I know what you did last night
Sumarry: Tsuna tidak tahu, bahwa rencananya membawa teman-temannya liburan berujung petaka. Mansion ditengah hutan, orang-orang yang rupawan dan segala kegelapan dibalik semua keindahan.
Pairing: All x G, 69, Dae, 100, B, 00, Lal. Mungkin sedikit selingan D18
Disclaimer: KHR milik amano akira. Giotto milik saya #direbus sama fangirlsnya Giotto#
Rating: M, untuk adegan berdarah, bacok-bacokan, penyiksaan, dan adegan thrilling lainnya.
Warning: mutlak OOC, abal, alay, gaje, tidak akan lulus sensor karena terlalu sadis, penuh adegan anarkisme, chara death, kanibalisme, dan hal-hal mengerikan lainnya yang mungkin dapat mendatangkan mimpi buruk. Nggak kuat silakan di back, dont like dont read
Giotto: a..author san...*jawdrop* serius ini bikin beginian?
Author: iya dooong ^^
Giotto: kemana selera humor anda yang dewa itu?
Author: *ngefly sesaat* belom ngestok. Oiya, mana si extreme?
Ryohei: osh! Saya hadir secara extreme, author san!
Author: bagus. Kali ini kamu masuk!
Ryohei: EXTREEEMEEE! ALHAMDULILLAH! MAKASIH AUTHOR SAN!
Giotto: terus aku gimana? Kameramen aja ya ya ya ya? *puppy eyes*
Author: masuk tekape. Kagak pake bacot!
Giotto: nggeh ndoro.
.
.
.
.
.
Ini sudah memasuki awal musim panas. Sebentar lagi adalah hal-hal yang paling dinanti oleh anak-anak di namimori-chuu: liburan musim panas. Kebanyakan anak-anak itu sudah merencanakan liburan mereka sejak jauh-jauh hari. Ada yang kepantai, camping di gunung, pergi ke kota sebelah. Termasuk juga Tsuna dkk.
"fuaaaaaaah! Panaaaaassss!" keluh Tsuna sambil menarik-narik baju seragamnya yang mulai basah kena keringat. Seperti biasa dia, gokudera dan yamamoto sedang menikmati bekal makan siang mereka diatap sekolah.
"a...anda kepanasan, jyuudaime? Sini, biar aku kipasi." Gokudera mengibaskan kipas kertas didekat tengkuk Tsuna dengan sabar, demi bossnya tersayang.
"e..eh? tidak usah, gokudera-kun! Aku tidak minta dikipasi." Tolak Tsuna dengan lembut.
"anda mau apa? Jus dingin? Semangka? Payung? Atau mau pindah keruangan AC? Apapun, asalkan jyuudaime bisa menikmati musim panas tahun ini!"
"oiya, bicara soal musim panas..." Tsuna menggaruk pipinya. "aku mau ajak kalian liburan."
"wah, libur ya." Yamamoto yang dari tadi diam sajapun akhirnya bersuara. "enaknya kemana nih?"
"euh, entahlah. Kalau ke pantai pasti penuh orang." Tsuna mengangkat bahu.
"ahaha, kalau begitu kita camping saja. Kau mau, Tsuna?" tawar Yamamoto.
Mendengar kata camping dan gunung wajah Tsuna mendadak horror "hi…hie? Nggak, pokoknya nggaaaak! Gimana nanti kalau ada beruang?"
"lagipula kan agak juga kalau harus buat tenda. Dasar yakyuu baka! Nanti kalau jyuudaime tidak bisa tidur bagaimana?" ketus gokudera.
"sudahlah, gokudera-kun." Lerai Tsuna. "tidak perlu sampai seperti itu."
Yamamoto mengangkat bahu "kalau tidak ingin buat tenda sih sewa villa saja. masalah selesai."
"villa?" baik gokudera maupun Tsuna mengulang kata terakhir yang diucapkan yamamoto.
"kedengarannya bagus." Tsuna mengangguk setuju.
