Title: Natural – Our Destiny

Genre: Romance.

Rate: T

Length: Twoshot (1 of 2)

Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong, Shim (Jung) Changmin, Kim Junsu, Park Yoochun, and other.

Disclaimer: Saya cuma pinjam nama. Yunho milik Jaejoong dan Jaejoong milik Yunho. Plot is mine.

Pairing: Of course Yunjae.

Warning: AU. OOC. BL. Typo. Tidak sesuai EYD.

Note: Italic = flashback

.

[Natural – Our Destiny]

.

Di sebuah taman di kota New York pada suatu sore, seorang anak berumur 10 tahun bernama Yunho sedang mendribel bola dan memasukkannya ke ring, olahraga favoritnya, basket. Setelah dirasa cukup dan nafasnya mulai beradu, Yunho mengistirahatkan dirinya dengan berbaring pada kursi taman yang panjang. Ia pejamkan matanya kemudian tak berapa lama ia tertidur karena rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya.

"Gom se mari ga.. Han chib-e isseo… Appa gom… Eomma gom… Joongie gom…"

Samar-samar terdengar seseorang menyenandungkan lagu.

'Apa aku sedang bermimpi?' batin Yunho masih dengan mata terpejam.

"Appa gomeun ttung ttung hae… Eomma gomeun neul ssin-hae…"

Penasaran dengan pemilik suara merdu itu, cepat-cepat ia bangun lalu menghampiri asal suara. Hingga tak berapa lama ia berjalan, telah sampailah ia di bawah pohon yang besar dimana tak jauh darinya ada anak yang ia yakini seumuran dengannya yang merupakan asal suara indah yang menyenandungkan lagu anak-anak itu. Tanpa sadar, bola basket di genggamannya terlepas dan menggelinding ke arah anak tersebut.

Anak yang sedang bermain ayunan itu sedikit terkejut ada bola yang datang ke arahnya, dengan wajah bingung yang sangat lucu ia bergumam sambil memungut bola itu, "Ung?" lalu pandangannya ia arahkan ke sekeliling dan retina matanya menangkap sosok anak yang tak jauh darinya.

Yunho menunjuk bola di genggaman anak itu, "Bolaku."

Jaejoong, anak yang sedang menggenggam bola itu tersenyum lebar, ia senang karena anak yang berdiri tak jauh darinya berbicara bahasa Korea dan itu artinya sebentar lagi (mungkin) ia akan punya teman, "Kutendang, ne?" ujarnya dengan suara keras.

Yunho menangkap bola basketnya yang ditendang Jaejoong lalu berseru, "Kau salah, cara memainkan bola ini bukan ditendang."

Jaejoong menghampiri Yunho agar mereka tak usah berteriak-teriak ketika mengobrol.

"Lalu bagaimana?" Tanya Jaejoong dengan matanya berkedip lucu.

Refleks, Yunho mengusap-usap puncak kepala Jaejoong, "Lihat, ne?" kemudian ia berlari menuju lapangan basket di taman itu lalu melakukan slam dunk yang cukup keren untuk anak berumur 10 tahun.

Namun sialnya Yunho hari ini, bola basket yang baru saja dimasukkannya ke ring memantul lalu mengenai kepalanya. Anak itu pun jatuh terbaring.

Jaejoong segera menghampiri Yunho, "Gwaenchanayo?"

"Appo.." ringis Yunho sambil mengusap-usap bagian kebalanya yang terkena bola.

"What did you do to my son?!" bentak seorang yeoja paruh baya yang baru saja datang dan langsung menarik Yunho ke dalam pelukannya.

Jaejoong yang memang takut dengan orang asing apalagi dibentak seperti itu segera lari meninggalkan Yunho dan yeoja paruh baya itu dengan muka merah dan air mata yang sudah mengalir deras.

Walau samar, Yunho melihat bulir air mata itu dan seketika rasa bersalah menyerangnya.

"Eomma, dia tidak berbuat jahat padaku. Aku terjatuh karena terkena bolaku sendiri."

.

~yunjae~

.

"Joongie, makanlah. Ini kan ayam goreng kesukaanmu."

"Shireoo.. Joongie mau es krim vanilla, Chunnie.."

"Tapi Joongie sedang sakit flu, tidak boleh makan es krim." Ujar seorang namja yang dipanggil 'Chunnie' itu tak mau kalah. "Kalau Joongie tak mau makan, tidak akan cepat sembuh dan akan lebih lama lagi boleh makan es krimnya." Lanjutnya.

