My Stepson
.
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
My Stepson © Daneesha Xiaoyu
Warning!: AU, Miss Typo, OOC, aneh, gampang ditebak, dan kekurangan lainnya
For Sakura-centric (maybe)
Don't Like, Don't Read
.
~Happy Reading~
.
/Ia menatap tak suka kearah mereka, lebih tepatnya kearah ayahnya. Ia iri, cemburu, marah. Ayahnya mendapat perhatian lebih dari wanita musim semi itu. Wajar, karena wanita musim semi itu adalah istri kedua ayahnya\
.
Wanita musim semi itu –Haruno Sakura, menatap kamera dengan senyum bahagianya. Tangan kanannya merangkul lengan kiri pria paruh baya disampingnya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk dadah-dadahan pada wartawan yang sedang ramai.
"Jadi Uchiha-san, apa anda serius akan menikahi Haruno-san?" tanya salah satu wartawan sambil menyodorkan microphone berlogo perusahaan tempat mereka bekerja. Tak hanya itu, microphone dari perusahaan lain juga ikut disodorkan kearah pria paruh baya dan wanita musim semi itu.
"Tentu saja. Dia adalah kerabat jauh mendiang istriku yang pertama. Dan aku sangat mencintainya," jawab kepala besar Uchiha tersebut –Uchiha Fugaku.
Sedangkan wanita musim semi disebelahnya hanya menunduk malu. Ia pun mengeluarkan senyuman malu dari bibir pinknya.
Cup
Tak ragu-ragu, Fugaku pun mencium bibir tipis Sakura tersebut dengan cepat. Membuat kejutan bagi para wartawan dan penonton dirumah tentunya. Karena diantara para wartawan tersebut sedang menayangkan acara 'Live'.
"Wo-wowow... itu tentunya mengejutkan untuk kami. Jadi kapan pernikahannya akan segera diselenggarakan?" tanya wartawan dengan rambut perak klimis dengan senyuman paksa.
"Lusa, lagipula undangan juga sudah disebarkan" jawab Sakura malu-malu.
"Waw... ternyata suaramu merdu ya, Haruno-san." Sahut wartawan laki-laki yang lain.
"Ehem. Tapi maaf saja, karena sebentar lagi ia milikku." Jawab Fugaku serius tapi tak lupa senyuman yang hanya bisa dimengerti dirinya sendiri. Tangan kirinya meraih pinggang Sakura, membuat Sakura lebih dekat padanya. Ia mengelus-ngelus pinggang ramping Sakura lalu mencium pipi chubby wanita itu.
"Eh hihi... geli Fuga-kun." Kekeh Sakura berusaha menjauhkan tangan Fugaku dipinggangnya yang dibaluti dress ungu sepanjang mata kakinya tetapi ada belahan sampai pangkal paha kirinya.
"Sudah tak ada yang ditanyakan lagi? Aku harus pergi mengantar pulang calon istriku lagi," Fugaku langsung berbalik arah sambil merangkul Sakura.
"Tapi Uchiha-san masih banyak yang ingin kami tanyakan!"
"Uchiha-san!"
"Jangan pergi dulu."
Tapi sayangnya langkah para wartawan itu terhenti lantaran 4 bodyguard milik Fugaku menahannya.
...
~My Stepson~
...
"Nee, hime. Kau ingin pulang atau berkunjung ketempat lain dulu?" tanya Fugaku memecahkan keheningan. Walaupun begitu, konsentrasinya masih penuh mengendarai Lykan Hypersport silvernya itu membelah jalanan gelap yang sepi kendaraan.
"Aku ingin pulang. Aku lelah seharian mengunjungi pesta Obito-kun dan membeli persiapan utuk pernikahan kita. Tak apa-apa kan?" mohon Sakura sambil menggigiti bibir bawahnnya.
Fugaku hanya tersenyum maklum. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus surai merah muda Sakura, sementara tangan kirinya masih memegang kemudi. "Tak apa. Jangan terlalu lelah. Aku tidak ingin kalau calon istriku ini akan jatuh sakit."
"Kalau aku jatuh sakit, Fuga-kun yang harus merawatku." Rajuk Sakura mengerucutkan bibirnya.
"Tentu saja, hime. Dan kita akan langsung melakukan hal yang 'menyenangkan'." Senyum Fugaku mesum.
