Warning: AU, OOC banget.
Don't like? Yeah, click the 'back' button instead! x)
OS: Disini Deidara cewek yaa, jadi kagak ada yaoi. I'm all straight!
Nyahaha~ -ngacir pake helipad-
Summary: Anak perempuan penerus Uchiha Corp. sangat pemalu dan susah mencari teman. Apa yang sebenarnya diinginkan olehnya? "Seorang ahli psikologi anak sudah ditetapkan untuk menjadi wali kelas barunya." Warning inside. RnR?
-
NARUTO © Masashi Kishimoto
Can I Call You Mommy? © sabaku no panda-kun, Yamashita Kumiko, Kumiko a.k.a Panda *sama aja*
Requested by Pysche Voluptas
Chap 1: They
-
"Tousan!" Seorang anak perempuan berlari menuju pintu depan. Rambut indigo-nya yang tergerai sampai punggung berkibaran, meliuk-liuk indah tertiup angin.
"Hina-chan." Senyum sang ayah terkembang, kedua tangannya direntangkan hendak memeluk tubuh mungil putri satu-satunya itu.
"Aku sayang tousan!!" seru anak yang disebut Hinata itu sambil menyambut rentangan tangan sang ayah.
"Tousan juga sayang padamu." Sang ayah melepaskan pelukan itu, tangan kanannya menggandeng tangan Hinata, membimbingnya masuk ke dalam rumah mereka sementara tangan kirinya merapikan rambut hitamnya kembali dalam bentuk seperti ayam. "Bagaimana sekolahmu?"
"Umm…" Mata lavender Hinata melirik ke lantai, "Baik-baik saja."
Sang ayah tahu kalau anaknya berbohong. Mata onyx-nya menelusuri ruangan, mencari seseorang yang seharusnya berada di sana--namun tidak dapat ia temukan.
"Dimana Gaara?"
"Gaara-jisan ada di kamarnya."
"Rebut Teddie Bear-nya, lalu bawa kemari."
"Okie-dokie!!" seru Hinata, lalu ia segera berlari kencang menuju kamar Gaara. Sang ayah menyunggingkan seulas senyum di bibir pucatnya saat melihat putrinya kembali dengan membawa sebuah Teddie Bear dan dua buah boneka lainnya.
"DASAR UCHIHA SAS-GAY!" teriak Gaara nggak nyambung.
"Gay itu apa, tousan?"
xxx
Uchiha Sasuke adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan multilevel yang cukup terkenal, Uchiha Corporation. Dilimpahi dengan uang dan juga kesempurnaan fisik, ia mampu membuat semua gadis bertekuk lutut di hadapannya. Termasuk hampir-menjadi-mantan istrinya, Karin. Ia memutuskan untuk pisah rumah dengan Karin tepat di saat ia melihat wanita jalang itu tengah bersama lelaki lain--yang ia ketahui bernama Suigetsu, saat Hinata sudah berusia satu tahun.
Sabaku no Gaara adalah sahabat baik Sasuke, memutuskan untuk tinggal bersama dengan Sasuke dikarenakan ia tak ingin meneruskan perusahaan ayahnya--yang notabene lebih sukses dibandingkan Uchiha Corporation. Ia lebih memilih untuk menyerahkannya pada kedua kakaknya dan bekerja pada sahabatnya sendiri--ya, sebagai babysitter.
"Hina-chan, duluan saja ke taman, aku menyusul nanti." Gaara menepuk pundak Hinata yang dibalas dengan anggukan pelan. Lalu Hinata segera berlari ke taman, tak lupa dibawanya serta beberapa boneka untuk memastikan Gaara akan mengikutinya.
"Gimana Hinata?" tanya Sasuke.
"Sama aja kayak kemarin." jawab Gaara, singkat karena sibuk memakaikan baju gothic lolita pada boneka kelincinya.
"Hmm… Yang penting, lo udah nyuruh kepseknya buat ganti wali kelas Hinata kan?"
"Udah." Kali ini Gaara menambahkan payung hitam di genggaman bonekanya, "Seorang ahli psikologi anak sudah ditetapkan untuk menjadi wali kelas barunya."
"Good job." gumam Sasuke sambil tersenyum puas, dan berhenti seketika saat melihat sesuatu di tangan Gaara. "… Gar, boneka lo mau ziarah?"
xxx
"Sakura, gimana kerjaan baru lo?" Seorang wanita dengan rambut pirang memulai pembicaraan, iris biru cerahnya melirik wanita di sampingnya.
"Gue diterima, Ino!" seru Sakura--wanita yang berambut merah muda, sambil meniup terompet tahun baru yang dirampasnya dari Takeru Takaishi yang numpang lewat.
"Bagus deh! Udah setahun lo gak bayar hutang, jenggotan gue nunggunya!" seru Ino sambil menyebarkan confetti di sekeliling mereka. Sakura sweatdrop dan kabur sebelum Ino melihatnya.
"Ehem! Kau kena denda karena membuang sampah sembarangan, Nona." Seorang polisi jalanan mengacungkan selembar kertas pada Ino.
"SAKURAAA!!"
xxx
Akasuna Sakura, seorang sarjana di bidang psikologi. Jika saja ia lebih famous, bidang tersebut dapat menjadi sumber uang baginya. Hanya saja, sang Dewi Fortuna belum berpihak padanya, dan hidup susah pun menjadi kawannya.
Yamanaka Ino, hanya seorang sahabat Haruno Sakura. Ia seorang pemilik toko bunga Yamanaka yang diwariskan turun-temurun mulai dari kakeknya kakek ayahnya, lalu kakeknya ayah ayahnya, kakek ayahnya, ayah ayahnya, baru ayahnya, dan sekarang gilirannya.