"Biar saja.. Joongie sebal sama Chunnie. Joongie tidak akan bicara lagi sama Chunnie."

Yoochun, namja tampan yang memiliki jidat cukup luas itu kini sedang di taman yang terletak di belakang sebuah gedung dimana tak banyak orang disana. Ia sedang bersama sepupunya yang memang memiliki retardasi mental (keterbelakangan mental). Sengaja ia izin pulang kerja lebih cepat karena sepupunya ini bilang ingin makan di restoran cepat saji yang menu andalannya adalah ayam goreng, namun akhirnya Jaejoong, sepupunya lebih memilih take away dan makan di belakang gedung. Wajar sih, Jaejoong memang tidak suka suasana ramai, tapi ayolah.. ia sudah menuruti semua keinginan sepupunya itu masa sekarang dia malah didiamkan seperti ini?

Yoochun akhirnya hanya duduk tanpa bicara, pasalnya sepupunya itu sangat keras kepala, cari mati bila masih mengajaknya bicara sekarang apalagi memaksanya makan. Ia pun memutuskan untuk memandangi segelintir orang-orang yang lewat di hadapannya sambil sesekali melirik ke arah sepupunya, 'Tak menarik.. tidak ada yeoja cantik yang lewat.' pikirnya.

BYUUR

BLETAK

KLONTANG

Dari atas, sebuah kaleng yang masih berisi kopi jatuh tepat mengenai jidat Yoochun dan isinya tumpah membasahi kepala dan sebagian tubuhnya.

Sontak orang-orang yang melihat Yoochun menertawakannya. Amarah namja berjidat luas itu sudah sampai di ubun-ubun dan hendak meledak, namun terhenti karena mendengar Jaejoong tertawa.

"Hahahaha.. Chunnie lucu." Ujar Jaejoong di sela tawanya sambil tangannya menyendok nasi dan ayam goreng yang sedari tadi didiamkan saja di meja.

'Syukurlah.' Batin Yoochun.

"Ya! Yang di bawah sana, jangan buang sampah sembarangan. Kaleng yang ada di dekat kakimu cepat dibuang…" perintah seseorang dari lantai 5 gedung yang ada di belakang Yoochun.

Yoochun yang kesal pada orang yang memerintah itu, yang sebenarnya adalah pelaku pembuangan itu mengambil kaleng yang ada di dekat kakinya lalu meremasnya. Kemudian dengan kaki yang menghentak, ia berjalan memasuki gedung menuju lantai 5, "Siaaaal.. orang itu. Awas saja." gerutunya.

"Ya!" seru Yoochun keras pada namja di hadapannya.

"Kau yang tadi. Sudah dibuang kalengnya? Tolong lain kali jangan buang sampah sembarangan, ne?" ujar namja yang ternyata berwajah imut itu-setidaknya itulah yang ada dalam benak Yoochun ketika pertama melihat wajah namja itu sebelum ia menuturkan perkataan yang menyebalkan baginya.

Mendengar itu membuat Yoochun tambah kesal, ia makin keras meremas kaleng di genggamannya lalu melemparnya ke arah namja yang seenaknya memerintahnya tadi.

"Ya! Kenapa dibuang disini? Kau benar-benar…" belum selesai Junsu, si namja imut itu bicara, sudah diinterupsi oleh Yoochun.

"Itu kaleng yang kau buang yang bahkan masih ada isinya dan tumpah semua membasahi kepalaku, tau." Geram Yoochun.

"Eh?" Junsu mengambil kaleng yang sudah tak berbentuk itu dan sedikit mengamatinya, "Benar. Ini kopiku. Pantas saja tadi tiba-tiba hilang, ternyata jatuh.", Ia lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat. Ia lalu menghampiri Yoochun dan mengulurkan tangannya, "Mianhae.." ucapnya.

'Sepertinya sedikit mengerjainya boleh juga.' pikir Yoochun.

Memang dasar Yoochun ini orang iseng.

"Shireo… minta maaf sambil bersujud di hadapanku."

"Mwo? Memangnya kau siapa sampai aku harus bersujud segala?"

"Kau kan memang salah.."

"Tapi kau keterlaluan. Mau cari ribut, eoh?", Junsu menyingsingkan lengan kemejanya, "Jangan kau pikir karena badanku kecil, aku tidak berani padamu."

"Ya ya ya.. hentikan."

Namja berjidat luas itu kewalahan menerima serangan bertubi-tubi dari Junsu.