"Fuga-kun mesum ih!"
"Aku sudah tak sabar, hime." Bisik Fugaku serak. Sakura memalingkan mukanya kearah samping. Berusaha menyembunyikan rona merah yang menjalar dipipinya.
Setelah kira-kira 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai pada sebuah rumah kecil tetapi asri tersebut. Fugaku langsung keluar dan membukakan pintu untuk Sakura, "Silahkan, tuan putri." Ucapnya gentle.
Fugaku mengikutinya dari belakang sampai Sakura membuka rumahnya tersebut.
"Fuga-kun, apa yang akan kau lakukan?" bingung Sakura sambil melepas stiletto hitamnya.
"Aku ingin disini." Fugaku memeluk Sakura lalu menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari tubuh Sakura.
"Fuga-kun, katanya ada banyak laporan yang harus kau kerjakan." Regut Sakura sebal sambil memukul dada bidang Fugaku.
"Tak mengerjakan sekali tak akan membuatku bangkrut hime. Aku bisa menyerahkannya kepada sekretaris kalau aku mau." Kedua lengan Fugaku sudah melingkar sempurna dipinggang Sakura. Pelukan yang makin erat membuat dada mereka saling bergesekan.
"Mou, aku tak ingin mempunyai suami yang malas." Sakura menggembungkan pipinya. Fugaku bisa merasakan itu. Ia melepaskan pelukan itu tapi bibirnya langsung meraup bibir tipis Sakura.
Mereka saling bergulat antar bibir. Bertarung antar lidah. Salivanya yang sudah saling tertukar. Decakan dan desahan pun keluar. Tak peduli pintu rumah Sakura masih terbuka lebar.
Fugaku meremas bokong kenyal Sakura dengan kedua tangannya. Sakura meremas jas Fugaku hingga tampak kusut. Mereka bergairah, sangat bergairah. Ciuman Fugaku turun sampai leher putih Sakura. Sakura mengandahkan kepalanya keatas untuk memberikan akses lebih luas kepada Fugaku. Tangan Fugaku sudah nakal meremas dada besar milik Sakura.
"Enghh... sshhh aahhh..." desah Sakura sedikit tertahan.
"Keluarkan saja sayang," ujar Fugaku disela-sela menggigiti leher putih Sakura.
Fugaku menidurkan Sakura pada sofa broken white milik Sakura tersebut. Tangan kanannya mencari-cari rensleting untuk dibuka semua, tangan kirinya masih setia meremas-remas dada Sakura. Ia kembali meraup bibir Sakura dengan rakus. Sakura membalas tak kalah rakusnya sambil meremas rambut hitam Fugaku. Aahh... Fugaku sangat menyukai gerakan tangan Sakura itu.
Rensleting berhasil dibuka. Saat Fugaku mulai menurunkan dress yang menutupi tubuh Sakura, Sakura langsung menahan dengan tangan kanannya dan tangan kirinya ia gunakan untuk menahan dada Fugaku. Ia menggelengkan kepalanya. Matanya menatap sayu kearah Fugaku.
Fugaku mengangguk mengerti. Ia adalah Uchiha yang kental akan kehormatan. Ia tak mau membuat Uchiha tercemar dengan menghamili seorang perempuan, walaupun itu adalah calon istrinya. Fugaku lebih mementingkan ego Uchiha dibandingkan 'sesuatu' yang sudah berdiri tegak dibawah.
"A-aku tidak bisa sekarang." Ujar Sakura malu-malu sambil memperbaiki letak dress nya yang sudah berantakan itu.
"Aku mengerti," Fugaku tersenyum sambil mengelus surai merah muda Sakura.
Fugaku bangkit sambil merapihkan jasnya lagi yang kusut akibat remasan Sakura. Sakura juga membantu memperbaiki letak dasi biru dongker Fugaku. Setelah mengantarnya sampai depan pintu, Sakura langsung melahap bibir Fugaku. Saling melahap tapi singkat.
"Aku pergi dulu." Pamit Fugaku sambil membuka pintu supercars miliknya.
"Hati-hati," jawab Sakura sambil mengeluarkan senyuman tulusnya.
Sakura menutup pintu rumahnya sambil memegang dadanya, tak lupa senyuman leganya. Betapa ia sangat mencintai pria itu.
