Warning: Maybe typo's

Disclaimer: kuroshoshitsuji by Yana Toboso-san
I just one hell of Kuroshitsuji lover

Fict ini adalah fict pertama saya mohon bantuannya

Happy reading

Don't like don't read

Chapter 1;

"Apa kau sudah dengar? Beberapa siswa yang masuk keruangan itu mati! Hanya satu siswa yang selamat, dan kabarnya siswa tersebut mengalami gangguan jiwa!"

"Aku dengar! Dan katanya, siswa yang mengalami gangguan mental itu selalu berhalusinasi!"

"Apa itu benar? Jika gedung tua bekas auditorium sekolah kita berhantu"

"Iya! Yang kudengar seperti itu! Banyak siswa yang ingin mencoba uji nyali disana, dan hasilnya banyak yang tewas! Dan aku dengar, beberapa dari mereka yang selamat pasti mengalami gangguan jiwa!"

Pagi yang cerah di Weston Academy disambut oleh rumor ruang bekas auditorium yang berhantu. Banyak siswa yang tidak percaya, memlih untuk menjawab kepenasaran mereka dengan uji nyali disana. Dan yang terjadi adalah, mereka semua tewas terbunuh. Sudah bertahun-tahun ruang auditorium itu dibiarkan kosong, dan selama generasi ke generasi, rumor itu sudah menjadi rahasia umum dari sekolah Weston.

Ditengah koridor sekolah yang cukup ramai, terlihat sosok pemuda bertubuh mungil dengan wajah yang bisa dibilang seperti… seorang gadis? sedang berjalan dengan santainya disamping pemuda berbadan tegap dengan surai raven. Kedua pemuda itu seperti sepasang sejoli yang sedang jalan bareng, tapi jika dilihat-lihat, anak berambut kelabu itu adalah laki-laki. Dan sering sekali, orang-orang menganggapnya sebagai seorang gadis.

Pemuda berwajah manis –yang seperti seorang gadis- ini adalah CIel Phantomhive. Sementara pemuda berambut raven dengan iris crimson itu adalah Sebastian Michaelis, sepupu Ciel.

Mereka memang sangat berbeda -jauh. Ciel adalah pemuda –ehm- bertubuh pendek dengan pawakan mungil. Ia memiliki rambut hijau grayish, dan mata biru sapphire sedalam lautan.
Sementara itu, Sebastian adalah pemuda berbadan tegap –dan tentunya lebih tinggi dari Ciel. Sebastian memiliki wajah berparas tampan, yang dihiasi sepasang iris crimson yang dapat menarik siapapun yang melihat kedalamnya.

Dari kejauhan, kedua pemuda tersebut (baca: Ciel dan Sebastian) dapat melihat pemuda berambut pirang yang tingginya –sedikit- lebih tinggi dari Ciel, dan sosok berwajah stoic disampingnya yang mungkin seumuran dengan Sebastian.

"Hey! Kalian datang juga!" seru pemuda berambut blonde itu dengan wajah berseri-seri.

Ciel mengangkat sebelah alisnya menatap iris biru langit milik pemuda berambut blonde tersebut, sementara Sebastian bertanya "Ada apa Alois?" tanya Sebastian pada pemuda berambut blonde yang bernama Alois itu.

"Yah, seperti biasanya… Dia pasti mendapat cerita-cerita aneh lagi" desah pemuda berambut raven dengan iris gold yang terbingkai kaca mata, dengan nada malas.

"Claude!" Alois menyikut perut Claude

Sementara pemuda dengan iris gold itu meringis karena kesakitan. "Itu benar'kan?" tanya Claude dengan wajah datar.

Alois memutar bola matanya, lalu pandangannya berseri-seri melihat kedua bersaudara Phantomhive-Michaelis (?) ini. "Aku punya berita bagus!" seru Alois dengan nada bersemangat

"Apa itu?" tanya Sebastian tersenyum sembari ber-sweatdrop ria.

'Ah pasti dia mencari rumor-rumor tenang hantu lagi?' batin Sebastian

"Kalian pasti suka! Aku menemukan rumor bagus!" Alois menatap kedua pemuda dihadapannya dengan wajah berseri-seri.

"Kau itu memang tidak berubah, Alois" Ciel mendesah sembari menguap. "Apa kau ingin mencari rumor-rumor yang tidak masuk akal itu?" tanya Ciel dengan nada bosan.

"Kau memang tidak seru Ciel! Yang ini pasti seru" ujarnya masih dengan nada antusias. "Kalian tidak dengar tentang rumor gedung auditorium sekolah ini?" Alois berbisik, sementara Ciel dan Sebastian mendekatkan wajah mereka agar dapat mendengarnya.

"Ah itu…" Sebastian tampak berpikir.

Sementara Ciel memiringkan wajahnya yang tampak semakin imut itu. "Aku tidak pernah mendengarnya" ujar Ciel dengan wajah innocent.

Sebastian terkekeh pelan, sembari mengacak rambut kelabu Ciel. "Hey! Apa yang kau lakukan?!" Ciel berteriak pada Sebastian, sementara pemuda berambut raven tersebut tidak menghiaraukannya. Justru ia semakin tertawa, melihat keimutan sepupunya itu.

"Kau tidak tau tentang rumor itu, CIEL?!" tanya Alois dengan wajah terkejut –tapi terlihat seperti sedang mengejek pemuda berambut kelabu tersebut. Ciel mendengus kesal, tapi ia hanya pasrah dan mengangguk.

