Ayay…
Ruu seorang author gaje yang udah lama gak kelayaban di Fandom bleach ini KEMBALI!
Niatnya sih Ruu mau ngelanjutin Fic Ruu yang sudah lama Ruu terlantarkan, Is Hard To Say I Love You, tapi kok rasanya susah banget ya….
Bikin Fic humor tuch susah *hufth, kayanya emang ga berbakat deeee*
Eeeeeh Malah ada ilham nyasar ke kepala Ruu buat Fic baru…
Ya teetp ja ICHIRUKI pairingnya…
*kelamaaan Ruu, banyak cingcong nieeee!*
Okeh, kalau ada saran atau kritik langsung ripiu ajah…
Tapi Ruu dah peringatkan dari dini…
NO FLAME PLEASE!
Tapi Ruu yakin kok, reader-reader fandom bleach tuh baik-baik. Dan ripiunya tuch memang sangat bermanfaat buat kemajuan dalam menulis…
Ruu cukup tersinggung karena pernah di Flame sekali di fandom lain…
Namanya juga belajar, so what's the problem?
Klo gak suka buat ajah sendiri, iya gak?
Kok malah curcol…..
Sippp, selanjutnya Ruu serahkan pada para readers…
DON'T LIKE DON'T READ OKEH GUYS
Summary : Duniaku adalah dunia yang tak sempurna. Sekalipun ku coba memperbaikinya, tetap saja ada bekas cacat yang tak tersembuhkan.
Desclaimer : Yaaa, Om Tite emang komikus yang hebat. Tapi belum bisa ngalahin karya Ruu tuch. Ruu lah yang menciptakan Bleach! Huahahahahahahaha… *plakplokplakplok… diburu langsung ama Om Tite*
PERFECT WORLD
~~Chapter 1~~~
Kring~~~ Kring~~~~Kring
Kucoba membuka mataku yang masih terasa sangat berat. Kupandangi langit-langit kamarku.
"Haaaah, sudah pagi, lagi…"
Ku menghela nafas, ya, cukup mengurangi beban yang ada di dadaku. Ku pejamkan mataku kembali. Sulit menerima bahwa aku harus menghadapi satu hari lain dalam hidupku .
Kringggg~~~~~Kriiing~~~~~~
"Oh Tuhan!" Aku pun mengumpat dalam hati ketika mendengar jam wekerku yang sudah berisik dari beberap detik yang lalu.
Aku bergegas bangun dari tempat tidurku dan langsung mematikan alarm yang berada di meja dekat tempat tidur. Aku pun duduk termenung sambil melihat jam weker yang masih berdetak-detik mengisyaratkan bahwa waktu terus berjalan.
"Apa yang akan kulakukan hari ini?"
"Apa yang harus kulakukan hari ini?"
Dua pertanyaan penting yang setiap hari menghampiriku.
"Nii-sama, Rukia. Dia memerlukanmu!"
Logikaku berjalan tepat pada waktunya.
Nii-sama memerlukanku.
"Oleh karena itu kau harus terus bertahan hidup apapun yang terjadi!"
Ya, mungkin hanya itu satu-satunya alasanku untuk hidup di dunia yang sudah tidak ada apa-apanya bagiku. Pandanganku tertuju pada sebuah bingkai foto yang berada di mejaku.
"Ibu, ayah…"
"Yang kuat akan selalu diatas, dan yang lemah akan ditendang. Benar bukan?"
Akan kulakuakan apapun untuk bertahan hidup. Demi Nii-sama, satu-satunya yang terpenting melebihi hidupku ini.
Perkenalkan, namaku Kuchiki Rukia. Aku hanya seorang gadis biasa berumur 17 tahun. Aku tinggal bersama kakakku, Byakuya Kuchiki. Aku biasa memanggilnya Nii-sama. Selama 7 tahun belakangan ini, aku hanya hidup berdua dengannya setelah kematian kedua orang tuaku. Sebelum kepergian kedua orang tuaku, aku bisa memiliki apapun yang aku mau. Namun,
Dunia berputar seperti roda…
"Ohayou, Nii-sama!" Aku berjalan masuk ke dalam kamar Ni-sama. Aku melihat Ni-sama berbaring di tempat tidur. Ia mengalihkan pandangan ke arahku, lalu tersenyum.
