NaughtyAuthor-Shokun present

OneShot Collection

.::Wait, What?::.

Story by N.A-Shokun

Cast: Hinata x who?

Rated: T

Warning: AU, OOC, TYPO, dll

DLDR

"Se-senpai?" Hinata mengangga tidak percaya bahwa dia akan kembali bertemu dengan seniornya saat kuliah di Universitas Konoha disaat dan tempat seperti ini.

"Hyuuga-san." Mengangguk ramah menyapa sang kouhai. Pria berumur 29 tahun yang santer dipanggil dengan lajang paling diincar tahun ini menghampiri Hinata setelah meletakkan secara acak gelas kristal berisi anggur merah yang sudah habis setengahnya.

"A-apa yang senpai lakukan ditempat seperti ini?" Tergagap karena gugup. Hinata meremas ujung roknya menggunakan salah satu tangannya yang bebas, walau pandangannya tetap tertuju pada manik hitam milik sang pria. Bukankah tidak sopan apabila kau memutuskan kontak mata dengan seseorang yang sedang mengajakmu bicara.

"Dipaksa." Jawabnya lantang kendati jaraknya dan Hinata sudah mulai menyempit sehingga mungkin walau dia berbisik dan mendesis seperti ular pun Hinata masih dapat dengan jelas mendengarnya. "Kau?" Sambungnya lagi karena tidak menyangka bahwa akan bertemu dengan Hinata ditempat seperti ini.

"Be-bekerja." Jawab Hinata singkat sambil menunjukkan nampan berisi berbagai macam bentuk kue dengan taburan coklat warna-warni didepannya. Dan jangan lupakan beberapa gelas minuman martini dengan potongan lemon di dalamnya.

"Disini?" Sang pria yang tidak percaya akan jawaban Hinata mencoba bertanya sekali lagi. Mengekori Hinata yang melenggang anggun diantara desakan manusia-manusia parlente berpakaian mahal karena panggilan seseorang yang meminta segelas martini yang dibawanya.

"Y-Ya." Hinata mengangguk singkat setelah memberikan ucapan, 'selamat menikmati' pada tamu yang mengambil minuman dari nampannya. "Terkejut? Lihatlah, bukankah aneh kalau aku mengaku datang sebagai tamu tetapi memakai baju pelayan seperti ini." Terkikik geli melihat perubahan ekspresi wajah yang dinampakkan senpainya. Hinata berusaha menjaga keseimbangannya agar nampan yang dibawanya tidak terpelanting jatuh.

"Sejak kapan?" Merasa aneh dengan jawaban Hinata. Sang pria tergoda untuk menggali informasi lebih dalam. Sesaat amnesty Hinata melebar, untuk apa mantan-seniornya yang hanya dikenalnya saat masa orientasi mahasiswa baru sangat ingin mengetahui kabar terbarunya? Ah, bahkan Hinata baru sadar kalau tadi dia memanggilnya dengan namanya; bukankah itu cukup menunjukkan bahwa sang senior masih mengingat namanya? Aduh! Rasanya Hinata ingin menepuk jidatnya sendiri, bagaimana mungkin dia melupakan Hinata kalau saja dihari pertama MOS Hinata sudah melegenda karena sempat pingsan didepan ribuan mahasiswa baru beserta para seniornya ketika diperintah untuk mengenalkan dirinya ditengah berpasang-pasang mata yang menatapnya menjadi satu perhatian utama.

"Se-sejak diusir dari kediaman Hyuuga." Menggidikkan bahunya enteng, Hinata membeberkan secuil kenyataan pahit akan dirinya seakan-akan masalah yang dihadapinya bukan apa-apa. "Oh, kalau begitu panggil saja aku Hinata. Toh, aku tidak punya marga lagi."

"Kau serius?" Masih betah mengekor Hinata yang berjalan memutari aula yang disulap penuh ornament hiasan bernilai jutaan yen untuk menawarkan minuman dan makanan yang dibawanya, sang pria kembali bertanya. Alih-alih membalas salam rekan sejawatnya yang hendak memanggilnya, diikuti beberapa sorot mata yang mendelik penasaran. Rasanya sang pria itu tidak mengurbis semuanya seolah Hinata mengambil alih dunianya.

"Seribu rius!" Hinata bercanda, sambil tertawa kalem, Hinata menyerahkan sepiring cake stawberry pada seorang anak lelaki berumur lima tahun yang meloncat-loncat meminta kue terakhir diatas nampan miliknya.

"Sudah berapa lama?"

"Sekitar setahun yang lalu."

"Memangnya kau tidak merindukan keluargamu?"

"Sangat." Balas Hinata lamat-lamat menundukkan kepala untuk mengamati ujung sepatunya yang tiba-tiba terlihat menarik.

Tersenyum lemah, Hinata berbalik menghadap sang pria yang menunjukkan raut wajah bingung. Mengangkat satu alisnya yang melengkung sempurna. Sang pria mencekal tangan Hinata saat Hinata hendak meminta izin untuk kembali kedapur.

"Se-senpai?" Hinata panik, sangsi akan kejadian yang baru dialaminya. Memangnya ada urusan apa sampai-sampai sang pria menyempatkan diri untuk menahan kepergian Hinata.

"Aku tahu ini mendadak. Tapi aku punya sebuah penawaran untukmu!" Sahutnya bersemangat membuat Hinata sedikit tercengang karena menguapnya perigai kalem yang biasa menyelimuti dirinya.

"Pe-penawaran? A-apa itu?" Berusaha tertarik agar tidak kembali meredupkan berkas harapan yang terpancar dari jelaga hitamnya. Hinata memberanikan diri untuk bertanya, walau suaranya mulai bergetar karena hantaran sengatan-sengatan listrik kecil dari kulit yang bersentuhan dengan telapak tangan sang pria.

"Kau tidak punya marga? Aku akan memberimu marga yang baru! Kau ingin sebuah keluarga? Ayo kita buat!" Seperti sales yang sedang menjajakan barang dagangannya, sang pria menjabarkan seluruh penawarannya. Sedangkan Hinata sendiri, oh lihatnya dia membeku seperti sedang dimasukkan kedalam lemari es. Mengangga menghadapi ke-OOC-an sang senior, Hinata bermaksud menanyakan arti dari ajakan tersebut.

"Wait, what? Ma-maksud senpai?"

"Ayo kita menikah! Tambahkan marga Uchiha dibelakang namamu dan aku berjanji akan membantumu membuat sebuah keluarga yang besar!" Dan dia tersenyum kalem sedangkan dalam otaknya sudah timbul-tenggelam memikirkan sosok-sosok dirinya dalam versi mungil dan lucu. Oh Tuhan, ini akan menjadi sangat menarik! Dirinya menyerigai kecil, wah, rupanya dia sudah tidak sabar untuk mencetak undangan berwarna biru dan berbau lavender bertuliskan-

Itachi dan Hinata.

Short FF buat pengisi waktu luang

Ngetik diwaktu suntuk pas US! Enjoy it!

Pair berikutnya enaknya siapa ya?

With love,

Sho-kun