One Day under The Grey Sky

.

Shingeki No Kyojin / Attack On Titan by Hajime Isayama

A fanfiction by NaFaiRa

.

Sudah dua hari berlalu sejak insiden di Marley terjadi. Para anggota Survey Corps berhasil menangkap Sang Beast Titan, Zeke Yeager, dan membawanya ke Paradis. Tidak hanya itu, dua orang bocah lelaki dan perempuan, Falco dan Gabi, juga ikut diinterogasi.

Mereka bertiga pun dipindahkan ke dalam sel; dua bocah itu berada di sel biasa sementara Zeke ditahan di sel bawah tanah.

Eren juga tidak luput dari pengawasan Survey Corps. Ia diizinkan untuk mengunjungi upacara pemakaman dengan catatan harus sembari dikawal oleh rekan-rekannya. Alih-alih menciptakan perdamaian, tindakannya yang terbilang nekat saat di Festival Marley justru seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang menyimpan dendam abadi.

Kini, hanya ada penyesalan yang tersisa di dalam sanubari...

.

Sejak dua hari yang lalu, para anggota Survey Corps dirundung duka yang amat mendalam. Eren hanya bisa melamun, Armin terus-menerus menangis, Mikasa terdiam membisu, Jean tidak bisa tidur sama sekali, dan Connie sibuk menyalahkan keadaan—dan nyaris melukai dirinya sendiri kalau saja Floch tidak menahannya.

Queen Historia memimpin jalannya upacara pemakaman untuk Sasha Blouse, salah satu sahabatnya sesama kadet di Training Corps dan pernah satu skuad di Survey Corps.

Mr. Blouse, yang kemarin mendapat kabar duka tersebut dari utusan Survey Corps, tanpa pikir panjang segera menuju ke markas utama Survey Corps di Wall Rose ditemani oleh beberapa kerabatnya dan utusan Survey Corps. Sepanjang perjalanan, beliau tidak banyak berbicara. Tidak terlihat pula ada air mata, walaupun jelas terlihat air muka dan aura yang dipancarkannya berwarna abu-abu, pertanda duka.

Banyak orang yang hadir ke pemakaman itu, mulai dari Keith Shadies, Dott Pyxis, hingga Flegel Reeves—penerus perusahaan Reeves yang kini sudah menjadi perusahaan terkaya di Paradis. Beberapa wartawan pun datang untuk meliput. Kebanyakan dari para pelayat masih tidak percaya akan kematian Sasha Blouse yang terkesan sangat tidak terduga ini.

Setelah upacara pemakaman usai, orang-orang satu persatu mulai meninggalkan area pemakaman. Mr. Blouse, yang sepertinya masih tidak percaya akan kematian putrinya, tiba-tiba merasakan sekujur tubuhnya gemetaran dan sulit digerakkan. Akhirnya, dengan bantuan dari beberapa anggota Garrison, beliau diantar menuju ke tempat istirahat untuk memulihkan diri.

"Sial!"

Jean frustasi; perasaannya sudah sangat campur aduk. Bahkan jika seandainya ia membalas dendam dengan menyiksa bocah-bocah itu sampai wujud mereka tak bisa dikenali pun tetap tidak akan mampu mengembalikan hidup Sasha.

Tak terasa, air mata perlahan mengalir membasahi pipi dan dagunya yang tegas. Jean sendiri tidak tahu mengapa ia baru bisa menangis saat itu; semuanya sudah sangat terlambat. Padahal ketika Sasha sekarat, tiada setetespun air mata yang keluar walaupun hatinya juga memang tersayat.

Connie yang menyadari hal itu langsung menepuk pundak Jean.

"Kau ingat?" ucap Connie dengan suara parau, dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Sasha dulu pernah bilang kalau sepertinya sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa kembali lagi ke rumahnya. Dia salah, karena Tuhan telah menyiapkan sebuah tempat yang istimewa di surga untuknya pulang."

"Katakan padaku, Connie," Jean memegang kedua bahu Connie. Matanya menatap intens ke arah pemuda berambut pirang cepak itu. "Apakah surga itu memang ada? Apakah semua orang yang telah mati berhak untuk tinggal di surga?"

Yang ditanya menggeleng lemah, "A-aku tidak tahu, Jean."

