Pertemuan pertamaku dengannya tidak begitu menarik. Hanya berpas-pasan di koridor sekolah. Tapi, entah kenapa hal itu sangat berkesan.

Untuk pertama kalinya tubuhku bereaksi aneh.

Degupan di dada kiriku sangat cepat. Seolah-olah pusat kehidupanku yang ada di dalam sana ingin meloncat keluar dan menari-nari di hadapanku. Rasanya begitu sesak dan sulit bernapas. Bahkan, aku hanya bisa terdiam di tempat dengan raut wajah bodoh.

Aku juga bisa mendengar desiran darah yang mengalir di tubuhku. Seperti….. desiran air terjun. Begitu keras dan deras. Menurut Baekhyun sahabatku, ini adalah gejala cinta. Dan mengingat pertemuan itu….. kata Baekhyun, aku mengalami 'Love At The First Sight'

Hanya saja…., jika orang yang membuatku mengalami 'love at the first sight' adalah orang yang juga sering membuat orang lain selain diriku mengalami 'love at the first sight' padanya. Apa aku masih bisa menyebut situasi ini 'love at the first sight' ? mengingat tidak hanya aku yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama terhadapnya. Tck! Kata-kata ini terlalu rumit

Tapi, walau demikian. Tetap saja ini gejala cinta sepereti kata Baekhyun. Hanya saja, aku tidak mengerti. Kenapa hatiku memilih orang seperti itu?

Yeah~ mungkin, karna dia tampan? Ani, itu terlalu mainstrim. Banyak namja tampan di negeri ini. Tapi, kenapa mataku hanya bisa melihat ketampanannya dan menjadi buta untuk yang lain?

Ah, mungkin karna dia sangat cerdas? Ck! Tidak, kenapa aku harus suka orang yang cerdas? Apa karna aku bodoh? Ish! Pembahasan ini merendahkanku. Tidak! tidak! ini bukan karna dia cerdas dan aku bodoh. Yeah~ dia memang cerdas. Sangat cerdas. Kecerdasannya terlalu berlebihan. Sepertinya Tuhan tidak membagi rata kecerdasan mahkluknya. Bagaimana bisa dia sangat cerdas dan aku sangat bodoh? Itu tidak adil!

Apa karna dia dari keluarga kaya? Tidak! Aku bukan orang seperti itu. Ini sangat jauh

Mungkinkah karna kepribadiannya? What the? Tidak mungkin kepribadian seperti itu membuatku tertarik padanya. Tapi, nyatanya aku memang tertarik. Hanya saja…. benarkah karna kepribadian seperti itu? Pendiam, dingin, dan yang terpenting, dia suka menganggap rendah orang-orang sepertiku. Maksudku, orang dengan AQ di bawah rata-rata dan kurang berkecukupan. Dia juga cukup sombong. Sikapnya mirip seseorang di rumah. Huh! Kenapa aku harus jatuh cinta padanya? Aku benar-benar tidak mengerti

Dan karna aku sangat bodoh. Aku menyukai semua hal tentangnya, entah itu yang baik atau yang buruk. Sebisa mungkin aku melakukan segala hal untuknya. Untuk bisa melihatnya walau dari jauh. Tidak ada salahnya berharap bukan? Siapa tau keberuntungan memihak walau berkali-kali aku di tolak olehnya. Tapi, aku percaya, suatu saat dia pasti akan melihatku. Melihat semua perjuanganku

Walaupun bodoh. Aku, Xi Luhan tidak akan pernah menyerah untuk Oh Sehun.

.

.

.

Prince High School

.

(prolog)

.

LUHAN – SEHUN

.

.

E

.

.

Romance, school life, humor, hurt

.

.

And as a human, saya tidak pernah luput dari kesalahan

.

.

.

.

.

Bisa di bilang, FF ini DIFFICULT OF STRING part II. Cuma, gak tau juga apa ikatan HunHan di sini rumit atau gak. Yang pasti, ini versi yang beda tapi pairnya masih tetap HUNHAN. Yaudah, silahkan di baca buat yang berkenan.

.

.

.

.