Karena Junsu tak kunjung berhenti menyerangnya, Yoochun pun membalas. Tak mereka pedulikan tatapan orang-orang yang heran dengan kelakuan mereka yang bagaikan anak kecil itu.

.

~yunjae~

.

"Chunnie kenapa lama sekali..?" keluh Jaejoong.

"Haus.." gumam namja cantik itu kemudian melangkahkan kakinya mencari apa saja yang kira-kira bisa ia minum.

Lelah berkeliling karena tak menemukan apapun yang bisa diminum, apalagi ia tak memegang uang karena memang tak mengerti bagaimana cara menggunakannya, Jaejoong duduk di sebuah ayunan yang ada di sudut taman dan menyanyikan lagu favoritnya, "Gom se mari ga.. Han chib-e isseo… Appa gom… Eomma gom… Joongie gom… Appa gomeun ttung ttung hae… Eomma gomeun neul ssin-hae…"

Tiba-tiba seorang namja berpostur tinggi tegap memeluk Jaejoong hingga membuat namja cantik itu bingung dan sedikit takut, "Nu.. nugu? Ke.. kenapa Joongie dipeluk?"

Namun setelah itu Jaejoong merasa sedikit hangat, karena itu hanya ada setitik air mata di kedua sudut doe eyesnya. Biasanya ia akan menangis keras bila ada orang asing yang baginya menakutkan.

"Appa.." panggil seorang bocah berusia 8 tahun pada namja berpostur tinggi tegap itu.

Tak dapat respon, bocah itu mengulangi panggilannya dengan sedikit meninggikan nada suaranya, "Appaaaa…" sambil menarik-narik jas yang dikenakan oleh namja yang dipanggilnya 'appa' itu.

Terkejut, Jaejoong segera melepas pelukan antara dirinya dengan namja tegap tersebut lalu beralih pada bocah yang ada di belakangnya, "Ya! Itu appamu, eoh? Bilang padanya jangan peluk-peluk Joongie.. Joongie kan… ta.. takut.. dan malu…" ujarnya sambil menundukkan kepala dan menggaruk-garuknya walau tidak gatal.

"Pppfft… hihihi.. ajusshi lucu. Sudah besar tapi berbicara seperti dongsaeng Min." ucap bocah itu.

Walau tak mengerti maksud perkataan bocah itu, Jaejoong yang merasa mendapat teman malah ikut terkekeh.

"Ah ne, jangan panggil 'ajusshi', panggil 'Joongie' saja ne? Kau siapa?" Tanya Jaejoong sambil mengulurkan tangannya pada bocah itu.

"Changmin." Jawab bocah itu sambil menjabat tangan Jaejoong.

"Kalau begitu, Joongie panggil kau Minnie, ne?"

"Eh.. eumm boleh saja."

"Naah.. mulai sekarang Joongie dan Minnie bertemaan.."

Changmin membelalakkan matanya sedikit terkejut dengan sikap 'teman' barunya itu. Sejurus kemudian ia tertawa disusul oleh Jaejoong yang mengikutinya. Entah apa yang ditertawakan oleh dua orang beda usia yang baru saja bertemu dan menjadi akrab itu, tapi yang pasti keduanya sedang merasa sangat senang dengan alasan masing-masing.

"Hyung… Changmin…" ujar seorang namja imut yang baru saja datang menghampiri Yunho, si namja bertubuh tegap yang memeluk Jaejoong tadi.

"Yeah.. saat berbicara dengan namja yang sedang bersamanya sekarang itu, dia tertawa begitu saja." respon Yunho seakan menjawab kebingungan Junsu, si namja imut.

"Kenapa bisa?"

"Molla."

Yunho memperhatikan penampilan Junsu, sepupunya itu yang sedikit berantakan, "Kau.. apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau tambah jelek begitu?" tanyanya.

"Ukh.. ini karena seseorang berjidat lebar yang tadi cari ribut denganku."

"Chunnie…" seru Jaejoong tiba-tiba meninggalkan Changmin yang sedari tadi mengobrol-entah apa dengannya menuju sepupu yang memang ditunggu kedatangannya oleh si namja cantik itu.

"Itu dia orangnya, hyung." Tunjuk Junsu pada Yoochun yang baru datang.

Yoochun melihat ke arah orang yang menunjuknya, "Aaaah.. kau orang yang menyebalkan tadi."

