Disclaimer : Masashi Kishimoto.
Rate : Teen.
Warning : Gaje, Out Of Charakter.
L.A Lights
.
.
~Menyimpang~
Sasori si kepala merah mengalamai galau tingkat dewa Jashin selama beberapa hari belakangan ini. Kegalauan yang menyangkut kelurusan doi itu amat membuat dirinya kacau balau bagai kaca kena hantam bola volli.
"Demi dewa penghancur Beerus dari fandom tetangga. Apa yang harus kulakukan?" Sasori menjambak rambut merahnya dengan perasaan ngenes kelas wahid. Bahkan doi sampai lupa makan, minum, mandi dan ... cebok setelah boker ups, becanda kok.
"Apa gue pergi ke Psikiater dudul itu saja ya?" dia bertanya mirip bocah gendeng ora waras. Wong dikamar sendiri kok nanya sendiri. "Yosh!" terus Sasori ninju telapak tangannya, lalu cabut keluar rumah buat nemuin si psikiater yang katanya dudul itu lho.
Enthok
BRAK!
Pein sontak kejengkang kala pintu tak berdosanya ambrol selepas kena sepakan maut seorang boncel tampang balita.
"BANGSAT!" jari tengah teracung. Sedang yang bersangkutan hanya nyengir kuna nil tak punya dosa terus duduk begitu saja.
"Ada apa?" tanya Pein penuh kharismatik sesudah di nistakan dengan aksi kejengkang barusan. "Jika hal tak penting langsung saja keluar." sambil menunjuk pintu keluar yang ambrol dengan tampang songong tingkat dewa.
"Woles brooo," Sasori ngibasin tangannya. Kemudian sorotnya amat serius menatap Pein yang merupakan psikiater dudul kata dia tadi. "Gue ada masalah serius."
"So what?" sahut Pein cuek kambing. Kedua kakinya dia naikin diatas meja terus ngambil majalah bercover kelinci berdasi.
"Gue serius, Pein!" Sasori mulai mangkel sembari menggebrak meja. "Gue punya kelainan." kata-katanya sukses membuat Pein membuang majalah laknatnya dan mulai fokus akan si boncel.
"Bisa di perjelas?"
Sasori menghela nafasnya berat. "Sepertinya gue menyukai Wedhus *kambing* peliharaan gue."
Pein mengangguk paham. "Itu memang biasa broo. Seperti halnya gue menyukai Pitek *Ayam* dan Asu piaraan gue. Semua manusia memang kebanyakan memiliki ketertarikan akan binatang."
"Masalahnya..." Sasori menggigit bibir bawahnya dengan perasaan berhamburan kayak jeroannya binatang. "Ketertarikan pada whedus gue itu adalah sexual."
"A-apa?" dagunya Pein anjlok hingga nyenggol tanah. Kedua bola matanya melotot hebat. Expresinya kurang enak dipandang. Persis kena azab illlahi.
"Tiap gue deketan ama whedus gue itu. 'Anu' gue langsung ngaceng, Pein." Sasori jedotin mukanya. "Demi sempak Tsunade! Hal seperti ini amat memalukan." air mata buaya mengucur deras dari mata itu si boncel tengik.
Pein tersenyum kecut campur prihatin akan sohibnya itu. Kemudian dia menepuk pelan punggung Sasori, sembari bertanya. "Lalu apa jenis kelamin whedus yang loe sukai. Jantan or betina?"
Sasori mendongak, kedua alisnya terangkat berulang kali. Nafasnya naik tinggi dan lebih tinggi.
.
.
.
.
.
"YA BETINA LAH DUNGU! LOE PIKIR GUE HOMO!" dianya sewot terus cabut sambil misuh-misuh.
Dan Pein hanya bisa mangap dengan tampang bloon.
END
See you again.
