ʺKuroko, kau mengerti apa itu tidak adil, kan?ʺ
ʺMaksudmu, Kagami-kun?ʺ
ʺJangan berlagak bodoh begitu! Aargh, ternyata dilihat bagaimana pun memang tidak adil! Tidak adiil…!ʺ
Kuroko menghela napas lelah. Beranjak dari ruang tamu, dia memilih mengasingkan diri sejenak ke ruangan lain.
.
Family Zone
By Retatsu Namikaze
Kuroko no Basuke and Characters [Kagami T./Kuroko T./Baby Kuroko T./Tetsuya #2] © Fujimaki Tadatoshi
Cover © Kuroko no Basuke Anime ED [Edit by Retatsu Namikaze]
Warning for unbelievable MPreg ;)
.
ʺKuroko.ʺ
Pemuda yang dipanggil namanya semakin membenamkan wajah ke bantal.
ʺKuroko?ʺ
ʺBerisik Kagami-kun. Ini sudah jam sebelas dan kau masih belum selesai mengeluh?ʺ
ʺHabisnya—ʺ
ʺMemang siapa yang salah? Kagami-kun sendiri kan yang menanam benih?ʺ
Menutupi semburat merah di wajah, Kuroko berbalik dan tidur memunggungi si pemuda bersurai merah gelap. Kembali berusaha untuk menyapa mimpinya.
ʺMemang aku sih yang menanam benih,ʺ suara Kagami kian mengecil, lalu tiba-tiba menggelegar kembali, ʺTapi kenapa dia bisa mirip seratus persen denganmu!? Tak ada kah gen milikku yang menempel padanya?!ʺ
ʺKagami-kun!ʺ
Kuroko melemparkan bantal yang menjadi alas kepalanya pada wajah Kagami. Jengkel sudah ia mendengar segala ocehan sang kekasih tentang gen dan DNA sepanjang hari. Mengerti apa si maniak burger itu tentang teori biologis? Kuroko cuma tahu ia ahli dalam mempraktikannya.
Tak selang lama, terdengar sayup-sayup suara tangis dari kamar sebelah. Mungkin ulah kegaduhan mereka. Tanpa pikir panjang Kuroko menarik paksa bantal di bawah kepala Kagami lalu menjadikannya bantal tidur pengganti. Acuh tak acuh kemudian ia menitah,
ʺKau tidur dengan Te-chan, Kagami-kun!ʺ
Kagami diam sejenak, ʺNaah, malam ini aku diusir oleh istriku.ʺ
Tetap terpejam Kuroko menyahut, ʺAku bukan istrimu, Kagami-kun. Kau yang istriku.ʺ
ʺSilakan mengelak sesukamu,ʺ bisik Kagami sembari mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepala Kuroko sebelum ia segera bangkit dan berjalan keluar kamar.
ʺSelamat malam, Kagami Tetsuya!ʺ
ʺMalam, Kuroko Taiga-kun,ʺ Kuroko tetap tak mengalah.
.
.:Minggu Pagi:.
Pagi yang cerah di awali Kuroko Tetsuya menyiapkan sarapan. Menyeduh sebotol susu untuk si kecil dan secangkir kopi untuk ayahnya. Setelah segalanya siap terhidang ia kemudian beranjak menuju lantai dua. Dibukanya sebuah pintu putih gading. Menyeberangi ruangan yang penuh berserakan boneka dan balok-balok mainan, ia menghampiri ranjang di pojok kamar di bawah jendela.
Bibirnya tertarik melengkung menyaksikan pemandangan hangat tersebut. Seorang pemuda yang masih terpejam lelap, mengulurkan lengan atletisnya dan mengurung bayi manis dalam pelukan. Dan si bayi, yang sedari awal telah terbangun tapi tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya, seperti berusaha membangunkan sang ayah, minta dilepaskan. Tangan mungilnya memukul-mukul pipi kecoklatan pemuda yang mendengkur pelan itu, meski sedikit pun tak berpengaruh. Kemudian ketika mengetahui kehadiran Kuroko, ia beralih mengulurkan kedua lengannya tinggi menggapai-gapai udara, berbicara dalam bahasanya dan melemparkan tatapan minta tolong.
ʺSelamat pagi, Te-chan.ʺ Kuroko menekan pelan pipi gembul seorang bayi berpendar aquamarine. Ia tersenyum karena merasa sedang bercermin tiap kali menatap buah hatinya. Pantas Kagami merasa cemburu. Putra laki-laki mereka berkulit putih cerah dan bersurai biru lembut, mirip dirinya.
ʺAyahmu masih belum bangun, ya?ʺ Kuroko berlutut di samping ranjang kayu bernuansa putih itu, menyisiri rambut putranya.