"Ya! Enak saja.. kau yang menyebalkan." Marah Junsu sambil berjalan ke arah Yoochun lalu berkacak pinggang saat sampai di hadapan namja berjidat luas itu.

"Heh? Cari ribut lagi, eoh?"

"Siapa takut!"

"Ya! Kalian berdua.. tidak malu eoh dilihat oleh orang-orang?" ujar Yunho bermaksud melerai dua makhluk yang sudah tidak tau tempat atau tidak tau diri lebih tepatnya. Namun sepertinya tak berhasil karena mereka masih saling melemparkan deathglare kepada lawan masing-masing. Saat hendak mengeluarkan jurus, pergerakan Yoochun terinterupsi oleh suara Jaejoong, "Chunnie, Joongie haus.."

"Eh? Makanmu sudah habis, Joongie?"

"Uhm."

"Kalau begitu, kajja beli minum." Ajak Yoochun sambil menggandeng tangan Jaejoong.

"Beli es krim vanilla ne, Chunnie. Kajja Minnie ikut."

Jaejoong menggandeng tangan Changmin menarik bocah itu untuk mengikuti mereka pergi.

Mau tak mau, Yunho dan Junsu mengikuti Jaechunmin.

.

~yunjae~

.

"Kenapa kau mengikutiku sih?" kesal Yoochun pada Junsu.

"Ya! Kau terlalu percaya diri, jidat lebar.. aku memang harus menjaga Changmin. Kalau kau tak suka, salahkan saja kekasihmu yang menarik bocah itu untuk mengikuti kalian."

"Ya! Tidak usah menghina segala. Lagipula, dia bukan kekasihku."

Sedikit lega Yunho rasakan, pasalnya ia sama seperti Junsu, mengira Jaejoong adalah kekasih Yoochun.

Kini Yunjaeyoosumin sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi, dengan Changmin dan Jaejoong mengambil tempat duduk yang terpisah dari Yunho, Junsu, dan Yoochun karena mereka tak ingin acara makan es krim porsi jumbo mereka terganggu oleh ketiga orang itu, terutama Yoosu yang bagi Jaemin sangat berisik sedari tadi.

"Ah.. hmm.. ada yang ingin kutanyakan padamu…" ujar Yunho lalu mengulurkan tangannya pada Yoochun, "Sebelumnya perkenalkan. Jung Yunho imnida… dan ini Junsu, sepupuku."

Yoochun menjabat tangan Yunho, "Park Yoochun.", melepaskan jabatan tangan itu kemudian mengubah posisi duduknya menjadi lebih nyaman lalu berujar kembali, "Tanya tentang Jaejoong hyung? Yah, semua orang juga menanyakannya. Ia mengalami retardasi mental…"

"Itu aku sudah tau.."

"Lalu kau takut Jae hyung menyakiti Changmin karena penyakitnya itu? Tenang saja, Jae hyung tidak akan seperti itu." Ujar Yoochun cepat seolah sudah mengetahui apa yang akan dikatakan Yunho.

"Bu.. bukan itu. Jaejoong.. apa dia pernah ke Amerika?"

Yoochun sedikit tersentak, "Ka.. kau tau darimana?"

"Amerika? Apa namja yang waktu itu hyung ceritakan padaku?" sela Junsu.

Yoochun hanya diam menatap Hosu. Menangkap kebingungan dari wajah Yoochun, berkisahlah Yunho tentang kejadian 28 tahun lalu ketika dirinya bertemu dengan Jaejoong di Amerika.

"Sejak saat itu, setiap hari aku pergi ke taman itu berharap bertemu dengannya untuk sekedar meminta maaf… tapi ia tak kunjung datang." Yunho mengakhiri ceritanya.

"Hmm..", Yoochun mengangguk-angguk pertanda mengerti, "Kau yakin anak yang kau temui saat itu adalah Jaejoong hyung?"

"Nde, karena tadi aku melihatnya.. saat dia menunggumu sambil bermain ayunan, ia menyanyikan lagu yang sama.. dengan suara yang sama seperti dulu, sangat merdu."

"Sesungguhnya aku masih belum percaya."

"Yaa! Apa kau pikir Yunho hyung berbohong?" kesal Junsu.

"Bukannya tidak mau mempercayai kalian, aku hanya waspada. Keadaan Jae hyung sangat mudah mengundang perlakuan jahat dari orang lain."