"tidak, lagipula untuk apa aku mempedulikan rumor bodoh seperti itu?"

"Ya sudahlah, setidaknya hanya Ciel yang tidak mengetahui rumor itu'kan?" tanya Alois, melirik Sebastian dan Claude yang sedari tadi diam saja.

"Ya, aku tau rumor itu" jawab Sebastian, sementara Claude menjawabnya dengan mengangguk.

.

.

"APA? KAU GILA ALOIS? KAU INGIN KITA MASUK KE GEDUNG KOSONG ITU?!" suara Ciel berhasil membuat mereka berempat mendapat deathglare dari penjaga perpustakaan. Dengan segera, Ciel menutup mulutnya, dan berganti dengan bisikan. "Kau itu gila'huh! Memang ada apa disana?!" Ciel berbisik tapi sorot matanya menunjukkan kilatan amarah.

Sementara kedua pemuda berambut raven yang duduk dihadapan mereka hanya sweatdrop, melihat tingkah kedua pemuda –berparas imut- ini.

"Kau takut, Ciel?" tanya Alois dengan nada menggoda dan mengejek.

Ciel yang nota bene pemuda tempramental, merasa emosinya tersulut. "Apa katamu?!" Ciel bangkit berdiri, sementara Sebastian dan Calude ikut bangkit berdiri.

Sebastian menahan Ciel, sementara Claude menghadang.

"Kalian berdua sudahlah!" kali ini Claude angkat bicara.

"Ciel, sudahlah. Jangan membuat keributan diperpustakaan" Sebastian berusaha membujuk Ciel.

Ciel menarik nafas panjang, berusaha menetralisir amarahnya. Dengan seenaknya, Ciel kembali duduk ditempatnya.

Setelah sauna cukup hening, Sebastian angkat bicara "Memangnya apa yang kau ingin lakukan disana Alois?" tanya Sebastian dengan nada kalem.

"Bukankah orang yang masuk kedalam gedung itu akan tewas? Aku memang tidak percaya dengan hantu tersebut, tapi aku yakin ada yang membunuh mereka" Claude menyambung kalimat Sebastian.

"Aku hanya ingin mencari keseruan disana. Sepertinya seru! Jika kita dapat keluar dari gedung itu, kita dapat menceritakan apa yang sebenarnya terjadi'kan? Tidakkah kalian penasaran apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Alois

Sebastian mengangguk, "Tapi bagaimana jika nasib kita seperti para korban itu? Kita masih belum tau situasinya" Claude berkata dengan wajah datar semabari membenarkan letak kacamatanya.

"Kita bisa lari! Lagipula ini bukan kali pertama kita'kan Claude menghadapi rumor seperti ini?"

Yah, sebenarnya Claude hanya ikut-ikutan Alois yang selalu mencari-cari rumor baru. Dan biasanya, Alois akan mengajak Claude pergi ketempat yang menjadi rumor itu. Dan beruntungnya mereka, sampai sekarang mereka masih hidup walaupun berkali-kali nyawa mereka hampir terancam.

"Yah memang itu benar, tapi bagaimana dengan Ciel dan Sebastian? Lagipula, jika kita masih hidup selama ini, bukan berati kita tidak dapat menjadi korban itu Alois" jelas Claude.

"Ayolah, apa kalian juga ingin ikut?" tanya Alois dengan puppy eyes.

"Sepertinya seru, bagaimana menurutmu Ciel?" tanya Sebastian menatap Ciel yang sedari tadi diam saja. Ciel memejamkan matanya, tampak jemari tangannya memijat pelipisnya. Mungkin ia habis marah tadi?

"Aku tidak ikut, TERIMAKASIH!" Ciel memberi penekanan pada kalimat 'terimakasih'

"Ah, Ciel tidak seru~ Untuk yang tadi, aku minta maaf deh. Kau mau'kan Ciel?" tanya Alois dengan puppy eyes.

Ciel sempat menolaknya, tapi Alois terus memaksanya sampai akhirnya Ciel menghela nafas panjang. "Yah, baiklah" dan jawaban itu berhasil membuat pemuda berambut blonde itu bersorak, sementara penjaga perpustakaan yang tadi memberi death glare pada Ciel, sekarang menatap Alois dengan tatapan kematian. Membuat Alois bergidik ngeri, padahal pemuda itu sudah sering menghadapi yang namanya hantu. Jadi, penjaga itu lebih menakutkan dari pada hantu?

Itu masih menjadi misteri~

Oke, cukup bercandanya. –back to story-

"Bagaimana jika kita pergi kesana saat siang hari terlebih dahulu? Hitung-hitung, kita juga harus mengawasi keadaan disana'kan?" usul Claude, sementara Alois mengangguk setuju.

"Ide yang bagus Claude! Kita bisa memeriksa apa yang ada disana juga. Lagipula, mungkin siang hari akan lebih aman" Alois menanggapi dengan senyum lebar.

"Memangnya kapan kita akan pergi ketempat itu?" tanya Ciel dan Sebastian bersamaan.

"Bagaimana jika besok siang? Kebetulan besok hari minggu, bagaimana menurut kalian?" tanya Alois, mendapat anggukan dari ketiga temannya itu.

"Baiklah, sampai jumpa besok~"

.

.

TBC

Terimakasih sudah baca fict saya. Silahkan review