"Sakura-basan!" teriak seseorang di belakang Sakura. Lalu wanita itu menengok cepat ke belakangnya dan mendapati seorang anak lelaki dan ayahnya dengan perbedaan warna rambut yang cukup kontras--merah maroon dan blonde.
"Naruto, Sasori-niisan!" Sakura tertawa lebar, lalu ia segera mengambil Naruto dari gendongan ayahnya, memeluk dan mengelus rambut pirang anak itu perlahan. Naruto tertawa-tawa senang sambil mengayunkan mainan di tangan kanannya--gemerincing bel terlantun di sudut jalanan yang sepi.
Akasuna Sasori, saudara satu-satunya Sakura. Hanya seorang pegawai dari suatu perusahaan kecil, sehingga ia pun tak mampu membantu sulitnya kehidupan adiknya.
"Bagaimana kabar Deidara-neesan?" tanya Sakura pada Sasori. Namun seketika raut wajah baby-face itu--yang sering diincar oleh para tante pedofil-- sedikit berubah.
"Deidara belum sembuh, ia masih berada di rumah sakit."
Akasuna Deidara, istri dari Sasori. Sudah beberapa bulan diketahui menderita leukemia, dan kini menjalani rawat inap di rumah sakit kecil yang terletak di pinggiran kota.
"Niisan, aku sudah mendapat pekerjaan baru." Mendadak, seulas senyum lebar kembali muncul di kedua wajah itu dan mereka berdua terbahak di tengah jalan. Naruto segera turun dan pura-pura tak mengenal kedua orang itu, tipikal anak durhaka.
xxx
"Hina-chan, hari ini kau diantar oleh Gaara saja ya? Tousan harus segera berangkat." Sasuke mencium kening Hinata, lalu segera meraih tasnya dan menghilang di balik pintu depan.
Hinata mengangguk lemah saat terdengar samar-samar deruman mobil ayahnya, raut kekecewaan mulai menghampirinya. Untuk yang kesekian kalinya, ayahnya mengingkari janji untuk mengantarnya sekolah.
"Haah…" Ia mengunyah sereal dan meminum susu cokelatnya perlahan, sebelum akhirnya membangunkan Gaara yang masih molor di kamarnya.
"Gaara-jisan, bangun!"
"Mmh…" gumam Gaara sambil mengelap iler di pipinya dengan sehelai kain yang terdekat dengannya, lalu bangun dan mulai berjalan ke arah ruang makan sampai sebuah suara kecil menghentikannya.
"Gaara-jisan… itu kan celana dalam tousan?"
xxx
"Kita sampai." Gaara menginjak pedal rem seraya menatap Hinata dari sudut matanya, merasa heran karena selama perjalanan anak perempuan itu sama sekali tak bicara. Lalu sang babysitter yang merangkap sebagai supir itu pun membukakan pintu untuk anak yang diasuhnya itu.
Seperti biasa, Gaara menggandeng tangan mungil Hinata dan mulai menuntunnya berjalan ke arah salah satu kelas yang terletak di paling ujung. Ya, kelas Hinata, kelas I-B.
"Hina-chan, mau kutinggal atau tidak?" tanya Gaara saat mereka sudah mencapai ambang pintu. Namun Hinata hanya menggeleng, dan itu berarti Gaara tidak diizinkan pulang sampai bel pulang berdentang. "Baiklah, jisan tunggu disini."
"Oke." Hinata tersenyum lagi, lalu ia memasuki ruangan kelas yang tampak seperti neraka di mata pucatnya. Gaara memperhatikan dari luar, namun tak ada yang dilakukan oleh anak yang diasuhnya itu selain duduk diam di kursinya dan menundukkan kepala.
"Permisi…?" Gaara hampir saja terlonjak kaget dengan suara halus di belakangnya, juga napas hangat yang terasa di tengkuknya. Ia tak sadar kalau sedari tadi ia menghalangi jalan umum.
"Ah, ya." ucap Gaara sambil membalikkan tubuhnya ke belakang, dan seketika ia merasakan jantungnya lupa berdetak.
Wanita. Cantik. Berambut merah muda. Beriris emerald. Wajah wanita itu hanya berada sekitar 5 cm dari wajahnya. Gaara mencoba mencerna seluruh kata-kata itu dalam waktu kurang dari satu menit.
"Yang saya lihat, anda masih berada di ambang pintu." Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, dan menatap aneh Gaara yang masih memasang wajah nepsong.
"M-maaf!" Gaara segera menyingkir tanpa banyak cingcong.
"Tidak apa-apa." Wanita itu tersenyum maklum, dan melangkah masuk ke dalam kelas I-B. Kelas Hinata.
"Dia… ahli psikologinya?"
TuBerCulosis
-
Next Chap: Her
'Wanita tadi…?' batin Gaara dengan kepala terangguk-angguk. 'Jadi ahli psikologi itu bukan cuma nama. Dia bahkan bisa membuat Hinata lupa dengan gugupnya dan mampu tertawa dengan bebas.'
-
Yosh!
Terinspirasi dari Carita de Angel ®. Ada yang masih inget??
Tapi tenang aja, ceritanya gak sama kok. Saya aja udah lupa kayak gimana tuh adegan-adegannya *dilempar mercon*
Buat Pysche Voluptas (Yulan); Maaf karena nggak jadi fluff karena aku emang gak bisa, maaf karena jadinya multichap dan gaje gini… T.T
Makasih banyak yang udah mau baca dan review, yang mau baca tapi males review, yang review doang tanpa merhatiin ceritanya, yang baca summary doang, ataupun yang gatel pengen flame fic ini xP
Review, please? -nyawer Sasuke-
Kumiko a.k.a Panda,
(1116)