"neo, namja-chigu naegajullae?" gadis itu tertunduk gugup tak berani mendongak menatap pemuda di hadapannya. Kedua pipinya bersemu merah, yakin pemuda itu akan menerima pernyataannya karna hampir seluruh namja di sekolah ini adalah fans dari gadis ini. Jadi, ia sudah sangat yakin namja bertampang dingin itu tak akan mampu menolaknya. Tidak akan!

Jangan terima! Jangan terima! Jangan terima!

Tanpa mereka sadari. Seseorang di balik tembok sibuk berdoa seraya meremas dua kepalan tangannya di depan dada. Matanya tak lepas dari dua orang itu. Jantungnya berdegup kencang menanti jawaban pemuda tinggi berambut soft pink yang di tunjuk atas pernyataan barusan.

"kau siapa?" si gadis mendongak menatap pemuda tanpa ekspresi itu. "aku bahkan tidak mengenalmu." Si Gadis bertanya singkat, namun pemuda itu beranjak pergi begitu saja tanpa berkata-kata membuat gadis berambut cokelat gelap itu memekik kesal sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

"aish! Memalukan!" pekiknya menatap punggung Sehun yang lenyap di balik dinding koridor. Gadis itu lalu melihat sekitar memastikan tak seorangpun yang melihat kejadian barusan atau imejnya akan hancur. "awas kau Oh Sehun. Tidak ada yang boleh menolakku." Desisnya beranjak dari sana membuat pemuda mungil yang bersembunyi di balik tembok menarik napas lega ikut berlalu menyusul mereka.

.

.

.

"MWO?! Oh Sehun menolak Park Ji Yeon—umppt.." cepat-cepat Luhan berdiri menyumpal mulut Baekhyun dengan roti di hadapannya saat pemuda itu bicara terlalu keras hingga seisi kantin bisa mendengar suara teriakannya.

Namun terlambat. Seisi kantin sudah mendengar dan kini menaruh perhatian pada mereka meminta penjelasan lebih. "a-ah, bukan apa-apa. Dia hanya asal bicara." Uacp Luhan menggoyang-goyang tangannya di depan dada tersenyum garing tak meyakinkan.

Namun, seisi kantin yang mendengarnya tetap tidak percaya. Mereka mulai saling melempar tatapan bergosip ria karna soal Oh Sehun. Luhan adalah salah satu pakar terpercaya.

Seisi sekolah juga tau bahwa Luhan menyukai Sehun dan pemuda itu tak ingin melewatkan hal apapun tentang Sehun. Tak ada gossip yang terlewatkan oleh Luhan jika itu menyangkut Sehun.

Jadi, siapa yang akan percaya saat Luhan berkata bukan apa-apa jika jelas-jelas Baekhyun sahabat Luhan yang berlebihan itu memekik keras menanggapi ucapan Luhan?—mereka tau Luhan ingin merahasiakan beberapa hal dari public. Hanya saja, bercerita pada Baekhyun bukanlah tempat yang tepat—

'yeah ku dengar juga begitu.'

'Ji Yeon tidak mungkin di tolak. Luhan kan menyukai Oh Sehun, bisa saja dia tidak terima dan berkata seperti itu'

'eh~ mungkin saja. Ini Oh Sehun. Ji Yeon pasti bukan tipenya. Gadis itu kan tidak selevel dengan IQ Oh Sehun.'

'memangnya Sehun mencari gadis yang setingkat dengan IQ nya?'

'aku juga tidak tau, aku bukan dia. Tapi, mengingat semua gadis cantik bahkan lelaki tampan nan imut yang di tolaknya mentah-mentah. Kurasa memang seperti itu.'

Hhh….

Luhan menghela napas berat mendelik tajam kearah Baekhyun yang sibuk dengan makan siangnya. Sama sekali tidak perduli dengan sekitar yang mulai bergosip karna ulahnya

"aku rasa, sebentar lagi yeoja itu akan datang mengamukkiku" gumam Luhan namun masih dapat di dengar oleh Baekhyun yang langsung menghentikan kunyahannya menatap Luhan dengan alis berkerut bingung hingga beberapa saat kemudian, ia terpikirkan sesuatu.