Tetsu menggumam-gumam, berbicara tak keruan sambil mengernyitkan alis, membuat dagunya yang bulat berkerut. Ia hendak menangis. Kuroko yang melihat perubahan ekspresi itu bergegas menyingkirkan lengan Kagami lalu merangkulnya.
Duduk di tepian kasur, Kuroko sibuk menepuk-nepuk punggung Tetsu. Membuatnya sempat tak sadar dengan lengan kekar yang melingkari perutnya dari belakang. Kagami Taiga juga terbangun.
ʺPagi sekali kau bangun, Kagami-kun,ʺ sindir Kuroko.
Kagami mengerang sebagai jawaban. Ia masih malas untuk membuka mata. Merasa kedinginan karena selimutnya telah tersingkap, Kagami lantas semakin meringkuk pada Kuroko.
ʺLihat, matahari sudah tinggi.ʺ
Kagami menggumam, ʺHmm, ini hari Minggu.ʺ
ʺAku sudah menyiapkan sarapan, jadi cepatlah turun!ʺ
Kagami menggumam lagi, tak jelas apa yang dikatakannya.
ʺTolong lepaskan aku, Kagami-kun!ʺ
Pemuda bersurai merah gelap itu masih menggumam dengan gumaman lebih panjang, tetap tak berkutik.
ʺKagami-kun!ʺ
ʺI love you, Kuroko.ʺ
Tetsu betah mengemuti jempol dan mengamati ayahnya. Kuroko Tetsuya berhenti bersuara, tampak menimbang-nimbang.
ʺBaiklah, lima menit lagi.ʺ
ʺKau yang terbaik….ʺ suara Kagami menghilang. Ia secepat kilat mengubah posisi memunggungi Kuroko dan menarik selimut di kakinya, bergelung untuk melanjutkan tidur. ʺSelamat tidur, Sayang.ʺ
Kuroko mengernyitkan kening tak suka. Inilah contoh ayah yang paling malas bangun!
ʺKita biarkan ayahmu sarapan dalam mimpi. Ayo, Te-chan!ʺ
Dan dengan beranjaknya Kuroko serta Tetsu, berlanjutlah pagi di Minggu damai Kagami.
.
.:Morning Beard:.
"Te-chan?"
Seorang bayi bersurai biru lembut dalam terusan baju monyetnya menggeleng. Bahu dan badannya turut bergerak ketika ia menolehkan cepat kepala ke kanan dan kiri.
"Te-chan?"
Lagi ia menggeleng. Kemudian ia berbalik, menggunakan kedua tangan dan lututnya untuk pergi menjauh.
"Tetsu-chan!"
"Mmammmama… ma," gumamnya sebagai penolakan.
Kagami Taiga, yang sejak tadi berusaha mendapatkan perhatian dari putranya kini menjadi jengkel. Dikejarnya Tetsu. Ia merangkak dengan jarak yang tentu lebih lebar sehingga dalam sekejap mampu menyusul si buah hati.
Tetsu menjerit saat wajah sang ayah yang bersorak puas berada di hadapannya. Niatnya untuk memutar balik mencari jalan kabur gagal ketika Kagami tiba-tiba menggendongnya. Otomatis, jeritan Tetsu semakin menjadi, memaksa Kuroko datang memeriksa keadaan.
"Kagami-kun! Ada apa?"
Selama perjalanan ia menuju ruang keluarga, yang ada dalam benak Kuroko adalah putranya bertengkar dengan sang ayah. Benar saja, dalam pelukan erat Kagami ia lihat Tetsu meronta-ronta minta dilepaskan. Tetsu menangis hebat sementara Kagami yang kewalahan tetap bersikeras ingin menggendongnya.
Dihampiri kedua orang tersebut. Tanpa aba-aba lalu Kurojo mencubit pipi Kagami, sekeras yang ia bisa, sampai Kagami mau melepaskan pelukan dari Tetsu.
"—itattttaattatata! K-Kuhoko!"
"Berapa kali harus kuingatkan, Kagami-kun? Yang menyukai janggut pagimu itu cuma aku. Pergi bercukur…" Kuroko menambah keras cubitannya karena kesal sekaligus gemas, "…baru bermain dengan Tetsu!"
Bersama pipinya yang berdenyut hebat, Kagami beranjak enggan menuju kamar mandi. Meninggalkan dua pasang manik kembar yang mengamatinya masing-masing dalam tatapan sengit dan tatapan defensif mohon ampun.
Sepeluh menit setelah itu…
"Tetsu-chan~?" Kagami merentangkan tangan lebar. Ia jongkok bertumpu pada kedua ujung kaki sehingga memudahkannya untuk kemudian beranjak bangun.