...
~My Stepson~
...
Sakura mendorong trolli belanjaannya menuju tempat sayuran segar. Manik gioknya terus memperhatikan deretan sayuran sesekali melihat kedaftar belanjaannya sendiri.
Bruk
Tak sengaja trollinya menabrak tubuh orang lain.
"E-eh? Gomenasai, aku tidak sengaja." Ujar Sakura kikuk sambil terus membungkukkan badannya.
"Lho? Sakura!"
Sakura langsung mengangkat kepalanya. Senyum shock terbentuk dari mulutnya. Beberapa diantara mereka yang mendengar nama 'Sakura' langsung berbisik-bisik ria.
Wanita yang tadi menjerit –Karin, langsung menarik tangan Sakura menjauh.
"Ka-karin! Tunggu dulu. Aku juga harus bawa trolli nya." Sakura melepas genggaman Karin dan menarik trollinya kembali lalu mengikuti Karin ketempat yang agak sepi.
Setelah celingak-celinguk memastikan tak ada orang lagi, Sakura menghela nafas lega. CCTV yang berada didekatnya tak akan menjadi masalah.
"Karin aku rindu padamu!" Sakura langsung menyerbu Karin dengan cipika-cipiki andalannya.
"Hihi iya aku juga jidat! Eh aku ingin bertanya padamu, apa berita itu benar?" jiwa penggosip Karin sepertinya kambuh lagi.
"Berita apa?" Sakura menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal tersebut.
"Kau ingin menikah dengan Uchiha Fugaku. Apa itu benar?" bisik Karin semakin mendekat ketelinga Sakura. Sakura hanya mengangguk dengan rona merah dipipinya.
"HYAAAA... Jadi itu ben –hmmppftt!" nafas Karin tak karuan karena Sakura langsung membekap dengan kedua tangannya. Jadi hidungnya pun ikut tertekan.
"Jangan berteriak!" decak Sakura sebal.
"Oh Ok. Tapi kau harus janji untuk mengundangku nanti diacara pernikahanmu itu." Ancam Karin sambil menunjukan kepalan tangannya.
"Khusus untukmu, aku beritahu langsung kalau pernikahanku nanti diselenggarakan besok pagi di halaman utama Hotel Sharingan." Jawab Sakura geli.
"Yatta!" jerit Karin senang.
...
~My Stepson~
...
"Jidat, kau yakin ingin menikahi berondong itu?" tanya Karin menggebu-gebu sambil menyeruput jus alpukatnya. Saat ini mereka tengah berada di cafe sebelah supermarket tadi. Tentu saja setelah keduanya membayar belanjaannya.
"Dia bukan berondong, Karin." Koreksi Sakura tersenyum pasrah. Karin memutar bola matanya bosan.
"Kalau bukan berondong, apa namanya? Bujang lapuk? Sama saja! Kenapa kau tidak memilih menikah dengan salah satu anaknya saja?"
"Anaknya?" alis pink Sakura menukik tajam.
"Kau tidah tahu dia punya anak?" tanya Karin sweatdroped.
"A-aku tahu dia sudah punya anak dari mendiang istri pertamanya. Tapi aku belum pernah melihat keduanya." Bantah Sakura cepat.
"Lho? Katanya kau kerabat dari mendiang istri pertamanya?" bingung Karin tak puas.
"Kerabat jauh, Karin. Jadi, aku juga tidak tahu kalau dia sudah mempunyai anak yang..." Sakura menghela nafasnya lelah.
"Seumuran dengan kita," sambung Karin.
"Kalau kau tahu mereka seumuran denganmu, kenapa kau tidak kejar salah satunya saja? Supaya nanti aku ibumu dan kau anakku. Haha..." Sakura mulai tertawa sambil memejamkan matanya. Membayangkan kalau mereka tengah perang masakan di dapur.
"Sialan kau. Tapi—"
Karin menunjukan tangan kirinya. Dan sepertinya Sakura baru menyadari bahwa tersemat cicin bermata berlian kecil dijari manis Karin.
"Whooaahh... kau bertunangan atau menikah?" tanya Sakura antusias.
Karin menunjukan gambar dirinya bersama pemuda berambut putih dan bermanik ungu. "Tunangan. Nanti aku akan mengundangmu kepesta pernikahanku." Karin juga menunjugan cengiran bahagianya.