"villa jaman sekarang biasanya sudah ada pengurusnya dan kita bakal dikasih makan. Jadi itu salah satu alternative paling murah sih." gokudera menimpali. "idemu bagus, yakyuu baka. Tumben sekali, kepalamu habis kejatuhan apa?"
Yamamoto tertawa. "entahlah."
.
.
.
.
.
.
.
.
Sampai dirumah Tsuna langsung menyalakan komputer dan modemnya. Suara lambo dan I-pin yang sedang nonton tv terdengar dari atas. Fuuta dan mama nana sedang belanja untuk makan malam. Reborn tidak kelihatan, sepertinya sedang keluar. Tsuna membuka salah satu search engine dan memakai keyword 'penyewaan villa di namimori' sebagai keywordnya. Ia membrowse mana villa yang fasilitas dan pelayanannya bagus, namun harganya cukup bersahabat untuk pelajar sepertinya. Pada halaman belasan di search engine tersebut, Tsuna menemukan apa yang ia cari.
"Villa Dedalu Merah?"
Tsuna melompat dari kursinya saat seseorang menyebutkan judul dari webpage itu.
"hiiiieeee!" jeritnya. Kemudian ia menoleh. "re..Reborn!"
"ciaossu." Reborn melompat dan duduk dikasur Tsuna. "untuk apa kau browsing tentang penyewaan villa?"
"e..etto. aku mau liburan keluar bersama teman-temanku. Yamamoto mengusulkan ke villa saja. ha..habisnya yang namanya pantai atau wisata alam lainnya pasti penuh dan harganya tidak kira-kira." Ucap Tsuna sambil duduk kembali ke kursi dan melanjutkan acara browsingnya.
"villa, ya?"
Villa Dedalu Merah berada ditengah daerah konservasi hutan lindung yang ada dipinggiran namimori. Bangunannya besar dan elegan, bergaya gothic seperti istana atau katedral didaerah eropa sana. Memiliki kerjasama dengan beberapa ranch market untuk menyuplai makanan. Bangunan bertingkat tiga dengan 30 kamar tidur dilengkapi dengan kamar mandi dimasing-masing kamar. Perpustakaan, rumah kaca, sirkulasi udara dan ventilasi yang bagus sehingga tidak diperlukan pendingin ruangan, dan fasilitas lainnya yang tak kalah keren dengan hotel bintang lima. Pengelola villa itu ada empat orang, dan dari foto-foto yang dipajang di web-nya mereka masih terlihat sangat muda.
Dan harganya tidak seperti yang Tsuna bayangkan. Tidak, bahkan terlalu murah untuk segala fasilitas yang ditawarkan.
"hey, hey, Reborn! Villa ini kayaknya bagus. Aku boleh kesana, ya?" pinta Tsuna setengah memelas.
"kau mau liburan ke villa, ke gunung, bahkan ke neraka sekalipun aku tidak peduli." Balas Reborn acuh.
Setelah menemukan contact person-nya, Tsuna melompat dari kursinya dan berjalan menuju ruang tengah untuk meminta informasi lebih lanjut via telepon.
Reborn melirik acuh ke layar komputer dan berjalan mendekat. Ia membaca web itu dan memperhatikan muka-muka para pengelola dan segala fasilitas yang ditampilkan di halaman tersebut.
"Villa Dedalu Merah, ya?" lalu Reborn men-scroll down halaman itu. ia terdiam sejenak ketika melihat salah seorang diantara pengelola tersebut yang tersenyum bahagia di foto tersebut.
"kalau tidak salah…..dia ini…."
.
.
.
.
.
"Villa Dedalu Merah, dengan Giotto del Vongola." Suara lembut seorang lelaki menyambut telepon Tsuna.
"ah, halo. Euh, Giotto-san. Aku…euh, aku tampaknya tertarik untuk menghabiskan liburanku di Villa Dedalu Merah." ucap Tsuna gugup.
"wah, dengan senang hati. Untuk berapa orang?"
Tsuna tertawa canggung "be..begini. aku belum mau pesan kamar. Baru sekedar cari informasi lanjut saja. Ahaha…"
"tidak masalah. Silakan jika ada yang mau anda tanyakan. Untuk promo special musim panas, anda akan mendapat diskon 50% jika anda memesan tujuh kamar pada tanggal 20 hingga 25 Juli."