"Nde, aku tau. Oh..", seakan teringat sesuatu, Yunho merogoh saku jasnya mengambil sesuatu dari sana dan menunjukkannya pada Yoochun, "Ini… orang ini yang kulihat saat itu." Tunjuk Yunho pada salah satu orang yang ada dalam foto.

Foto yang dipegang Yunho saat ini adalah foto Jaejoong dengan kedua orangtuanya ketika ia berumur 10 tahun yang memang selalu dibawa oleh namja cantik itu dan sepertinya foto itu terjatuh saat ia berkeliling taman mencari minum dan Yunho memungutnya.

Yoochun mengambil foto yang ada dalam genggaman Yunho, 'Jae hyung pabbo..' batin namja berjidat lebar itu sambil melirik ke arah Jaejoong.

"OMOOO..!" pekik Yoochun tiba-tiba sambil bangkit berdiri.

"Ya! Kenapa tiba-tiba berteriak begitu?"

Tak dihiraukan omelan namja berwajah imut itu, Yoochun menghampiri sepupunya, "Joongie, kenapa makan es krim, eoh? Kau kan sedang flu.. aigoo, sudah habis 2 mangkuk lagi, dan sekarang mangkuk yang ketiga.." pekik namja berjidat luas itu sambil menarik mangkuk es krim dari genggaman sepupunya.

"Tadi katanya boleh…" keluh Jaejoong sambil mencoba menggapai mangkuk es krim yang diangkat tinggi oleh Yoochun.

"Tiiidak.. tidak.. tidak boleh." Keukeuh Yoochun.

Jaejoong menyerah menggapai mangkuk es krimnya yang masih diangkat tinggi oleh Yoochun. Dengan sendok yang masih ia pegang, namja cantik itu menyendok es krim Changmin. Namun tidak dapat karena Changmin sudah lebih dulu menarik mangkuk es krimnya menjauhkannya dari Jaejoong, "Ini punya Minnie. Joongie tidak boleh mengambilnya.. sedikitpun."

"Huuh.." kesal Jaejoong sambil menggantung sendoknya di mulut.

Pose yang sangat imut bagi Yunho hingga membuat namja tampan bermata musang itu menyunggingkan senyum menawannya.

"Kalau makan es krim banyak-banyak, nanti suaramu tidak bisa keluar karena radang tenggorokan." Yunho menghampiri Jaejoong sambil membawa segelas air hangat lalu menyerahkannya pada namja cantik itu, "Minumlah.. air hangat. Supaya kau tidak kehilangan suaramu."

Jaejoong menerima pemberian Yunho lalu meminumnya dengan cepat namun setelah itu menyemburkannya, "Panas.." ujarnya sambil menyernyitkan alisnya. Mungkin karena sedari tadi lidahnya menerima yang dingin-dingin, air yang sebenarnya hangat itu terasa panas baginya.

Yunho segera mengambil sapu tangan dari kantung jasnya lalu menyapukannya ke sekitar mulut Jaejoong yang basah terkena air semburannya. Sontak ketiga namja selain mereka dilanda keheningan. Yoosu diam karena terpaku dengan adegan YunJae, sedang Changmin diam karena masih sibuk dengan es krimnya.

Yunho telah selesai dari kegiatannya dan waktu yang seakan terhenti tadi bergulir kembali.

"Sudah cukup. Kajja pulang, Joongie."

Yoochun segera menarik Jaejoong pergi dari tempat itu.

"Tapi Joongie masih mau main sama Minnie.."

"Minnie mau sekolah, jadi tidak bisa bermain."

Pabbo Yoochun, padahal hari sudah sore, bahkan ini hari minggu. Mana ada orang yang sekolah. Untung saja Jaejoong bisa dikelabui.

Saat sampai di pintu kafe hendak keluar, Yoochun berbalik kemudian membungkukkan badannya, pamit pada Junsu, Yunho, dan Changmin-yang masih sibuk dengan es krimnya.

Hosu menatap punggung Yoochun dan Jaejoong yang menjauh hingga Jaechun hilang dari pandangan.

PLUK

Junsu menepuk pundak Yunho.

"Masih butuh waktu, hyung. Tapi kalau memang jodoh, Tuhan pasti berikan jalan untuk kalian bertemu lagi."

"Nde. Gomawo, Su-ie." ucap Yunho sambil mengambil tempat di samping Changmin dengan Junsu di seberang mejanya.

"Changminnie… sudah tau caranya tertawa, eoh? Sekarang perlihatkan senyummu. Seperti appa.." Yunho menyunggingkan senyum memberi contoh pada Changmin namun hanya dijawab senyuman datar oleh food monster itu.