"Egois memang bila kita semua ingin masuk surga. Padahal perbuatan kita saja belum tentu setimpal untuk itu. Apakah kita, orang-orang yang sudah menghilangkan nyawa banyak orang dengan tangan kita sendiri, pantas untuk tinggal di surga?"

Connie terdiam, sama halnya dengan Eren, Mikasa, Armin, Floch, Hange, bahkan Queen Historia sekalipun.

"Hidup dan mati seseorang sampai kapanpun tidak ada yang tahu. Mereka yang mampu untuk terus bertahan hidup adalah mereka yang terpilih," Levi secara tidak terduga mulai angkat bicara. "Bagi kita semua yang masih hidup, wajib melanjutkan perjuangan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan yang telah gugur mendahului kita."

Levi menatap satu persatu wajah sendu para juniornya itu—yang kini sudah bisa dikatakan veteran—dengan hampir tanpa ekspresi. Ia menghela nafas, "Pagi-pagi buta, kita akan berangkat menuju Distrik Stohess untuk mengikuti persidangan esok hari. Jangan lupa kalau kalian semua juga butuh istirahat malam ini."

Suatu hari di bawah langit kelabu, semua orang berkumpul seraya meluapkan segala bentuk kesedihan atas rasa kehilangan. Sang Langit pun ikut terdiam; semakin larut, warnanya semakin kelam...

'Selamat jalan, Sasha! Kau adalah salah satu prajurit terbaik yang pernah dimiliki Survey Corps.'

.

THE END


Author's Note:

Fanfic ini sebenernya aku tulis sekitar hampir sebulan yang lalu, tapi karena hampir tiap hari dikejar-kejar mulu deadline tugas matkul ini-itu, jadi baru kesampaian publish sekarang. -_-

Aku mau cerita. Jadi di suatu Kamis malem (malem Jumat) beberapa minggu yang lalu, aku tengok feeds IG dan aku kaget kok tiba-tiba ada satu account tentang AOT yang ngeposting gambar Sasha yang kayak sekarat, terus ada Mikasa sama Armin juga di situ kelihatan sedih gitu. Tapi pas aku baca caption postingan itu... hah?! DEMI APA SASHA MATI?!

Aku ubek-ubek tuh semua fans account AOT di IG *lebay ya, tapi emang bener sih XD*, dan semuanya sama! Satu fandom AOT raya(?) rame ngomongin kematian Si Cewek Kentang yang bener-bener gak disangka itu, dan pelakunya adalah si cewek cilik (tapi licik), Gabi. Banyak yang ngumpat Gabi gara-gara dia ngebunuh Sasha. Aku jadi bingung juga, soalnya waktu pas baca Arc Marley, aku kagum sama keberaniannya Gabi. Mirip-mirip Eren di chapter-chapter awal AOT lah. Tapi aku jadi lebih respect sama Falco ketimbang Gabi, soalnya dia masih punya rasa kemanusiaan & gak gampang balas dendam dibanding Gabi. (IMO lho ya!)

Karena waktu itu aku gak percaya karena translated manga-nya belum keluar, aku berniat mau mastiin pake mata-kepalaku sendiri *eeaa. Aku langsung search sana-sini di Internet, nyari raw scan manga-nya, dan berhasil ketemu... tetapi diriku tidak bisa membaca tulisan Korea. Jadi akhirnya waktu itu cuma bisa melototin gambar-gambarnya aja, heuheu. Tapi sekarang mah udah banyak translate-annya di mana-mana.

RIP Sasha Blouse, my precious girl. :'((

Kenapa, sih, Bang Haji tega amat bikin Sasha mati?! Emang sih, tadinya Sasha mau dibikin mati pas dia ngelawan Titan pake busur panah itu, tapi kan gak jadi. Eh, tiba-tiba di chapter 105 dia tiba-tiba mati ditembak Gabi. Kesannya kayak beliau tuh sengaja nge-postpone kematiannya Sasha. :'(

Oh iya, tadinya fanfic ini mau aku buat one-shot, tapi karena aku udah nyiapin chapter 2 jadinya fanfic ini multi-chap. Chapter 2 bakalan nyeritain flashback trio favorit aku sepanjang masa, hohoho. :D *sok-sokan spoiler*

Ayo share komentar, pendapat, atau cerita kalian juga dengan mengisi kolom komentar di bawah. Ditunggu, ya. Thank you...! Hehe. w