"eh? Cuma sampai tanggal 25?"
"benar. Tanggal 25 Juli jam 12 siang."
"errr…..baiklah. kalau sudah pasti aku akan telpon lagi."
"silakan. Kami menunggu."
"terima kasih."
"sama-sama. selamat siang."
.
.
.
.
.
.
.
Hari berikutnya Tsuna menghubungi semua teman-temannya tentang informasi yang didapatnya dari Villa Dedalu Merah. Gokudera dan Yamamoto sudah positif ikut. Kyoko dan Ryohei belum bicara dengan orangtua mereka. melalui tetsuya kusakabe, Hibari (yang anehnya) mau ikut dan Dino yang mengusahakan bisa datang ke namimori setelah mengebut semua pekerjaannya di italia. Setelah mengumpulkan uang, Tsuna menelpon villa itu beberapa hari kemudian dan memesan kamar untuk tujuh orang selama lima hari.
"kau yakin ingin liburan ditempat itu, dame Tsuna?" tanya Reborn saat Tsuna hendak pergi tidur.
"hm. Aku sudah mengumpulkan uang. Lagipula kan jarang-jarang dapat villa bagus dengan harga begitu. mereka juga menyediakan transportasi tanpa dipungut biaya tambahan." Jelas Tsuna sambil berguling kekasur.
Reborn menatap Tsuna dengan pandangan gelap.
"tempatnya ditengah hutan." Ucap Reborn datar.
"iyaaa, aku tahu. tidak mungkin beruang masuk rumah." jawab Tsuna malas.
"kau yakin sinyal ponselmu terjangkau kesana?"
"aku tidak tahuuu. Disana kan ada telpon. kau bisa menelpon kesana kalau khawatir denganku."
"karena pengelola tempat itu…."
Namun Reborn sudah mendengar Tsuna mendengkur.
"adalah seorang pembunuh."
.
.
.
.
.
Tepat tanggal 20, semua orang sudah berkumpul didepan rumah keluarga sawada. Gokudera sudah datang sejak subuh, yamamoto bersama kyoko dan ryohei datang bersamaan karena kebetulan berpapasan dijalan. Sekitar pukul 10 sebuah mobil besar datang menjemput mereka. kaca mobil diturunkan, dan terlihatlah lelaki berambut putih dengan face painting ditulang pipi sebelah kiri bersama seorang anak lelaki berambut merah yang auranya amat muram.
"halo semuanya, sudah siap?" tanya sang supir—lelaki berambut putih. "aku Byakuran, dan ini Enma. Kami datang menjemput kalian. Maafkan keterlambatan kami, ada sedikit gangguan teknis."
"e..etto. Dino-san dan Hibari-san bagaimana?" Tsuna mendekati sang supir. "mereka belum datang."
"Signore Cavallone dijemput di bandara sementara Hibari-san sudah mengontak kami minta dijemput terpisah di Namimori chuu." Jawab Byakuran.
"maafkan kami merepotkan kalian." Ucap Tsuna malu-malu.
"tidak masalah. Itu salah satu bentuk dedikasi kami pada tamu. Naiklah, lebih cepat lebih baik."
Gokudera, Yamamoto, Ryohei, Kyoko dan Tsuna menaikkan barang-barang mereka ke bagasi dan masuk kedalam mobil. Suasana gaduh sudah pasti terdengar didalam mobil. Kyoko dan Byakuran bernyanyi 'disini senang' dengan ceria. Sementara anak lelaki berambut merah yang bernama Enma itu hanya diam, menunduk menatap lututnya sambil memainkan jemarinya yang kurus. Ia melirik spion dan menatap mata Tsuna dari situ dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Ia seperti ingin diajak bicara. Hyper intuition Tsuna bekerja dan ia mencolek pundak Enma.
"hai, Enma. Nanti setelah sampai kita main sama-sama, ya!"