Cepat-cepat Baekhyun menelan makannya dan meneguk segelas air tak tersisa lalu berdiri mengajak Luhan mengikutinya. "mianhae, ini salahku yang terlalu antusias. Sebaiknya sekarang kau bersembunyi sebelum yeoja bermata seram itu menemukanmu." Tutur Baekhyun berjalan cepat menarik Luhan yang terlantung-lantung di belakangnya.

Mendengar ucapan Baekhyun, Luhanpun berhenti membuat Baekhyun ikut berhenti menatap bingung sahabatnya itu. "aku akan ke kelas. Biar saja dia datang dan mengamuk. Aku ini namja, kenapa harus takut padanya?" Luhan melepas genggaman Baekhyun di tangannya dan berjalan lurus ke kelas mereka. Kelas paling ujung, II-F.

Sementara Baekhyun hanya diam di tempat dengan mulut menganga. Reaksi yang berlebihan. Tapi, kalau tidak berlebihan. Bukan Byun Baekhyun namanya. "aku harap kau tidak menyesali keputusanmu." Ia lalu berjalan menyusul Luhan ke kelas yang sama. Baekhyun bisa mendengar semua orang membicarakan hal yang sama sepanjang koridor. Park Ji Yeon di tolak Oh Se Hun

.

.

.

Menurut Luhan, tak ada hal yang lebih mengerikan lagi selain belajar. Kalau kehilangan Oh Sehun dari sudut pandangnya. Itu bukan hanya mengerikan, tapi juga menyakitkan.

Sepertinya Luhan memang sangat menyukai Oh Sehun hingga siapapun tak bisa mendeskripsikan seberapa besar ketertarikan dan minat Luhan terhadap Oh Sehun.

Dan tak seorangpun juga yang bisa mendeskripsikan kemalasan serta kebencian Luhan terhadap yang namanya belajar. Seperti saat ini. Guru tengah menerangkan namun ia malah dengan santainya merebahkan kepala di atas meja menatap halaman belakang sekolah lewat dinding kaca transparan bangunan sekolah mereka.

Ia sama sekali tidak perduli dengan ucapan bibi berlipstik tebal dan berbibir monyong yang ada di depan kelasnya. Lagi pula, bukan hanya dia yang bosan. Seisi kelas juga bosan. Memangnya sejak kapan kelas dengan letak paling ujung dan terakhir itu punya semangat belajar?

Hhhh….

Entah itu helaan napas yang keberapa Luhan juga tidak tau. Yang pasti, ia merasa akan mati bosan jika jam si bibi berlipstik tebal bibir monyong itu tak juga berakhir. Aish! Ini benar-benar mengerikan

Namun, fokus Luhan pada halaman belakang sekolah teralihkan saat matanya menangkap kehadiran seorang yang sangat ia kagumi dan idam-idamkan berkeliaran di sana. Luhan menegakkan tubuh setegak-tegaknya terus memandangi sosok yang kini duduk di bawah pohon pinggir danau.

Ia lalu beralih menatap Baekhyun yang terlelap di sampingnya sebelum menatap seisi kelas yang juga sebagaian besar dari mereka, sibuk mengarungi dunia mimpi. Namun, si bibi berlipstik tebal tidak perduli, ia hanya terus berceloteh mengabaikan siswa/siswi yang tidur. Luhan pikir, ini kesempatan.

Dengan hati-hati ia menggeser kursinya dan berjongkok di balik meja. Berjalan keluar lewat pintu belakang tanpa sepengetahuan Ahn seongsanim yang masih sibuk berceloteh menghadap papan tulis.

Luhan berlari sekencang-kencangnya menembus lorong koridor sambil merunduk berusaha tak terlihat para guru yang mengajar di tiap kelas. Ia lalu mengatur napasnya yang tersengal-sengal sampai di ujung koridor lantai satu sebelum melangkah lagi menginjakan kaki ke halaman belakang sekolah menuju tepian danau.

Senyumnya mengembang melihat pemuda berkulit putih pucat dengan warna rambut soft pink hampir mirip dengan warna rambutnya itu. Luhan sangat menyukai pemuda ini. Ia bahkan mewarnai rambutnya seperti warna rambut pemuda itu, namun tidak terlalu mirip agar tak terkesan menjiplak.

