Sang raja siang telah menaiki singgasana, angin berhembus pelan dipantai yang senggang tanpa pengunjung. Para nelayan itu berlayar dengan perahunya untuk mencari tangakapan ikan segar.
Pemuda bersurai pirang itu duduk dibibir pantai tanpa diberi alas apapun. Celananya telah basah terkena air asin.
Memandang lurus kedepan, kedua tangan pucat itu memeluk kedua lututnya lalu menenggelamkan kepalanya.
"—menyebalkan...''
.
.
.
.
.
I Don't Want to Know
Aldnoah Zero© Gen Urobuchi
Rate T+
(Warning: AU, BoysLove, Sedikit bumbu-bumbu sinetron, gasuka jangan baca!)
.
.
.
.
.
Pemuda itu—Slaine Troyard—mendesis kesal tak sekali duakali mengeluarkan kata-kata kasar, menyumpahserapahkan kepada orang yang telah mengganggu ketenangannya—pikirnya.
Kemudian menganggkat wajahnya menatap hamparan langit siang dengan menyipitkan kedua matanya yang tak tahan dengan sinar mentari yang memancar terang. Pipinya merona hebat sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.
Slaine sangat kesal atas kejadian beberapa jam yang lalu saat disekolahnya, hampir saja dia kehilangan harga dirinya. Orang bodoh berwajah datar itu harusnya diberi pelajaran—pikir Slaine.
"Oh..kelelawar."
Slaine buru-buru mendongakkan kepalanya kebelakang, dia mengenali suara ini, suara datar yang benar-benar membuat Slaine tambah kesal.
Orang itu—Inaho Kaizuka—menatap wajah Slaine dengan datar. Inaho melihat wajah Slaine yang memerah entah karena terkena sinar mentari, atau menahan kesal dan malu—mungkin. Membuat Inaho ingin—Ungh lupakan.
"Mau apa kau kesini?"
Slaine mengernyit heran saat menemukan Inaho menatapnya dengan lekat, membuatnya bergidik ngeri dan semakin kesal tatkala menemukan Inaho telah duduk disampingnya.
"Kupikir ini bukan tempatmu?" tanya Inaho masih dengan wajah datarnya.
"Hei jika orang sedang bertanya itu jangan bertanya balik! Mengesalkan."
Slaine berdiri dan berbalik meninggalkan Inaho sebelum suara Inaho menghentikan langkahnya.
"Tadinya aku mau minta maaf padamu, meskipun itu semua bukanlah murni kesalahanku."
Slaine berbalik menghadap Inaho yang ternyata juga sudah berdiri menatapnya.
"Kau—"
Slaine mengepalkan kedua tangannya sampai kukunya memutih. "—Kau bilang itu bukan kesalahanmu hah? Aku hampir kehilangan harga diriku gara-gara kau!" teriak Slaine.
"Itu salahmu sendiri kenapa ganti baju diruangan kelas, aku hanya berniat mengambil buku paket dikelasmu seperti yang diperintahkan oleh Sir Marito katakan." Inaho menghela nafasnya panjang. "Lagipula bukankah saat itu kelas olahraga sudah dimulai sepuluh menit yang lalu? Kenapa hanya kau yang masih dikelas dan sed—"
"Jangan lanjutkan!" potong Slaine. "Kau—setidaknya kau bisa ketuk pintunya dulu bukan?"
Inaho mengendikan bahunya. "Mana aku tahu, kukira ruangannya kosong, lagipula.." Inaho memberi jeda. "bukankah kita sama-sama laki-laki, kenapa kau harus malu? Aku hanya melihat boxer mu itu yang bergambar kelelawar." Ucap Inaho—masih—dengan wajah datarnya sambil melihat wajah Slaine yang kembali memerah.
Slaine diam. Ia mencerna kata-kata Inaho yang baru saja terlontarkan untuknya. 'Benar juga kenapa aku harus malu?'—batinnya. Slaine menggelengkan kepalanya .
Ugh, manis.
"Tapi kenapa saat istirahat kau malah menarikku ke toilet lalu menguncinya lalu lalu lalu k-kau memperlihatkan boxermu itu yang berwarna oranye. Hah?"
"Kupikir agar kita impas?"
"Dasar bodoh! Oranye bodoh. Baka. Baka. Baka."
Slaine pergi meninggalkan Inaho. Kaki nya dihentak-hentakan pada pasir laut sangat persis seperti perempuan yang sedang PMS.
Sepeninggal Slaine, tanpa disadari Inaho tengah terseyum menatap punggung Slaine yang semakin lama semakin jauh lalu menghilang dari pandangannya.
Inaho masih ingat kejadian saat berada disekolah, tepatnya saat Inaho melihat Slaine yang akan pergi kekantin. Inaho langsung menyeret Slaine secara sepihak—yang tentu membuat Slaine meronta-ronta ingin dilepaskan namun usaha Slaine sia-sia karena jelas Inaho lebih kuat dari Slaine.
Lalu membawa Slaine kesalah-satu bilik toilet, kemudian Inaho mengunci dirinya dan juga Slaine di toilet itu. Membuat Slaine panik bukan main. Lalu Inaho membuka kancing dan menurunkan resleting celana sekolahnya, Slaine yang melihatnya langsung melotot dan kedua pipi gembulnya bersemu merah.
Inaho nyaris saja tertawa tatkala melihat wajah Slaine saat itu. Tapi Inaho menahannya dan kembali pada wajah datarnya, melorotkan celana sekolahnya memperlihatkan boxernya yang berwarna oranye.
Inaho langsung diberi teriakan melingking Slaine yang nyaris saja menyerupai jeritan anak perempuan. Semua yang anak lelaki yang ada di toilet pun langsung diam dan suasana di toilet menjadi sunyi. Pikiran liar mereka melayang kemana-mana 'apakah ada gadis yang salah masuk toilet?'—pikir mereka.
Slaine saat itu langsung merebut kunci yang berada ditangannya dan membuka pintu yang terkunci meninggalkannya yang sedang menatap Inaho.
Inaho juga masih ingat pandangan anak laki-laki lain yang tengah menatap Slaine dengan pandangan mesum dan lapar tatkala ia sudah keluar dari salah satu bilik toilet. Entah kenapa ia tidak suka Slaine ditatap seperti itu oleh anak lelaki lain.
Inaho juga masih berpikir keras mengapa ia mau melakukan hal yang sebodoh itu didepan orang yang notabane adalah rival nya dalam soal kecerdasan.
Ya, sebelumnya Inaho hanya mengenal Slaine sebagai saingannya dalam hal yang berkaitan dengan nilai sebagai siswa-berprestasi-seangkatan. Tak lebih. Tapi semenjak insiden yang ia anggap sendiri sebagai insiden bodoh dan memalukan, entah kenapa rasanya ia menjadi lebih ingin tahu tentang Slaine Troyard.
Inaho membuat kesimpulan terakhirnya.
'apakah aku menyukainya?'
the seawall separatingyou and me
blueskyleaving only sadness
I likea sailboat waiting for the wind
Wait you smile...
TBC
AN:
halo mina :) ini FF pertama InaSlaine saya sekaligus FF yang pertama kali saya publish, dengan kata lain saya itu author baru disini, mohon bantuannya ne..
adakah yang suka sama pair ini? adakah yang suka sama cerita saya yang gaje ini? U,u
btw ini masih prologue, jadi adakah yang mendukung saya untuk melanjutkan cerita ini?
mohon rnr ya hehehe :))
