Naruto by Masashi Kishimoto
Hanya sebuah curahan hati yang tidak luput dari kesempurnaan xP
.
.
Hai Dandelionku
by Emiria Tsubaki-san
.
Hai dandelionku. Bunga liar yang berharap menjadi bunga di hatiku.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau seperti itu.
Kau tampak lemah. Kau tidak bisa apa-apa. Kau terlalu sederhana. Kau tidak tahu malu. Kau gila. Kau selalu bertingkah aneh. Kau tidak tampan. Kau tidak pintar. Kau terlalu banyak bicara. Kau selalu menggangguku. Kau tidak pernah membiarkan sedetik saja diriku bebas dari penglihatanmu. Kau selalu mengejarku. Kau selalu mengekoriku. Kau selalu berlari ke arahku.
Dan kau tidak pantas untukku ―hatiku bilang.
"Hai,"
Hai dandelion. Kusebut kau dalam renunganku.
Kau tampak lemah. Kau tidak bisa apa-apa.
"Mungkin..."
―tetapi kau selalu melindungiku. Memelukku tanpa kupinta. Menjagaku tanpa kupanggil. Mengusap kepalaku tanpa kudamba.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau di sepanjang kekehanku.
Kau terlalu sederhana.
"Aku salah..."
―tetapi kesederhanaanmu membuatmu menjadi tidak sederhana. Kesederhanaanmu menyejukkan. Menyentuh sanubari mereka. Menyentuh sanubariku. Menghasutku untuk menjadi seseorang yang apa adanya.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau disela gema tawaku.
Kau tidak tahu malu. Kau gila. Kau selalu bertingkah aneh.
"Aku yang tidak mengerti..."
―namun sedihku sirna olehnya. Mereka seperti selampai yang menyeka air mataku. Menghapus kegundahan hatiku. Menciptakan seulas senyuman di relung hatiku.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau di tengah temaram.
Kau tidak tampan.
"Aku yang keras kepala..."
―tetapi dia terpikat dengan kepribadianmu.
Kau tidak pintar.
"Mengejarmu tanpa tahu isi hatimu..."
―tetapi banyak orang yang belajar tentang kehidupan padamu. Dengan begitu aku sadar, semua manusia sempurna dengan caranya sendiri.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau ditengah kekacauanku.
Kau terlalu banyak bicara.
"Aku yang bodoh..."
―tetapi kau melepaskan kejenuhan yang begitu mengikat erat kepalaku. Menyelami isi otakku dengan celotehanmu. Begitu menjengkelkan sampai aku beranjak dari kebisuanku untuk membalas perbuatanmu.
.
.
Hai dandelion. Kusebut kau dalam penyesalan yang tidak berujung.
Kau selalu menggangguku. Kau tidak pernah membiarkan sedetik saja diriku bebas dari penglihatanmu. Kau selalu mengejarku. Kau selalu mengekoriku. Kau selalu berlari ke arahku.
"Mengharapkan yang seharusnya tidak kuharapkan."
―tetapi hal bodoh itu membuatku tidak pernah merasa sendiri. Menemaniku. Menjagaku dari kejauhan. Menyapaku tanpa mengharapkan sebuah balasan. Menjadikanku seorang teman dan rela menjauh dari teman-temanmu sejenak ―hanya untuk menemaniku.
.
.
.
.
.
.
Disinilah aku, dandelionku. Berdiri di hadapanmu yang tampak hancur karenaku.
"Aku yang tidak tahu malu..."
Dalam keheningan yang menyelimuti―
"Mengharapkan bahwa suatu saat nanti, kau akan membalas perasaanku."
―aku bisu layaknya tunawicara.
.
.
.
.
"Maaf, Sakura-chan. Kuharap kau akan selalu bahagia."
Dan dandelionku, kau sebut namaku disela senyuman khasmu. Senyuman terakhir yang kau berikan khusus untukku.
.
.
Kau tahu dandelionku? Aku menunggumu dalam rinai air mata.
Menunggumu untuk menyatakannya sekali lagi...
.
.
.
Hai dandelionku. Bunga liar yang telah lama menjadi bunga di hatiku.
.
.
.
The end
A/N: ini... fiksi pendek yang rada ga jelas... tapi.. bodo ah publish aja siapa tau dia baca /heh wkwk =_= Entah kenapa mengacu ke pasangan NaruSaku... yah anggap ini akhir dari kegalauan saya wkwkwk xP
Akhir kata... mind to review? review kalian itu selalu jadi semangat buatku hehehe xD