Luhan lalu mendekat dan berjongkok di sampingnya. Kedua mata pemuda itu tertutup rapat. Wajah tidurnya terlihat sangat menarik bagi Luhan hingga tanpa basa-basi Luhan mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar Sehun yang sedang tidur sebanyak-banyaknya dari berbagai sudut pandang.

Merasa cukup. Luhan menyimpan ponselnya kembali memandangi wajah Sehun yang tertidur. "ah~ kenapa kau sangat tampan? Aku tak akan pernah bosan memandangimu." Luhan kerkikik geli menyadari perilakunya.

Matanya yang bagaikan anak rusa itu sesekali berkedip lucu dengan bibir yang melengkung keatas. Ia sangat menikmati kegiatannya ketika suara langkah kaki terdengar membuat Luhan menegakkan tubuh dan menoleh ke balik pohon.

Seseorang mendekat. Cepat-cepat Luhan berdiri mencari tempat persembunyian. Namun, semua tempat yang baik terlalu jauh. Ia harus berlari dan terlihat orang itu dulu sebelum bersembunyi. Aih, itu sama saja bohong. Luhan panic mendapati gadis itu semakin dekat hingga matanya tertuju pada batu besar yang ada di dalam danau.

Tidak ada pilihan lain. Akhirnya, dengan raut wajah jengkel dan sebuah dengusan singkat, Luhan melangkah pelan-pelan menceburkan diri ke dalam danau, bersembunyi di balik batu besar yang cukup dekat dengan daratan.

Luhan babo! Dia kan bisa bersembunyi di balik pohon yang sama dengan Sehun. Pohon itu cukup besar menyembunyikan tubuh mungilnya, tapi ia malah memilih menceburkan diri ke dalam danau hingga seragamnya basah kuyup. Untung saja danaunya tidak terlalu dalam. Dia sangat ceroboh dan bodoh

Luhan menengadah menatap langit yang sangat cerah di siang itu. Air danau hanya setinggi dadanya membuat Luhan bisa melihat sekitar dengan jelas. Sesekali ia mengintip memastikan gadis itu sudah pergi atau belum dan mengeram kesal mendapati gadis itu masih setia duduk di sana

Beberapa saat kemudian Luhan mulai kedinginan. Tubuhnya menggigil mencengkram pinggiran batu menoleh lagi ke belekang dan hanya mendapati Sehun yang terlelap di sana. Luhan bersorak girang dalam hati. Dengan tubuh bergetar basah kuyup, ia coba mencapai daratan mendekat kearah Sehun

Lengan kurusnya memeluk tubuhnya sendiri. Ia lalu berjongkok hendak melanjutkan kegiatannya memandangi wajah tidur Sehun. Namun, tiba-tiba kedua mata pemuda itu terbuka membuat Luhan terlonjak kaget.

Sehun beralih menatap Luhan yang gelagapan di sampingnya. Ia heran mendapati orang aneh saat bangun tidur. Luhan tersenyum kikuk kearah Sehun sambil melambaikan tangan coba menyapa. "a-anyeong~. Ka-kau sudah bagun? Hehe…"

Sehun tak mengubris. Ia berdiri hendak beranjak pergi saat sadar tangannya menggenggam sesuatu. Pemuda itu melihat tangannya dan mendapati sebuah surat berwarna soft pink, sama seperti warna rambutnya. Sehun lalu menatap Luhan yang masih terduduk di tempat tak bergerak sama sekali dengan senyuman aneh di wajahnya.

Dengan raut wajah tanpa ekspresi. Sehun membuka surat itu dan membacanya dalam diam. Setelahnya ia mendenguskan tawa menatap Luhan dan menjatuhkan surat itu ke tanah.

"apa yang membuatmu yakin bahwa aku akan menerima pernyataanmu?"

"ne?" Luhan menautkan kedua alis bingung. Namun, sejujurnya ia sangat senang. Ini pertama kalinya ia bicara dengan Sehun walau topic pembicaraan mereka tak dimengerti oleh Luhan sama sekali.