"Bagaimana tidurmu, Ni-sama?"
Aku pun tersenyum padanya. Ku angkat bahunya perlahan agar Nii-sama dapat duduk bersandar pada tempat tidur.
"Bagaimana? Nyaman tidak?" Tanyaku padanya yang sekarang sudah dalam posisi duduk bersandar. Nii-sama hanya tersenyum dan mengganguk. Kurapikan selimutnya agar tidak berantakan dan tetap menutupi kakinya.
"Hmm, hari ini enaknya makan apa ya?" Kujentikan jari telunjuk ke daguku.
Nii-sama hanya memandangku. Aku tahu ia tidak dapat menjawabku. Tapi rasanya tidak salah untuk mengajaknya berbicara.
"Kubuatkan sarapan dulu ya, Nii-sama tunggu aku sebentar."
Aku pun tersenyum gembira meninggalkan kamar. Aku pun bergegas ke dapur untuk membuat sarapan. Kucoba mencari sesuatu yang bisa kumasak hari ini.
"Ya, hanya untuk sarapan saja." Kupikir.
Kulanjutkan kembali pencarianku pada bahan-bahan yang akan kumasak untuk sarapanku dan Nii-sama. Aku membongkar lemari yang ada didepanku. Berharap sedikit saja tersisa bahan makanan yang dapat kumasak untuk sarapan. Namun yang kutemukan hanya piring-piring dan peralatan dapur lainnya.
"Tidak ada yang tersisa ya?"
Aku menyerah. Ternyata sampai kapanpun mencari tetap saja tidak ada.
Tidak ada yang bisa kumasak.
"Mungkin aku masih menyimpan uang, sedikit."
Aku bergegas ke kamarku. Mungkin di dompetku masih tersisa sedikit uang. Pandanganku langsung menuju ke atas meja yang bisanya menjadi tempat tongkrongan dompetku. Langsung kusambut dompetku dengan tangan kananku dan kubuka. Kucari di setiap likak-likuk sudut dompetku yang bewarna orange. Entah kenapa aku sangat suka warna orange. Rasanya warna itu memberikan ketenangan.
EEEeeeeeeeeee
Bukan saatnya berpikir yang tidak penting Rukia!
"Menyedihkan…"
Aku melemparkan dompetku ke lantai. Barang tak bersalah itu tergeletak begitu saja. Aku melampiaskan kekesalanku pada barang tak bernyawa itu. Bukan salah dompet itu jika aku sudah tak punya uang lagi.
"Bagaimana ini? Mungkin aku bisa menahan lapar, tapi tidak untuk Nii-sama." Pikirku.
"Terpaksa kulakukan cara lama." Kataku sambil mengambil topi yang berada di lemariku. Kuikat rambutku dan kuselipkan ke dalam topikku. Lalu kuambil jaket yang tergantung pada pintu belakang kamarku. Aku pun bergegas ke kamar Nii-sama.
"Nii-sama, aku keluar sebentar. Persedian makanan kita habis, jadi aku pergi dulu ke supermarket." Katakku sambil mencium kening Nii-sama. Seperti biasa, ia hanya tersenyum padaku.
Aku pun segera meninggalkan rumah dan bergegas pergi ke supermarket. Supermarket terdekat berada di pusat kota Karakura.
Kota Karakura? Ya, sekarang aku tinggal di kota yang bernama Karakura. Kota ini merupakan kota kelahiranku. Namun ketika aku berumur 3 tahun, aku pergi meninggalkan kota ini bersama seluruh keluargaku karena tempat kerja ayahku dipindahkan. Namun setelah meninggalkanya selama 14 tahun, kuputuskan untuk kembali ke kota ini untuk mempermudah pengobatan kakakku dan, aku,
aku ingin melupakan kenangan menyakitkan itu.