Namun anak itu hanya diam. Kali ini pandangan matanya lewat spion berubah lagi. disana terpancar pandangan mengiba sekaligus ketakutan. Tsuna terdiam sesaat, berusaha mengartikan apa yang hendak dia sampaikan.
"Enma! Katakanlah sesuatu. Tunjukkan sopan santunmu pada tamu-tamu kita." Tegur Byakuran sambil mendelik kecil padanya.
Enma tersentak, memandang wajah Byakuran dengan raut muka ketakutan. Ia mengulum senyumnya dan menoleh pada Tsuna.
"iya." ucapnya lembut.
Sampai di Villa Dedalu Merah, mereka semua terpana sekilas melihat indahnya bangunan dari batu itu. bentuknya seperti istana-istana dinegeri dongeng, dengan nuansa gothic yang misterius. Dihalaman villa ini ada padang rumput luas yang bunga-bungaannya ditata dengan sempurna. Ada nuansa hening yang menenangkan disini.
Ini surga.
Dua mobil lainnya ada dihalaman. Mungkin mobil itulah yang menjemput Dino dan Hibari.
"ayo masuk! Sepertinya dua tamu kita sudah sampai duluan. Tinggalkan saja barang-barang kalian, nanti kami yang akan bereskan. Kalian lapar? Sebentar lagi jam makan siang. silakan bersantai dulu." ucap Byakuran dengan tutur khas seorang tourguide. Ia menuntun kelima orang tamu itu menuju ruang tengah dan mempersilakan mereka bersantai disana. Ruangan bernuansa putih gading dan merah marun itu luas dan indah. Ada sebuah piano besar, rak kaca berisi cokelat yang bisa dinikmati, perapian, sofa-sofa besar yang nyaman dan empuk, serta pajangan-pajangan lain yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Selang lima belas menit seorang pria dengan mata bicolor dan rambut aneh berjambul nanas datang membawa sebuah kereta dorong berisi teko dan gelas-gelas cantik. Ia membungkuk hormat pada semua tamu villa itu.
"selamat siang, nama saya Rokudo Mukuro. Saya adalah butler villa ini. makan siang sudah siap dan saya bertugas mengantarkan anda semua ke ruang makan. Kufufufu…."
Butler aneh berjambul nanas itu berjalan didepan mereka. Tsuna menoleh kearah dinding dan menemukan banyak lukisan. Aneh, lukisan yang dipajang itu semuanya potret diri orang yang sama. seorang lelaki pirang tinggi dengan ketampanan yang sangat tidak wajar. Lukisan itu sangat rapi dan indah, pencampuran warna dan penggambaran bentuk yang sempurna, berkesan sangat hidup.
"lukisan yang bagus." Ucap Tsuna asal saja.
"kufufu, terima kasih. Itu lukisan Tuan Spade." Jawab Butler Mukuro.
"paling-paling buatan pelukis professional." Cibir gokudera. "aku tidak pernah dengar ada pelukis bernama Spade."
"sudah saya duga anda akan berkata begitu. Tuan Spade memang bukan seorang pelukis. Dia salah satu pemilik villa ini. Anda sekalian juga bisa bertemu dengan beliau nanti."
Mereka berjalan cukup lama dan akhirnya sampai pada sebuah pintu besar berwarna hitam. Butler Mukuro membukanya dan terlihatlah ruang makan paling aneh yang pernah mereka semua lihat. Mejanya ditata berbentuk huruf U. ruangan ini memiliki sedikit perabotan, namun sangat luas, seperti hallroom dansa yang disulap menjadi ruang makan dadakan. Warna emas dan hitam mendominasi. Meja dan kursinya diukir unik, dan nampaknya terlalu besar untuk diduduki manusia dewasa. Butler Mukuro menuntun dan membantu mereka semua duduk dikursi masing-masing dan menuangkan air putih disetiap water goblet kaca berwarna merah yang bentuknya aneh.