"pelajari cara menulis surat dengan baik, manusia 0%." Setelahnya Sehun pergi begitu saja meninggalkan Luhan yang kebingunggan. Luhan menatap punggung Sehun dengan kedua alis berkerut sebelum beralih menatap surat yang tergeletak di atas tanah

Luhan menepuk keras jidatnya. Sehun pasti mengira ia pemilik surat itu. Luhanpun meraih surat itu dan membacanya. Tak ada nama yang tercantum di sana namun ia yakin, surat itu pasti milik gadis yang membuatnya harus menceburkan diri ke dalam danau. Selain itu, kata-katanya benar-benar menggelikan membuat Luhan malu setengah mati mengingat Sehun mengira ialah pelilik surat itu

Namun, mengingat berkat surat itu ia bisa bicara dengan Sehun. Luhan tersenyum-senyum sendiri dan menyimpan surat soft pink itu ke saku blazer yang mulai sedikit kering. Kalau bukan karna surat menggelikan itu, Sehun pasti akan pergi begitu saja tanpa bicara apa-apa. Jadi, Luhan cukup bersyukur

.

.

.

Luhan keluar toilet dengan wajah berseri-seri menjenjeng seragam basahnya. Ia juga menyapa tiap orang yang ia lewati di koridor sekolah, kenal atau tidak, ia tak perduli karna saat ini hatinya tengah bergembira.

Pemuda berperawakan mungil itu berhenti melihat banyak kerumunan orang di sekitar kelasnya. Wajahnya yang berseri-seri berubah bingung saat orang-orang mulai menunjuk-nunjuk dirinya

Luhan melankah pelan memasuki kelas dan mendapati semua tatapan terkejut seisi kelas tak terkecuali Baekhyun yang langsung meneriaki namanya membuat Luhan semakin bingung.

"oh~ jadi ini tukang gossip itu?" Luhan menoleh ke asal suara dan mendapati Park Ji Yeon serta pengikutnya. Gadis itu bersedekap dada melangkah kearah Luhan dan memperhatikannya dari atas ke bawah sambil berdecih sinis

Baekhyun berlari kearah Luhan dan menyembunyikan Luhan di balik tubuh pendeknya sok pahlawan membuat Ji Yeon tertawa sinis. Sebenarnya Baekhyun sangat takut berhadapan dengan gadis bermata seram itu. Tapi, ia juga tidak bisa membiarkan Luhan di cemoh oleh Ji Yeon yang bermulut pedas.

Kalau soal sahut menyahut ucapan pedas. Baekhyun yakin ialah ahlinya, tapi kalau lawannya adalah Ji Yeon, ia juga tidak begitu yakin. Tapi ia juga tak mau kalah. Orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik menyaksikan mereka

"mwoya? Kau coba melindunginya pendek?" Ji Yeon mengangkat sebelah alis seraya mendorong bahu Baekhyun agar menyingkir dari Luhan. Namun, Baekhyun bersi keras. Ia tetap menjadi tameng bagi Luhan yang terdiam di belakangnya. Baekhyun bahkan coba menyaingi mata Ji Yeon yang menyeramkan dengan mata sipitnya yang berlapis eyeliner

"apa kau bilang? Pendek? Apa kau tidak salah menempatkan helsmu yang norak itu?" Ji Yeon menatap sepatunya sebelum beralih lagi menatap Baekhyun. Ia sudah lupa pada tujuan awalnya dan malah meladeni Baekhyun

"tidak. Aku pikir kau yang salah menempatkan raga." Ji Yeon menatap Baekhyun dari ujung ke ujung. "kau bahkan lebih pendek dari seorang yeoja dengan mata yang norak untuk ukuran seorang namja. Cih! Melihat dandananmu…. Apa kau seorang waria yang memperjual belikan tubuhmu secara Cuma-Cuma pada kaum gay?" Ji Yeon tersenyum mengejek melihat raut wajah Baekhyun yang memerah menahan marah. Namun, di pikiran Ji Yeon wajah Baekhyun merah karna malu kedoknya terbongkar

"wae? Apa aku benar?" Ji Yeon bertepuk tangan dramatis. "woah~ ternyata kita punya pelacur gay di sekolah ini. Apa di antara kalian sudah ada yang pernah menidurinya? Tidakkah itu menjijikan? Kalian bisa terserang penyakit memati—YAKK!"