"Wow... sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Hozuki ya..." kekeh Sakura.
"Kau juga. Justru kau akan menjadi nyonya besar Uchiha nanti. Haha..."
"Hey ladies..." suara lain masuk kegendang telinga mereka.
Sakura berjengit ketika ada seseorang yang melingkarkan tangannya dilehernya. Tapi tanpa menoleh pun ia tahu siapa orangnya. Tercium dari aroma mint khas milik calon suaminya. Fugaku mencium bibir Sakura sekilas dari belakang.
Sedangkan Karin? Ia hanya menatap ngeri kearah mereka. Tepatnya kearah Sakura. Kulit Fugaku memang tidak terlalu menampakkan kerutannya. Masih bisa dimasukan dalam kategori tampan. Tapi tetap saja, di usianya yang sudah menginjak 52 tahun tentu saja sudah setengah abad lebih dua tahun beberapa bulan kepala besar Uchiha itu hidup. Sedangkan umur Sakura baru menginjak 22 tahun. kalau diselisihkan berarti... 30 tahun!
Oh my! Berarti saat Fugaku menginjak 30 tahun, Sakura baru brojol dari perut ibunya. Aaahh.. ia sudah tak kuat lagi memikirkannya. Bagaimana kalau 'milik' Fugaku yang sudah keriput dan menghitam itu masuk kedalam 'milik' Sakura yang bersih, suci, dan...? Tak sadar bahwa ia meremas rambutnya kuat-kuat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, layaknya orang kesurupan.
"K-karin, kau kenapa?" tanya Sakura aneh melihat tingkah laku Karin yang sepertinya kurang waras itu.
"Ah? Eh.. umm, aku tak apa-apa. Sungguh aku tak apa-apa." Jawab Karin gelagapan sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Memaksakan untuk menunjukan cengiran ala-alanya.
"Kalau begitu hime, ayo kita pergi mengambil gaun pengantin kita." Fugaku menyodorkan tangannya untuk Sakura raih.
"Oh iya, makanan kalian sudah dibayar?" lanjut Fugaku sambil meletakan tangan kirinya dipinggang Sakura.
Sakura dan Karin menggeleng bersamaan sebagai jawaban.
"Baiklah, aku yang bayar." Ujar Fugaku enteng.
"Ta-tapi, aku sudah berjanji untuk yang membayar semua makanan ini kepada Karin," tolak Sakura berusaha meraih dompetnya.
"Tidak hime. Mulai hari ini urusanmu adalah urusanku juga. Jadi biarkan aku yang bayar." Fugaku langsung menyerahkan uangnya pada pelayan yang kebetulan lewat, tanpa meminta lagi uang kembaliannya.
Sakura meregut sambil membawa dua kantong belanjaannya, walaupun dalam hati ia juga merasa sedikit senang karena uangnya tak akan terkuras banyak. Meskipun rekeningnya sudah diisi oleh Fugaku.
Sakura berpamitan pada Karin dengan memberi kode anggukan. Dan Karin membalasnya dengan senyuman kikuk dan kaku.
...
~My Stepson~
...
Setelah mengambil gaun pengantin yang sudah dikirimkan langsung dari Amerika tersebut, mobil Lykan Hypersport Fugaku akhirnya terparkir manis dihalaman depan rumah megah campuran Eropa dan Jepang Tradisional.
Meskipun Sakura sudah berkali-kali disini, tapi ia masih merasa kikuk dengan pelayan disini. Ia benar-benar diperlakukan seperti seorang ratu. Impiannya sejak kecil akhirnya tercapai sekarang juga.
"Fugaku-sama, Itachi-sama sudah menunggu diruangan anda." Ujar pelayan pria dengan jas dan tangan kanannya ditekuk 90° didepan perutnya yang sambil membungkuk tersebut yang sudah menunggunya didepan pintu.
"Kemana Sasuke?" Fugaku mengeryitkan alisnya.
"Kata Itachi-sama, Sasuke-sama ada sedikit keterlambatan pesawat dari Paris," jawab pelayan pria itu dengan tegas.