"Datar sekali.. tapi bolehlah.." Yunho menggantung kalimatnya karena mau mengambil napas dalam, lalu melanjutkan perkataannya, "Kau menyukainya?"

"Menyukai siapa?" Tanya Changmin balik.

"Joongie… kau tertawa begitu saja dengannya."

"Min juga tidak tau. Min hanya merasa nyaman di dekatnya, appa.."

"Tapi sepertinya kau tidak bisa bertemu dengannya lagi.."

"Wae?"

"Karena namja berjidat lebar itu yang melarangnya." Ujar Junsu kesal.

Changmin pun terdiam, membuat Yunho dan Junsu ikut terdiam. Bocah itu kini memikirkan kejadian hari ini. Menganalisa kira-kira apa yang terjadi hingga Yoochun melarang mereka bertemu lagi. 8 tahun hanyalah umur bagi Changmin, pada kenyataannya, pikiran anak itu sudah sangat dewasa. Hal itu karena hidupnya yang terbilang berat. Saat berumur 5 tahun, ia melihat dengan matanya sendiri eommanya tewas tertabrak mobil karena melindunginya.. dan sejak saat itulah ia lupa caranya tertawa, bahkan tersenyum. Karena kecelakaan itu, mertua Yunho yang memiliki perusahaan besar memutus begitu saja hubungan mereka hingga Changmin dan Yunho yang terbiasa hidup berkecukupan-malah tergolong mewah harus memulai semuanya dari awal. Yunho melamar kerja dimanapun tak ada yang mau menerimanya karena pengaruh mertuanya yang sangat besar. Akhirnya, setelah setahun mencoba melamar kerja kesana kemari namun tak membuahkan hasil, Yunho memutuskan untuk merintis usaha yang memang belum begitu besar saat ini, namun cukup untuk menyambung hidup.

.

~yunjae~

.

"Sekarang kau yang mengikutiku, eoh?" ujar Junsu yang sedang berada di sebuah kafe dengan Yoochun yang berada di seberang mejanya.

"Huh.. percaya diri sekali kau. Aku dipecat karena terlalu sering izin, karena itu aku melamar pekerjaan pada Yunho sajangnim karena kudengar kerjanya tidak terikat waktu.. dan sialnya, aku harus bertemu lagi denganmu."

"Sial katamu? Kau cari ribut, huh?" Junsu mulai kesal, namja imut itu melemparkan deathglare-nya.

"Siapa takut!" tantang Yoochun juga ikut melemparkan deathglare.

Deathglare duo Yoosu berganti menjadi tatapan bodoh, lalu tiba-tiba mereka tertawa bersamaan, "Kita tak seharusnya bertengkar terus, sekarang kau kan rekan kerjaku." Ujar Yoochun.

"Kau yang memulai duluan.."

"Haha, ne. Mianhae."

"…"

"…"

"Pesanlah sesuatu. Kutraktir.. sebagai salam perdamaian."

"Wah.. tiba-tiba jadi baik begini. Aku jadi curiga.."

"Yasudah.. traktirnya batal."

"Hee? Mana bisa begitu.. baiklah baiklah.. maaf. Aku kan hanya bercanda, kau ini sentimen sekali." Ujar Yoochun sambil melihat-lihat daftar menu yang ada di meja diikuti oleh Junsu.

Tak lama mereka memilih menu, mereka memanggil pelayan kafe itu lalu mengatakan pesanan masing-masing. Setelah itu Yoosu hanya diam, tak tau harus membicarakan apa. Tapi akhirnya Junsu membuka suara.

"Sepertinya Changmin sangat menyukai Jaejoong-sshi. Ia yang tak pernah tertawa sejak kematian ibunya, tertawa begitu saja saat bersama sepupumu itu. Tapi kau jahat sekali melarang kita bertemu lagi. Sejak saat itu, Changmin malah semakin murung saja, ia merasa kehilangan teman."

Yoochun mengambil napas dalam lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki, "Mianhae.. tapi kau kan sudah tau alasanku."

"Yeah.."

"Pesanan Anda, tuan.." ujar pelayan yang datang ke meja Yoosu sambil meletakkan dua cangkir berisi moccachinno di meja tersebut.

"Gamsahamnida." Ucap Yoosu bersamaan.

Lagi, setelah kepergian pelayan, hanya suara adukan yang terdengar mengisi keheningan diantara Yoochun dan Junsu.