Ucapan Ji Yeon berubah jadi pekikan nyaring saat tiba-tiba saja Baekhyun menarik-narik rambut gadis itu dengan brutal. Orang-orang mulai bersorak saat Ji Yeon juga balas menarik-narik rambut Baekhyun serta seragamnya.

Mereka bahkan bertepuk tangan menyemangati jagoannya, sementara Luhan panic coba memisahkan mereka dengan menarik tubuh Baekhyun saat mereka mulai berguling-guling di lantai

Pengikut Ji Yeon tidak perduli. Mereka malah ikut bersorak menyembangati Ji Yeon yang kini penampilannya tak berbentuk lagi.

Sejujurnya Luhan cukup malu terhadap Baekhyun. Bagaimana mungkin sahabatnya itu berkelahi dengan cara seperti itu? Apa lagi lawan tempurnya seorang yeoja. Itu benar-benar tidak sesuai.

"Baekhyun, Baek sudahlah. Baekhyun!" Luhan masih tetap berusaha walau beberapa kali wajahnya kena sasaran, ia tidak perduli. Yang terpenting sekarang adalah memisahkan mereka.

Ji Yeon mendorong Baekhyun hingga Luhan yang ada di belakangnya ikut terdorong dan jatuh tertidur di lantai dengan Baekhyun dan Ji Yeon di atas tubuhnya. Orang-orang kini menyoraki Ji Yeon yang terlihat perkasa di atas tubuh dua orang namja masih mengguncang-guncang kepala Baekhyun seraya mencakar wajahnya namun beberapa kali Baekhyun menghindar hingga Luhan yang ada di belakang jadi korban cakaran

Luhan tidak tau akan bagaimana lagi bentuk wajahnya jika saja Park dan Go seongsanim tak segera datang melerai mereka. Orang-orang berseru kecewa melihat Ji Yeon dan Baekhyun telah di pisah oleh Go dan Park seongsanim, sementara Luhan sibuk meringis seraya meniup poninya yang berantakan.

"kalian bertiga, ikut ke ruang BP" dan Luhan hanya bisa menghela napas frustasi melihat Kwon seongsanim yang entah datang dari mana menyuruh mereka ke ruangannya.

.

.

.

Ji Yeon keluar lebih dulu dari ruang BP dengan penampilan layaknya habis diamuk induk ayam yang kehilangan itiknya sebelum di susul oleh Luhan dan Baekhyun yang tak kalah berantakan.

Belum lagi, Sehun tepat ada di depan ruang BP saat mereka keluar membuat Ji Yeon panic seketika dan lari terbirit-birit tak mau Sehun melihat penampilannya yang seperti itu.

Sementara Luhan? Ia malah merasa beruntung dan tersenyum-senyum kearah Sehun yang menatapnya aneh. Melihat Sehun di sana, Luhan merasa perih di wajahnya akibat cakaran Ji Yeon hilang seketika hingga pemuda itu memilih menetap di sana mengabaikan Baekhyun yang pergi menuju UKS lebih dulu.

"kau lagi?" Luhan memulatkan kedua matanya tidak percaya.

"k-kau? Mengingatku?" Luhan menujuk dirinya sendiri sementara Sehun terus memasang raut tanpa ekspresi

"apa kau akan terus berdiri di situ?" bukannya menjawab, Sehun balik bertanya membuat Luhan sadar di mana tempat ia berdiri dan sedikit bergeser memberi jalan masuk untuk Sehun.

Pintu terkunci dan Luhan bersorak mengepalkan tangan ke udara membuat orang-orang menatap aneh kearahnya, namun Luhan tidak perduli karna hari ini ia bicara dengan Sehun dua kali. Belum lagi pemuda yang ia idam-idamkan itu mengingatnya walau ia tau Sehun mengingatnya karna surat memalukan itu

Tapi tak apa, setidaknya berkat surat itu ia bisa menampakan wajahnya di hadapan Sehun. Ia lalu berbalik menatap pintu ruang BP hendak melangkah pergi, namun ia ingat kalau siswa yang masuk ruang BP hanyalah siswa-siswi bermasalah. Lalu, apa yang membuat Sehun masuk kesana? Apa pemuda itu mendapat masalah?