Tsuna terkejut bukan main saat melihat beberapa bangku kosong diruang makan ini diisi oleh tiga orang pria dewasa, seorang perempuan dan dua orang remaja pria. Maksudnya, mereka tadi tidak ada disana, dan sekarang mereka duduk manis disana. Menunggu hidangan yang sebentar lagi akan disajikan. Apa tadi Tsuna sedang melamun atau apa? Tidak, tidak! Buktinya gokudera dan yang lainnya sama terkejutnya. Tiga pria dewasa itu memberikan senyum ramah, dan diantara mereka ada Byakuran dan Enma.
"selamat datang, di Villa Dedalu Merah ini." sambut lelaki pirang yang duduk diantara Yamamoto dan Dino. Laki-laki itu tampan. Rambutnya pirang cerah dan kulitnya pucat. Matanya yang berwarna biru gelap menatap semua tamu-tamunya dengan pandangan bersahabat. Lelaki itu yang ada di lukisan, batin Tsuna.
"nampaknya kami sedikit mengagetkan kalian, ya? tapi itulah yang selalu dirindukan di villa kami. yah, mungkin beberapa ada yang menganggapnya tidak lucu." Byakuran menimpali. "dan, disini kami akan memperkenalkan diri sebagai pengelola villa ini. seperti yang sudah kukatakan tadi pagi. Aku, Byakuran Gesso, dan yang berambut merah itu, Kozato Enma."
Enma melambai ragu-ragu.
"dan ini, Daemon Spade."
Yang bernama Daemon Spade adalah lelaki tinggi berambut biru kehijauan dengan gaya yang tidak kalah aneh dengan Butler Mukuro. Lelaki itu tidak bicara apapun, ia cuma mengangguk hormat dengan senyum yang…mesum.
"dan yang pirang…."
Si pria berkulit pucat dan remaja pria yang wajahnya tertutup rambut sama-sama menoleh. Byakuran tertawa hambar dan terpaksa memperkenalkan mereka berdua.
"Giotto del Vongola dan Belphegor del Varia."
Giotto kembali merekahkan senyumnya sementara Belphegor cuma tertawa mendesis, lebih kepada dirinya sendiri.
"dan yang paling cantik diantara kami, Lal Mirch."
Perempuan diujung sana tidak merubah ekspresi ketus diwajahnya. Ia memainkan pisau steak dengan wajah kesal. Merasa sambutannya gagal, Byakuran mengulum senyum dan memanggil butler Mukuro agar menghidangkan makanan pembuka.
Si butler berambut gaya nanas itu datang membawa troli berisi beberapa piring makanan pembuka dan dua panci kecil berisi sup. Setelah menghidangkan semua makanan itu, si butler nanas menjelaskan semua hidangannya.
"untuk makanan pembuka, ada russian salad, huzaren sla, garlic butter prawn, dan untuk supnya ada goulash dan sup krim jamur."
Mata mereka semua sudah berbinar bahagia melihat hidangan pembukanya. Semuanya makan dengan halap, termasuk si extreme itu. Euh...kalau saja Butler Mukuro tidak menarik piring kosongnya cepat-cepat mungkin itu juga akan dimakan sama Ryohei.
Lalu si butler nanas biru itu datang lagi bersama troli makanan. Saat hidangan utama datang, Tsuna menyadari satu hal
"Hibari-san mana?"
Sontak semua orang menoleh.
"Hibari Kyouya makan diruang terpisah yang sudah disiapkan oleh Tuan Besar Giotto tadi." Jawab Butler Mukuro sambil menghidangkan makanan utama.
"makanan utamanya adalah tenderloin steak, pumpkin rissoto, grilled dory fish with white sauce, beef stew with apple and potato, dan buffalo wings."
Sekali lagi, Tsuna dkk makan seperti orang kesetanan. Bagaimana tidak, Butler Mukuro menghidangkan masakan luar biasa mewah dan enak—yang bahkan namanya saja mereka belum pernah dengar.
Namun sebelum makanan penutupnya datang, Giotto dan Belphegor pamit duluan.
"Maaf, kami selesai." Ucap Giotto dengan tatapan minta maaf kepada seluruh tamunya.
"eh? Kan belum selesai?" tanya Tsuna polos.