Tetsu yang semula sedang mengelap permukaan meja berkaki rendah dengan telinga boneka kelinci dalam genggamannya, serta-merta menghampiri Kagami dengan tawa. Jalannya terlunta susah payah menjaga keseimbangan. Boneka itu tak ketinggalan ia tuntun meski harus terseret-seret menyapu lantai. Kemudian ketika merasa sudah sampai di hadapan ayahnya, Tetsu menjatuhkan diri, yang dengan cepat segera ditangkap Kagami sebelum pantat Tetsu menyentuh lantai.
"Kalau sekarang kau mau kan, main dengan Ayah?"
"Bbbbuuu…."
Tak mengerti apa yang ia ocehkan. Tapi karena ia kini tidak melawan, maka tanpa izin lagi Kagami mengangkat si kecil tinggi-tinggi.
"Terbaaang…!"
Mereka berdua tertawa lepas. Namun tidak dengan seorang pemuda yang kebetulan lewat di dekat sana.
"Kagami-kun!" bentaknya cemas.
.
.:Biskuit:.
Neneknya pernah berkata, memberikan biskuit pada bayi bagus untuk melatihnya menggunakan gigi. Lagipula jauh lebih baik ketimbang ia menggenggam mainan, karena sering kali mainan itu akan dimasukkannya ke dalam mulut. Sebab alasan itulah Kuroko, kini menyodorkan sekeping biskuit rasa pisang pada putranya yang sedang berdiri memeluk sebelah betisnya.
"Makan sampai habis, ya!" Kuroko mengembalikan kotak biskuit ke tempatnya dalam kabinet. Membiarkan Tetsu yang beranjak, merangkak ke arah luar dapur. Mungkin menuju ruang keluarga, pikir Kuroko tenang karena ingat Kagami juga sedang berada di sana.
Tak selang berapa lama dari arah pintu belakang muncul seekor anjing. Jenis Siberian Husky berwarna hitam-putih yang bergerak lincah meskipun sudah berumur tua. Anjing itu menggonggong dengan suara berat dan berjalan mengitari kaki Kuroko.
"Nigou!" sapa Kuroko seraya ia berjongkok dan menggaruk-garuk leher si anjing sehingga ia merasa nyaman, "Kau lapar?"
Merasa pertanyaannya mendapat jawaban 'iya', Kuroko kemudian mengambil mangkuk milik Nigou dan menghidangkan makan untuknya. Sejenak ia memperhatikan peliharaannya lahap bersantap, lalu ia berdiri dan pergi meninggalkan dapur dengan dua cangkir teh hangat.
Perkiraan bahwa si kecil Tetsu berada di ruang kelurga bersama Kagami ternyata salah, dan Kuroko tidak menyadarinya. Tetsu kini sedang duduk berselonjor di dekat kaki meja makan, asyik mengemut keping biskuit pertama yang ia peroleh. Namun karena sekian lama tak kunjung mampu ia makan biskuit itu, Tetsu menyerah. Ia merangkak menghampiri Nigou di dekat kabinet lalu duduk berselonjor di sampingnya.
Nigou tampak begitu lahap dan menikmati santapan. Jadi karena ia pikir ia tidak bisa menghabiskan biskuit di tangannya, ia berikan saja sisa biskuit itu ke Nigou. Meletakkannya di mangkuk bersama biskuit-biskuit mungil berwarna coklat berbentuk tulang miliknya.
Nigou yang berterima kasih menjilat pipi gembul Tetsu. Lalu ia melanjutkan makan tanpa menghiraukan si biskuit pisang, karena ia memang tidak suka. Sementara Tetsu yang di tangannya kini tidak menggenggam sedikit pun makanan, menjadi tertarik dengan apa yang anjing itu lahap. Rasa ingin tahu membuat jemari mungilnya mencomot satu keping biskuit dari mangkuk, dan Nigou pun sama sekali tidak keberatan dengan tingkah si bocah.
Menggunakan gigi-gigi seri yang baru tumbu secuil, dengan sabar Tetsu berusaha menggigit biskuit berbau amis pemberian kawannya. Lalu karena merasa penasaran dengan sensasi kepingan biskuit lain, Tetsu menjatuhkan biskuit di tangannya yang basah bercampur liur untuk mengambil kepingan selanjutnya. Begitu terus, tanpa ada protes dari Nigou.
Kagami berjalan santai membawa cangkir kosong yang hendak diisi kembali dengan seduhan teh hangat. Dan betapa terkejutnya ia ketika tahu di balik meja makan terduduk anak bersama anjingnya tengah akur berbagi makanan.
"Kurokoooo!" Kagami menatap horor Tetsu serta Nigou yang mendongak menatapnya dengan mata yang (lagi-lagi) serupa, polos dan seakan tak bersalah, "Kau beri makan apa anak-anakmu…!?"
.
fin
.
A/N: Fic ini berisi cerita-cerita pendek. Selalu tamat di tiap chapter. Direncanakan akan ada kelanjutan chapter dengan beragam pairing yang manis~ /doakan saja
Pemanasan setelah lama off dari FFn, review?