"Anak itu, kenapa dia selalu tidak mau menggunakan jet pribadi sih?" gumam Fugaku sambil mendecih. "Sudah kau siapkan minuman dan beberapa camilannya?" sambung Fugaku terus berjalan yang masih merangkul Sakura. Pelayan pria itu pun masih setia mengikutinya.
"Tentu saja Fugaku-sama. Mungkin sekarang makanannya sudah diantar." Jawab pelayan pria itu lagi dengan sopan.
"Hn. Kembalilah bekerja!" titah Fugaku mutlak. Pelayan itupun membungkukkan badannya 90° lalu berbalik pergi.
Cklek
"Otou-san." Pemuda dengan surai hitam panjang yang tadi sedang berkutat dengan laptopnya kini menghampiri Fugaku lalu memeluknya dengan hangat dan dibalas juga dengan tepukan dipunggung pemuda itu.
"Bagaimana kabarmu dan perkembangan cabangnya di Korea Selatan, Itachi?" tanya Fugaku basa-basi.
"Syukurlah kabarku baik sampai sekarang. Dan cabang di Seoul berkembang pesat. Banyak perusahaan yang menjual sahamnya pada kita." Jawab Itachi sambil mencomot kue kering yang tersedia dimeja ayahnya itu. Tak lupa senyum misteriusnya itu. Fugaku pun tersenyum sama misteriusnya. Sakura hanya menatap kedua pria itu dengan bingung.
"Ngg.. otou-san, jadi—"
Cklek
Ucapan Itachi terputus setelah mendengar suara pintu terbuka. Menampilkan sosok pemuda dengan kondisi sedikit berantakan.
"Kau tahu Sasuke, aku tidak suka keterlambatan." Ujar Fugaku dingin sambil menyeruput kopi hitam tanpa gulanya.
"Moushiwake arimasen, otou-san." Yang dipanggil Sasuke hanya membungkukkan tubuhnya, raut mukanya juga menunjukan penyesalan.
"Duduklah!" titah Fugaku.
"Jadi, bagaimana kuliahmu di Paris?" sambung Fugaku mulai basa-basi lagi.
"Lancar, otou-san." Jawab Sasuke singkat.
"Ada yang ingin aku bicarakan dengan—"
"Jadi berita itu benar otou-san? Kau akan menikah lagi?"
Itachi buru-buru menyikut Sasuke saat pemuda itu dengan lancang memotong kalimat Fugaku.
"Aku tak suka jika kalimatku dipotong seenaknya." Tukas Fugaku lebih dingin lagi. Sasuke hanya menundukan kepalanya, tak mengucapkan sepatah katapun.
Sakura meremas tangannya yang sudah berkeringat itu. Suhu dingin disini tak cukup menyejukan suasana hatinya yang dikelilingi tiga pria ber-aura sama ini. Menyeramkan.
"Aku ingin Itachi dan Sasuke menetap disini. Kalian akan mengurus cabang dikota ini. Sedangkan untuk di Seoul, Obito akan mengurusnya. Dan satu lagi, berita bahwa aku menikah lagi itu benar. Aku akan menikah dengannya." Fugaku merangkul pundak Sakura untuk lebih dekat dengannya. Ditatapnya satu persatu onyx milik putranya yang serupa dengan miliknya itu dengan seksama.
"Watashi wa Haruno Sakura desu. Yoroshiku." Sakura langsung duduk kembali setelah mengatur nafasnya yang gugup. Berhadapan dengan tiga pria Uchiha yang memiliki watak sama ini membuat nyalinya menciut.
Dan disaat itulah pemilik mata onyx terkunci akan tatapan manik emerald tersebut.
...
~To Be Continued~
...
A/N: Hai, kembali lagi dengan saya si author PHP (T...T) dengan fic baru yang abal-abal. Awalnya saya dapet ide ini sewaktu lagi makan malam, gk nyambung memang. Tapi setelah dibaca ulang, saya merasa kalau fic ini mirip dengan fic 'Stepfather by Odes'. Mungkin karena ada kemiripan itu saya sendiri yang akan menjelaskannya kepada author Odes supaya tak ada yang menganggap saya plagiat atau apapun. Lagi pula jalan ceritanya juga tentu beda jauh. Status saya saat ini 'Semi-Hiatus', jadi kadang off kadang on XD, fyi doang wkwkwk..
Cirebon, 22-07-16 at 12.50 pm