"nufufu, Giotto-chan tidak suka makanan manis, Tsunayoshi-kun." Jawab DaemonSpade, yang senyum mesumnya membuat steak-nya jadi tidak enak lagi.
"Bel-san juga?" tanya Tsuna menoleh ke pemuda berambut pirang yang satu lagi.
"ushishishishi...aku kenyang. Mukupon, bawakan dessert-nya dua jam lagi ke kamar."
"baik, Bel-sama." Kata Butler Mukuro.
.
.
.
.
.
.
.
Hibari membuka matanya. Gelap. Ia tidak melihat apapun. Udaranya lembab dan pengap. Bau busuk bercampur bau karat dan tembaga menusuk hidung Hibari sampai dia mau muntah. Lengannya tidak bisa digerakkan bebas dan ia merasa mulutnya disumpal.
Brengsek.
Hibari mencoba mengingat apa yang terjadi beberapa jam terakhir.
[FLASHBACK]
"jadi ini, villa yang dimaksud herbivore itu?"
Hibari menatap villa itu dengan wajah bosan. Dibelakang, tetsuya mengangkati barang-barangnya. Didepan pintu seorang laki-laki berambut gaya semangka menyeringai mesum melihatnya masuk.
"aku tamu yang datang bersama Tsunayoshi." Jawab Hibari, mengucapkan nama Tsuna dengan enggan, sekedar untuk meyakinkan.
"nufufufu...jadi Anda Hibari Kyouya?"
"ya."
"kebetulan sekali. Aku sedang menikmati teh. Akan sangat menyenangkan jika Anda ingin bergabung denganku."
"huh."
Karena cukup lapar, Hibari oke-oke saja. Ia menyantap beberapa kue dan minum tehnya meskipun kurang biasa dengan ngeteh gaya Inggris. Angin sepoi-sepoi dan suasana villa yang pewe abis membuat Hibari jadi...
Ngantuk.
"fuaaaaaaah!" Hibari menguap terang-terangan didepan Spade.
'nufufu, anda ngantuk, eh?"
"hm."
Spade bangkit dari kursinya. "mari...saya antar kekamar. Tetsuya-kun tidur ditempat terpisah."
Hibari ngantuk berat, namun sengantuk-ngantuknya dirinya, ia tidak pernah sampai seperti ini. Baru beberapa langkah, semuanya berubah jadi biru...
Kemudian gelap.
[end of flashback]
Ketika mata Hibari sudah terbiasa dengan kegelapan, ia menangkap seberkas cahaya keemasan yang mendekat.
Cahaya obor.
Obor itu dibawa oleh dua orang laki-laki pirang. Yang satu mukanya tidak kelihatan, ketutupan rambut. Sementara yang satu lagi tampan, dan ia kelihatan sedikit gelisah.
Dan dengan cahaya itu, Hibari melihat banyak serakan mayat dihadapannya. Ada yang baru, setengah busuk, sudah busuk atau bahkan tinggal tulang. Semuanya tidak utuh, hanya berbentuk potongan-potongan. Si laki-laki tampan itu kelihatan tegang.
"ushishi, dia kelihatan manis sekali ya, Giotto?" kata Belphegor sambil mendekat. Ia mengangkat dagu Hibari dengan ujung sepatunya.
"euh...i...iya." Giotto mengangguk enggan. "dia manis."
Belphegor berjongkok didepan Hibari. Ia menelaah wajahnya dan menatap Giotto.
"ushishi, kau mau apanya?" Belphegor mendesis.
"eh? Apa?" Giotto pura-pura tolol.
"kuanggap itu apa saja boleh, Giotto."
Giotto berdiri tidak nyaman. "euh, baiklah. Terserah kau, Bel."
Merasa kesal dengan sikap Giotto, Belphegor menyingkirkan Hibari dengan kasar dan mendongak menatap Giotto yang notabene lebih tinggi darinya. Diantara jemarinya yang lentik terselip dua buah pisau tipis yang bilahnya tajam, mengilap kena cahaya obor.
"jangan kira karena kau 'milik' Spade, kau bisa bersikap sok imut begitu." Katanya, mendesis.
