Dia hanya korban kan? Bukan pelaku kejahatan atau saksi mata yang membiarkan semuanya berlangsung.


Blaming the Victim (c) bruderup

Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama


Pelan-pelan, matahari tersenyum, sinarnya lembut menggapai tiap sisi ruangan, tapi Eren kukuh menyembunyikan sepasang kehijauannya dari balik selimut, merasa aman, merasa nyaman, setidaknya tidak akan ada jemari menunjuk dengan wajah kejam.

Ah.

"Eren, mau makan dulu?"

Eren menggeleng, mengeluarkan satu bunyi dehem, Mikasa duduk di sisi ranjang berlainan, menghadapkan wajahnya ke punggung pria itu.

"Tidak merasa lapar? Nanti aku buatkan apa saja yang kamu mau."

Tidak, tidak lapar. Namun kini giliran selimut yang menutupi sekujur tubuh Eren ikut bergetar, Mikasa menyentuhnya lembut.

"A-Aku takut.. Mikasa, takut s-sekali..."

Tangan yang tadi dipakai menyentuh pinggang Eren, berubah jadi kepalan, mata Mikasa berubah gelap.

"S-Seharusnya aku t-tidak keluar malam-malam,"

Eren.

"A-Aku juga tidak boleh pakai b-baju sembarangan." Kemana suara tegasnya? Yang bisa dengan lantang menyerukan tentang dunia tanpa kriminal, mengejar kriminal sampai tidak ada jalan melarikan diri, kemana itu semua hilang?

"Semuanya, s-salahku!" Rasa tercekat mendadak mampir di kerongkongannya, mata hijau itu terasa panas lagi.

"Eren! Dengarkan aku! Semua ini tidak pernah menjadi kesalahanmu! Kau adalah korban, dan yang salah adalah pelakunya!"

Gadis itu pikir, mengalami pengalaman traumatis sudah membuat Eren goyah. Tapi Eren itu korban, lalu kenapa orang-orang sana malah menyalahkan sang korban?

Si pemilik manik hijau masih meringkuk, enggan memperhatikan wajah layu yang menangis seharian.

"Tidak ada yang ingin diperkosa, Eren..."

"K-Kalau saja aku, j-jaga diri..."

Mikasa frustasi, mengacak rambut gelapnya dan kembali mengepalkan tangan. Tidak. Di hukum di negaranya, memperkosa adalah kesalahan dan dihukum penjara, tapi keluar malam dan mengenakan baju apapun yang disukai bukanlah sebuah tindak kejahatan.

Eren masih ingat, saat sekumpulan pria menghalangi jalan pulangnya, saat sekumpulan pria menariknya ke suatu wilayah sepi, saat sekumpulan pria, memaksanya untuk..

Tidak!

Eren tidak mau ingat itu lagi! Tangisan kembali mengisi suara di ruangan sempitnya.

Dan yang paling menyakitkan hati, adalah ketika orang-orang malah memojokkan dirinya sebagai yang salah, padahal jelas-jelas dirinya adalah korban.

Mikasa mendekapnya erat. "Tenang Eren, ingatkan dirimu kalau ini bukan kesalahanmu, tidak akan pernah menjadi kesalahanmu, kau tidak sendirian, aku mendengarkanmu dan aku percaya padamu."

Eren terdiam, tidak pula bergerak menghindar, tapi menikmati aliran hangat dekapan sang gadis. Dia tahu, Mikasa menyayanginya apapun yang terjadi.


End.


Yay!~ fanfic pertama SnK, senang rasanya :3

Tinggalkan jejak di kolom komentar, terimakasih bagi yang sudah membaca~