Tidak lama berjalan dari rumahku, aku pun sudah berada di sebrang jalan Supermarket itu. Aku memperhatikan Supermarket itu, sepertinya ramai sekali.
"Cih, tidak bisa cara biasa!" Aku bergumam dalam hati. "Cara yang tidak biasa harus dijalankan."
Aku pun langsung celingukan memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang berjalan di dekatku. Namun pandanganku teralihkan pada café yang berada di depanku. Kulihat segerombolan remaja sedang makan dengan lahapnya. Bercanda dan tertawa.
'Bocah-bocah SMA sepertinya.'
Dari tampilan mereka saja terlihat mereka mempunyai banyak uang.
Kalau keadaanku seperti dulu, mungkin sekarang aku berada di posisi mereka, tidak seperti ini hanya melihat dari luar jendela.
Jujur, aku tidak iri pada mereka, aku pun juga tidak ingin seperti mereka. Aku hanya ingin mempunyai uang yang cukup untuk mengobati kakakku dan biaya untuk makan saja.
Karena terlalu lama memperhatikan mereka, tanpa sadar aku diperhatikan salah satu dari mereka. Otomatis aku langsung memalingkan muka dan pergi dari tempat itu.
"Haaaaah…"
Aku menghela nafas panjang. Sudah satu jam berlalu sejak aku sampai di pusat kota, tapi yang kuhasilkan hanya satu helaan nafas yang panjang.
Helaan nafas tidak membuat Nii-sama dan dirimu kenyang, Rukia!.
"Habis mau bagaimana lagi, tidak ada incaran yang tepat!" Kataku dalam hati sambil menendang kaleng yang berada di pinggir jalan. Pandanganku terpaku pada kaleng yang terus berguling-guling dan pada saat kaleng itu berhenti berguling lagi, lamunanku pun ikut berhenti. Aku melihat gerombolan anak SMA yang berada di kafe tadi sedang berdiri di depan Game Center.
Oh, bagus Rukia. Akhirnya kau dan Nii-sama bisa makan juga.
"Saatnya misi dijalankan!"
Aku agak menurunkan letak topi agar wajahku sedikit tertutup. Aku pun berjalan mendekati mereka.
Braaaaaaaak!
"Eh maaf!" Kataku yang terus berjalan sambil menunuduk agar wajahku tidak terlihat setelah menabrak salah satu dari mereka. Aku pun langsung bergegas pergi. Aku berdoa agar orang yang kutabrak itu tidak sadar.
Namun, DAMN!
"Hei!" Teriak orang yang dibelakangku. Aku bisa mendengar suaranya dengan jelas, dan kupastikan teriakan itu ditunjukan padaku. Ku percepat langkahku. Aku berusaha untuk tidak berlari agar tidak memicu perhatian orang-orang.
"Hei Berhenti!"
Sial, dia benar-benar menyadarinya! Aku pun langsung mengambil langkah seribu dan tak peduli lagi pada orang-orang yang memperhatikanku.
"Hey! Kurosaki! mau kemana kau?" Teriak seseorang. Mungkin salah satu temannya tadi. Walaupun samar-samar tapi masih bisa kudengar.
"Namanya kurosaki toh!" Pikirku.
SH*T bukan waktunya berpikir itu, Rukia bodoh!
Ku beranikan diri menengok ke belakang sambil tetap berlari. Hanya memastikan, hanya memastikan kalau orang itu,,,,Oh Please, kuharap, kuharap, dia tidak,,,,,
Dia mengejarku!
TUHAN! TOLONG AKU
~~~~~~~~To Be Continued~~~~~~~~~~
Horeeeee, akhirnya chap 1 beres juga….
Gimana? Aneh? Gaje?
Okeh,,,
Ayo para senpai-senpai penghuni fandom bleach
Klik
Review This Chapter