Luhanpun mulai mengira-ngira. Seingatnya Sehun bukanlah siswa yang bermasalah. Walau sering membolos dan tidur di dalam kelas. Para guru pasti tidak masalah karna tanpa belajarpun Sehun sudah bisa memahami semua materi lebih banyak dari guru itu sendiri.

Ia yakin tak ada satu hal pun tentang Oh Sehun yang luput darinya. Yeah~ kau bisa menyebut Luhan seorang penguntit karna itu kenyataan. Luhan tak akan mengelak. Ia sangat menyukai Oh Sehun hingga pemuda itu mencaritau semua hal tentang Sehun.

Obsesinya terhadap Sehun sudah sangat berlebihan. Luhan belum pernah bertemu orang seperti Sehun hingga ia mengidam-idamkan pemuda itu. Sebenarnya itu hanya nilai plus selain gejala aneh yang menderanya saat ia berhadapan dengan pemuda itu. Yeah~ gejala yang menurut Baekhyun adalah cinta.

Luhan tidak perduli jika orang-orang menganggapnya menjijikan karna ia seorang gay. Namun, setidaknya ia gay hanya untuk Oh Sehun. Tidak dengan yang lain. Luhan merasa normal karna yang merubahnya adalah Oh Sehun. Memang siapa yang tidak mau Oh Sehun?

Seorang yang di juluki Prince High School di sekolahnya bahkan di seluruh sekolah yang ada di Korea karna sosoknya yang hampir sempurna sebagai manusia. Luhan bahkan sering mengalami masturbasi tiap bangun tidur karna memimpikan hal kotor tentang Oh Sehun. Ia benar-benar sudah kecanduan pemuda berkulit putih pucat itu. Luhan sangat suka Oh Sehun

.

.

.

.

.

To Be Countinue~

.

.

.

Ell Note :

Anyeong! Udah Ell kasih tau sebelumnya kan? Ini bisa di bilang Difficult Of String part II. Cuma, dengan versi yang beda pula.

Berhubung banyak yang minta sequel. Jadi, Ell pikir usulan salah satu readers buat bikin part aja ketimbang bikin yang sad ending. Kan D.O.S berakhir bahagia. Jadi, sampai di situ aja udah cukup. Eerr…. Soal A/N Ell di D.O.S jangan di tanggepin serius yah, Ell juga gak tau kenapa ngomong kayak gitu. Mungkin terlalu senang Ell bisa interaksi dan dapartrespon dari banyak orang. Jadi Ell lupa diri dan jadi OOC gitu. Jujur, Ell mau muntah pas baca lagi. udahlah jangan ngebahas hal memalukan

Oyah, Ell udah ngasih tau kan kalau Prince high school yang sebelumnya tuh remake dari sebuah novel yang pernah Ell pinjem dari perpustakaan sekolah. Cuma, pas mau minjem lagi, novelnya udah gak ada. Jadi, gak cerita itu gak lanjut. Ell gak baca sampe habis, Cuma sampe yang di jeju itu.

Bukan maksud plagiat. Jujur Prince High School yang sebelumnya debut Ell yang waktu itu belum tau apa-apa soal istilah-istilah dalam dunia fanfiction. Jadi, remake bilangnya inspirasi. Ell belum tau bikin cerita sendiri kayak author-author yang pernah Ell baca FF nya di zaman dulu. Ell Cuma tau bikin cerita-cerita kekanakan dengan gambar. Biasa, kebiasaan nyoret-nyoret buku. Jadi, Ell nyoba-nyoba publish cerita orang lain. yah pokoknya gitu deh. Ell males jelasin, baca yang udah ada ajalah. Ell juga gak bikin new strory dan nyambung ke prince high school sebelumnya karna pertahanin tanggal debut Ell di FFN.

Yaudah, terimakasih buat yang udah bersedia meluangkan waktu baca FF ini. sayonara~