, dan itu membuat ia tersenyum menyadari bahwa gadis yang dicintainya masih berada diseberang sana, diberikan kepanjangan usia untuk mendengar ucapan selamat ulang tahun darinya. Dan nanti malam, mendengar ungkapan perasaannya dalam pesta kelulusan yang diadakan oleh sekolah. Chanyeol bersama dengan ketiga sahabatnya serta teman-teman disekolah mereka telah sepakat membuat pesta kejutan untuk sijuara sekolah Bian Baixian. Karena kebetulan hari ulang tahun Baixian bertepatan dengan diadakannya pesta kelulusan.
"Omong-omong tumben menelpon ke telpon rumah tidak ko ponselku."
"Mencoba keberuntungan."
"Bagaimana jika tidak ada yang menjawab hmm?"
"Kau sudah kubilang kalau aku mengetes keberuntunganku," Chanyeol nyengir. "Kau akan datang pada pesta kelulusan bukan?"
"Tentu saja," jawab Baixian.
"Dandan yang cantik ya," kekeh Chanyeol malu sendiri mengucapkannya.
"Ohh jadi aku harus dandan dulu baru disebut cantik, jadi kalau aku tidak dandan maka aku tidak cantik," Baixian memancing.
"Bu.. bukan begitu Baixian, kau selalu cantik kok, selalu," jawab Chanyeol cepat. Diseberang Baixian terkekeh pelan dan Chanyeol selalu menyukai suara Baixian, saat ia berbicara, saat ia tertawa, itu seperti nyanyian burung surga. Lihat bagaimana hiperbolanya orang yang sedang jatuh cinta.
"Kau tidak bisa menjemputku ya?" tanya Baixian manja.
"Aku tidak bisa," jawab Chanyeol dengan nada bersalah. Ia tidak bisa karena ia harus mengkordinir pesta kelulusan, secara dirinya ketua murid. Dan ia juga harus memastikan pesta kejutan siap digelar saat Baixian tiba di gedung aula sekolah. "Dui buqi."
"Meiguanxi," jawab Baixian. "Sepertinya baba bisa mengantarkanku."
"Kabari aku jika kau membutuhkan sesuatu, ya."
"Baiklah."
"Kalau begitu lanjutkanlah tidurmu, sampai bertemu besok Baixian."
"Hmm.. sampai bertemu besok Chanyeolie."
"Wan an, hao meng (good night, sweet dream)."
"Eung.. jaljayeo~ Chanyeolie."
o)(o
Aula sekolah yang megah telah didekorasi begitu indah untuk malam pesta malam kelulusan, ada panggung kecil dimana alat-alat musik telah ditata dengan apik disana untuk dimainkan oleh pengisi acara nantinya. Para tamu yang tak lain adalah murid tahun terakhir Rouhen Highschool satu persatu mulai memadati aula. Duduk dikursi yang telah disediakan atau berdiri saling bercengkrama dan menyapa teman. Malam itu pesta kelulusan memiliki tema dengan dresscode berwarna hitam untuk lelaki sedang merah untuk perempuan, maka tak heran jika aula dipenuhi dengan warna merah dan hitam yang begitu mendominasi. Tidak hanya para murid, para gurupun berpakaian sesuai dengan dresscode yang tleah ditentukan.
"Bagaimana persiapannya?" tanya Chanyeol pada Jay.
"Aku telah menyiapkan posternya," Jay menunjuk kaitan diatas panggung. "Jika talinya ditarik maka poster besar bertuliskan 'Happy birthday Baixian' akan memenuhi latar panggung lalu confetti serta terompet juga sudah disiapkan."
"Begitupun dengan cake strawberry kesukaan Baixian," timpal Qian.
"Baixian sedang mencari taksi," Xiao Lu memberitahukan. Ia yang memakai gaun dengan rok balon tampak begitu cantik malam itu. Tak tampak tanda-tanda bahwa dirinya tengah berbadan dua. Dan Xiao Lu bertugas untuk memberitahukan realt-time tentang pergerakan Baixian dari rumah menuju kesekolah.
"Taksi, bukankah Baixian akan diantar ayahnya?"
"Ayahnya tidak bisa mengantar karena ada urusan dikedutaan, kau tahu sendiri ayahnya bekerja di kedutaan Tiongkok," jawab Xiao Lu. Chanyeol merasa cemas dan gugup, sebentar lagi Baixian akan tiba.
"Kau gugup huh?" tanya Qian. Teman perempuannya yang satu ini memang selalu jahil jika menyangkut tentang dirinya dan Baixian. "Apa kau sudah menghafal isi kertas pernyataan cintamu pada Baixian?"
"Ya! Song Qian neo jinja!" Qian tertawa tanpa menahan suaranya diikuti Jay.
"Calm dude," Jay menepuk bahu Chanyeol.
"Entahlah, aku merasa gelisah, kau tahu.. mungkin karena terlalu gugup."
"Jantungmu berdebar begitu keras?" tanya Jay.
"Ya, sangat keras," angguk Chanyeol.
"Kau tahu, katanya jika jantung berdetak terlalu kencang itu semacam firasat akan terjadi sesuatu," ucap Qian.
"Sesuatu apa?" tanya Xiao Lu.
"Sesuatu…." Qian membawa mata kucingnya pada ketiga sahabat yang menunggu jawabannya. " … tentu saja menunggu momen dimana Chanyeol mengungkapkan perasaannya pada Baixian," kekeh Qian.
"Song Qian! Neo jinja!" Chanyeol sudah berdebar menunggu jawabannya ternyata Qian tengah mencoba membuatnya kembali menjadi bahan candaan.
"Qian hanya mencoba membantumu tetap rileks Chanyeol," Xiao Lu berujar sambil menepuk lembut lengan Chanyeol.