"…"

"…"

"Menurutku, Yunho hyung mencintai Jaejoong-sshi. Bagaimana pendapatmu?"

"Yeah.. aku juga berpikir seperti itu."

"Hmm… lalu.. kenapa? Apa kau juga mencintai Jaejoong-sshi dan tak suka ada namja atau yeoja lain mendekatinya?"

"Hey.. Jae hyung itu sepupuku.", Yoochun mengambil napas sebentar, "Aku hanya takut.. itu hanya cinta sesaat karena rasa kasihan. Bagaimana kalau Yunho sajangnim bosan lalu mencampakkan Jae hyung begitu saja?"

"Aku yakin Yunho hyung tidak akan seperti itu. Kau lihat kan bagaimana Yunho hyung menatap Jaejoong-sshi saat mengelap mulut Jaejoong-sshi yang saat itu basah terkena air? Sejak itu, ia tak pernah absen menatap sapu tangan yang digunakannya saat itu. Bahkan ia masih mengingat bagaimana pertemuan pertama mereka 28 tahun lalu."

"Kalau dia memang mencintai Jae hyung, kenapa ia menikah bahkan mempunyai anak?"

"Hmm… sebenarnya… Changmin bukan anak kandung Yunho hyung… ia punya alasan tertentu ketika menikahi eommanya Changmin dan aku tau itu bukan karena cinta."

"Jadi, hanya Jae hyung orang yang dicintai Yunho sajangnim selama hidupnya?"

Junsu mengangguk, "Dan aku juga belum pernah melihat Yunho hyung memiliki hubungan special selain dengan eomma Changmin."

"Hmm…"

"Jaejoong-sshi adalah cinta pertama Yunho hyung. Setelah 28 tahun berlalu, mereka bertemu lagi dan Changmin bahkan langsung akrab dengan Jaejoong-sshi. Kalau mereka bersatu, bukankah itu akan jadi akhir yang manis dari perjalanan cinta yang panjang?" lanjut Junsu.

Setelah mendengar penuturan panjang lebar dari Junsu, Yoochun meletakkan tangannya di dagunya sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya tampak sedang berpikir dan menimang-nimang sesuatu.

Keheningan pun kembali melanda dua orang yang sejak pertama bertemu sudah seperti tom and jerry ini.

Tiba-tiba Yoochun melirik arlojinya, "Sepertinya aku harus pergi sekarang. Sudah waktunya menjaga Jae hyung."

"Eumm.. chamkaman.. memangnya orangtua Jaejoong-sshi dimana? Kenapa selalu kau yang menjaganya?"

"Orangtua Jae hyung sibuk bekerja. Kau tau kan? Pengobatan untuk penderita retardasi mental tidak murah? Karena itu mereka membanting tulang sehingga tak banyak cukup waktu untuk menjaga Jae hyung, dan aku tau diri sebagai orang yang sudah dirawat oleh orangtuanya sejak kecil untuk menjaganya… Mungkin kalian mau membantuku menjaganya?" ujar Yoochun sambil menyerahkan kartu namanya pada Junsu dan mengedipkan sebelah matanya berharap namja imut itu mengerti maksud kalimat terakhirnya.

Junsu menerima kartu nama itu, "Gomawo, Yoochun-sshi. Kami pasti akan sering mengunjungi kalian."

"Kutunggu.." Yoochun beranjak dari duduknya, "Baiklah, aku pergi dulu. Gomawo traktirannya." Setelah itu ia pun menghilang dari hadapan Junsu.

.

~yunjae~

.

"Joongie…" seru Changmin saat memasuki kediaman Yoochun dan Jaejoong. Bocah 8 tahun itu datang bersama Yunho dan Junsu.

Jaejoong hanya menatap Changmin bingung. Mengerti akan hal itu, Yoochun berujar, "Itu Changmin, temanmu yang kau panggil 'Minnie'."

Wajar kalau namja cantik itu tidak ingat, penyakitnya membuat kemampuan mengingatnya rendah. Apalagi mereka baru bertemu lagi setelah 2 bulan berlalu sejak pertemuan pertama mereka.

Jaejoong tampak berpikir, setelah itu senyumnya terkembang, "Minnie.." sambil memegang tangan Changmin lalu mengayunkannya, "Kajja kita makan es krim porsi jumbo lagi."

Sepertinya Jaejoong telah ingat pertemuan pertama mereka.