"astaga, Bel! Cepat selesaikan saja." Giotto menjauhkan mukanya dari pisau itu, dan menatap Hibari dengan tatapan memohon.
"heh, tetap saja. Aku masih jauh lebih kuat dibandingkan kau. Jika kau berani macam-macam disini, aku bersumpah akan membuatmu membusuk disini bersama bocah itu. Kau mau?"
Giotto mereguk ludah. Cukup konyol melihat Giotto yang sebesar dan setinggi itu takut dengan Belphegor yang bahkan tingginya hanya mencapai dagunya. "tidak, Bel. Lakukan apa maumu. Aku oke, kok."
Bel menyeringai puas. Ia menurunkan pisaunya dari wajah Giotto. "anak baik."
Belphegor berjinjit dan mendaratkan ciuman dibibir Giotto dengan kasar dan penuh pemaksaan. Setelah itu, ia mendekati Hibari, menjambak rambutnya. Hibari menggelinjang, ia berusaha berontak namun simpul tambang itu mengingatnya kuat-kuat. Dan dengan tawa nyinyir yang membelah kegelapan Belphegor mengarahkan pisaunya ke mata sipit Hibari dan mencungkil salah satu bola mata kelabunya yang indah. Refleks, Giotto memalingkan mukanya ketika mendengar jeritan tertahan Hibari.
Sebuah bola mata dengan iris kelabu tercungkil dari rongganya. Dan berada di tangan Bel. Tanpa ragu, Belphegor mengunyah bola mata Hibari dengan lahap dan menjilati darah yang berlumuran di jari-jarinya. Kemudian, setelah mengelap tangannya Bel mengiris secubit daging lengan Hibari. Lagi-lagi ia menjerit tertahan. Secuil daging lengan itu dibawanya ke hadapan Giotto.
"nih!" katanya cuek.
Giotto menggeleng enggan. Kulitnya memang pucat, tetapi wajahnya jauh lebih pucat. Hilang kesabaran, Bel mencengkram kuat leher Giotto sampai ada wajahnya memerah. Ia memasukkan kelima jarinya kedalam mulut Giotto dan menjejalkan secuil daging lengan Hibari ke kerongkongannya. Pupil Giotto mengecil, dan ia berusaha keras mengeluarkan jari-jari Bel dari dalam mulutnya.
"kurang enak? Lain kali tidak usah basa-basi." Kata Bel sambil menaruh salah satu lengan Giotto diantara bahunya, dan memapahnya keluar. Cahaya obor perlahan meredup saat pintu yang jauh, entah ada dimana—menutup pelan-pelan.
.
.
.
.
.
.
Giotto: *muntah tiga ember*
Author: gimana, guys?
Spade, Mukuro, Bel, Byakuran: W-O-W! Keren buangheeeet...
Hibari: kemaren dikasih J.C*. sekarang gue dipotong-potong.
Tsuna dkk: MAKAAAAAN
Author: mukkun, besok makanannya jgn yg mahal2, tekor ini ane.
Mukuro: emang kapan ngasih uang belanjanya? *sweatdrop*
Giotto: author-san...*HUEEEEEK* ane protes...
Author: IYE, IYE! GUE TAU LO CHARA PALING GANTENG DISINI, TAPI BISA NGGAK SEEEH LO KAGAK PROTES SAMA PERAN LO! TAU DIRI DONG, TAU DIRIIIIII!
Giotto: uhm...nggak jadi deh *ngacir, mau muntah lagi*
Oiya, Tsuna's day out bakal dilanjutin lagi abis ini, ya! Bagi yg nunggu, fajri minta maaf soalnya udh masuk SMA, dan LAGI MAU UTS...
Giotto: mampus.
Author: BACOOOOOTTT! *lempar pake laptop*
Giotto: itai, author-san.
Maaf ya, pendek banget! Ini sengaja, biar chapternya banyak dan bikin penasaran.
Dan gimana isi dari dark fanfic ini? Aneh, sadis, jijay, abal, alay?
REVIEW CEPETAN! *maksa*