"Tapi itu justru membuatku semakin deg-degan."
o)(o
Pernahkah kau mendengar tentang ungkapan 'malam itu tak berbau'. Baixian tak memiliki firasat apapun ketika ia melangkahkan tungkai kakinya keluar dari dalam rumah, lalu berhenti didepan komplek perumahannya untuk menyetop taksi.
"Rouhen Highschool," ucapnya pada sang supir taksi.
Ayahnya harus tinggal lebih lama dikantor dikarenakan pekerjaannya di kedutaan maka Baixian terpaksa pergi ke pesta kelulusan menggunakan taksi. Sepanjang perjalanan yang ada dipikiran gadis bergaun selutut itu adalah bertemu dengan Chanyeol dan ketiga sahabatnya. Ia tersenyum membayangkan malam ini mereka akan berpesta merayakan kelulusan sebelum akhirnya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Dan yang membuat senyuman Baixian semakin sumringah adalah Baixian akan melanjutkan kuliah ke Seoul University bersama dengan Chanyeol. Sementara Qian akan melanjutkan kuliah ke Jepang dan Jay akan ke Kanada. Xiao Lu masih belum jelas bagaimana masa depannya karena sampai kini ia belum bicara jujur pada orang tuanya.
Baixian menatap kaca jendela yang basah dikarenakan tiba-tiba saja turun hujan. Memang tadi saat ia baru keluar rumah sudah mulai gerimis dan tidak menyangka bahwa akan semakin lebat seperti sekarang.
Hujan yang begitu lebat membuat jalanan menjadi licin dan beberapa kali sang supir taksi mengerem mendadak karena tergelincir yang mana membuat Baixian jadi khawatir sendiri.
"Maaf, karena hujan jadi jalanannya licin," ucap sang supir.
"Meiguanxi."
Namun ucapan 'tidak apa-apa' itu telah menjadi kalimat terakhir yang keluar dari bibir mungil Baixian.
Sretttt
Karena hanya berselang 5 detik, ban mobil kembali tergelincir ditikungan hingga membuat mobil taksi tersebut berputar dua kali dan menubruk van yang datang dari arah berlawanan, lalu terbanting terbalik.
Brakkk!
o)(o
Chanyeol menghela nafas lewat mulut sembari berjalan bolak-balik didepan pintu aula menunggu kedatangan Baixian. Hampir seluruh murid tingkat akhir telah berada didalam aula menikmati pesta. Namun hingga kini Baixian tak tampak muncul. Hujan mengguyur bumi Beijing dengan begitu derasnya membuat Chanyeol semakin khawatir.
"Baixian belum tiba?" Xiao Lu menghampiri Chanyeol.
"Belum, kau sudah mencoba menghubunginya?"
"Tidak dijawab," jawab Xiao Lu. Ia baru akan mencoba menelpon kembali ke nomor Baixian namun ponsel Chanyeol telah lebih dulu berbunyi.
"Ini Baixian," Chanyeol tersenyum sembari mengangkat panggilan itu. "Wei…." Xiao Lu menunggu, dia mengeryit ketika perlahan ekspresi wajah Chanyeol berubah. Kerutan diujung matanya yang tadi muncul karena senyuman kini muncul karena sesuatu yang menurut firasat Xiao Lu karena sesuatu yang tidak baik. Karena air muka Chanyeol menjadi pias dan bola matanya menjadi kosong.
"Sudah dapat kabar dari Baixian?" Qian muncul dibelakang Xiao Lu bersama Jay.
"Mungkin agak terhambat karena sedang hujan," lontar Jay pula.
"Chanyeol, ada apa?" tanya Xiao Lu mengabaikan Qian dan Jay. "Chanyeol!" tangan kanan Chanyeol yang memegang ponsel lemas dan terjatuh begitu saja pada sisi tubuhnya. Xiao Lu meraih ponsel dan menaruhnya ditelinganya.
"Wei, Baixian kau…"
"Xiao Lu…" itu bukan suara Baixian melainkan suara ibunya.
"Chanyeol… tolong sampaikan maaf pada teman-teman disekolah," suara itu begitu parau membuat jantung Chanyeol seketika berdetak kencang. Ada rasa takut dan gelisah yang ia tidak mengerti muncul darimana. "Baixian… Bai… hiks.. Baixian telah meninggal… hiks… ba.. baru saja. Hiks… taksi.. taksinya mengalami… mengalami kecelakaan…."
Penjelasan yang sama juga didapat Xiao Lu dari suara yang dibarengi isakan ibu Baixian. Bola mata rusanya bersitatap dengan bola mata bulat Chanyeol yang memerah. Air mata jatuh begitu saja dari sudut mata Xiao Lu.
"Xiao Lu, ada apa?" tanya Qian.
"Hei, katakan ada apa?" tuntut Jay pula.
"Bai…Baixian… meninggal," gagap Xiao Lu.
I planned to say a lot of things to you
But in the end
All I could muster up was I miss you
- End of Prologue -
.
Hi ^^
Setelah hampir sebulan lebih hiatus akhirnya saya bisa kembali lagi untuk sharing tulisan saya ke reader yeorobun hihi
Ide cerita dari Yuanfen sebenarnya milik Dee Stacia. Ia menawarkan ke saya karena kebetulan memiliki genre drama -call me drama quenn- haha. Jadi kita ngebicarain bersama tentang plot cerita ini hingga lahirlah Yuanfen -bukan Yuan shan shan-
Ini baru prolog dan saya perlu mengetahui minat reader akan ff ini, so tinggalkan review yahh. Review adakah bentuk apresiasi sekaligus membantu penulis untuk memperbaiki tulisannya kedepannya