"Joongie.. persediaan es krim di rumah sudah habis, dan kita tak mungkin pergi ke kafe sekarang karena mereka baru saja sampai, kasihan kalau harus pergi lagi." Ujar Yoochun mencoba memberi pengertian kepada Jaejoong.

"Biar aku yang pergi membeli es krim. Kulihat di dekat sini ada minimarket." Ujar Junsu.

"Aku ikut." Yoochun mengikuti langkah Junsu menuju pintu. Sebelum keluar, ia berbalik mengarahkan pandangannya pada Yunho, "Sajangnim, titip Jae hyung."

Yoochun dan Junsu kini sedang berjalan menuju minimarket.

"Kau sengaja ikut untuk memberi kesempatan pada Yunho hyung kan?"

"Aniya. Aku hanya ingin bersamamu."

"Merayuku, eoh?"

"Pppfft… Maaf, seleraku tidak rendah."

"Maksudmu apa, heh? Aiissh.. jinjja. Kau ini…"

"Hahaha. Aku ikut karena takut kau mengutil di minimarket."

"Ya! Kau benar-benar menyebalkan, jidat lebaaaar…" seru Junsu sambil mengejar Yoochun yang sudah berlari, bermaksud kabur agar tidak diamuk.

.

~yunjae~

.

Yunho hanya duduk diam di atas sofa menatap Jaemin yang sedang bermain puzzle di atas karpet. Namja tampan bermata musang itu tak tau harus berbuat apa. Sebenarnya ia ingin memeluk Jaejoong untuk menumpahkan rasa rindunya selama 28 tahun ini, tapi tak mungkin karena itu pasti akan membuat Jaejoong takut. Pasalnya Yunho juga tau kalau saat ia memeluk Jaejoong waktu itu, namja cantik itu hampir saja menangis, terlihat dari titik air di sudut matanya.

Mengerti keadaan, Changmin memanggil appanya, "Appa.. ikutlah bermain. Kami tidak bisa menyelesaikan puzzle ini."

"Eh? Nde."

Yunho menghampiri Jaemin dan ikut menyusun puzzle-puzzle itu. Sebenarnya Yunho tau, Changmin hanya bermaksud membantunya, tak mungkin anak secerdas itu tidak bisa menyelesaikan puzzle yang sangat mudah ini. Ia bersyukur memiliki anak seperti Changmin.

Karena lelah bermain dan menunggu es krim yang tak kunjung datang, Jaejoong dan Changmin tertidur.

Yunho tersenyum melihat pemandangan damai yang disuguhkan dua namja beda usia yang sangat disayanginya itu. Ia mengambil jaket Changmin lalu menyelimuti tubuh anaknya dengan jaket itu. Kemudian ia menyelimuti Jaejoong dengan jaketnya dan memandang wajah namja cantik itu lama. Ia pun mendekatkan wajahnya pada Jaejoong dan mengecup kening namja yang sudah dicintainya sejak pertama kali mereka bertemu.

"Ekhem… Junsu yah. Sebaiknya kau ikut aku saja ke dapur. Kita hanya mengganggu kalau disini.. sepertinya Yunho sajangnim masih ingin melepas rasa rindunya."

"Nde, kau benar Yoochun ah. Aigo aigoo.. diam-diam Yunho hyung ternyata…"

Yoochun dan Junsu yang baru saja datang langsung berjalan menuju dapur setelah melihat adegan Yunjae. Yunho yang awalnya canggung dan terkejut karena takut Yoochun marah padanya jadi tersenyum karena ia tau Yoochun justru mendukungnya. Ia pun mengikuti langkah Yoosu menuju dapur.

"Kalian kenapa lama sekali?" Tanya Yunho saat sudah berada di dapur.

"Maksud hyung, kenapa kami tidak lebih lama lagi perginya agar kau bisa melepas rindu lebih lama dengan cinta pertamamu?" Junsu bertanya balik dengan nada sedikit meledek.

"Ahaha, kau ini.. ada-ada saja." Yunho jadi canggung akibat perkataan Junsu yang sedikitnya benar.

"Es krim di minimarket dekat sini habis, sajangnim. Jadi kami pergi ke toko es krim yang cukup jauh dari sini."

"Yoochun ah.. jangan memanggilku sajangnim. Kita tidak sedang bekerja."

"Kalau begitu, kakak ipar. Boleh?"

Sontak Yunchunsu tertawa.

Yunho mengambil napas lega. Setidaknya, jalannya sudah terbuka, walau sedikit.

TBC