Summary : Rukia, seorang siswi Karakura High School tahun terakhir, merasa sudah melakukan semua yang diinginkannya, jadi matipun tidak apa. Musim panas yang tidak terlupakan. Pertemuannya dengan sang ketua kelas telah mengubah hidupnya.
Disclaimer : Bleach belong to Kubo Taito-sensei. Manga "Ki Gi no Yukue" milik Eban Fumi
Warning : AU ,Two Shot, OOC, gaje, abal-abal, typo, bahasa ancur, kata-kata yg di bold itu adalah Rukia's POV, yang italic itu flashback singkat.
A/N : fic untuk "Celebration of IchiRuki Day". Seharusnya IchiRuki Day dirayakan pada tanggal 12 mei, tapi ini untuk peresmiannya. Ai juga mendedikasikan fic ini untuk Hikari-san, author fic "Waiting For You". Ai mendedikasikan fic ini untuk Hikari-san karena fic Hikari-san yang itu adalah fic IchiRuki bahasa Indonesia yang paaaliiing Ai suka. Sampai sekarang pun tetap number 1 ! Ai berharap dengan fic ini, Hikari-san jadi mempunyai semangat untuk melanjutkan ficnya itu *maksudnya nyogok nih~ -dihajar Hikari-san-*. Oya, yang menanti fic Hikari-san ini bukan Cuma aku, lho…tapi jeng Luna juga *a.K.a : ichirukiluna githu loh*
~0o.o0~
~Unforgetful Summer~
Chapter 1 : Dibawah Langit Biru, Bertemu Denganmu
Disuatu ruang guru terdengar sayup-sayup suara 2 orang yang sedang berbicara. Yang satu seperti suara guru dan yang seorang lagi adalah suara anak perempuan. Karena sekarang sudah sore, lorong kelas pun kkosong, tidak ada satu orang pun yang ada disana, sehingga suara mereka berdua menggema disekitar lorong itu.
"Bagaimana dengan sekolahmu akhir-akhir ini?" tanya salah satu guru di Karakura High School, Misato Ochi-sensei.
"Biasa saja." Sahut seorang siswa perempuan berambut hitam kebiruan.
"Ketua kelas mengkhawatirkanmu."
"…."
"Lalu kamu mau masuk ke Universitas apa?"
"Tidak ada."
"Eh?" Ochi sensei yang bingung dengan jawaban itu menatap sang siswi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan Ochi-sensei dengan tenang dan senyuman.
"Aku… sudah melakukan semua yang kuinginkan. Tidak ada lagi yang aku inginkan. Jadi matipun tidak apa-apa."
Kupilih hutan senja dan penuh daun muda. Berlangit biru.
~0o.o0~
Suara riuh terdengar dari salah satu kelas. Terlihat seorang siswa laki-laki berambut orange sedang berdiri didepan kelas sambil memberikan pengumuman kepada teman-teman sekelasnya.
"Hei! Jangan ribut! Sekarang kita akan membagi peserta untuk mengikuti pertandingan antar kelas. Bagian cowok tahun ini adalah basket dan sepak bola, sedangkan ceweknya voli dan dodge ball."
"Ketua! Boleh pakai kekerasan, ga?" salah satu anggota kelas yang bernama Asano Keigo bertanya..
"Tentu saja tidak!"
"Kurosaki-kun! Cewek itu tidak datang lagi, apa tidak apa kita lanjutkan pembicaraan ini?" kali ini siswa perempuan yang bertanya, Inoue Orihime.
Ketua kelas yang dipanggil 'Kurosaki' itu menoleh kearah sebuah kursi kosong di pojok belakang. Dengan aura hitam dan 4 tanda siku di kepalanya, dia bertanya kepada teman-temannya, "lagi?"
"Iiikkhh" dalam sekejap semua siswa kelas itu langsung merinding melihat wajah menyeramkan ketua kelas mereka.
~0o.o0~
Dibagian belakang gedung sekolah, ada seorang anak perempuan yang mengintip kedalam sekolah itu dari dinding pembatas. Begitu dilihatnya keadaan disana aman, gadis itu segera melompat dan mendarat ditanah dengan lincah.
"Lucky! Enggak ada siapa-siapa, aku memang beruntung!"
"Sudah terlambat, jangan sombong dong." Seru Kurosaki Ichigo, sang ketua kelas, yang sejak tadi sudah menunggui kedatangan gadis itu disana.
"Kuchiki Rukia. Sudah berapa kali kau terlambat?"
"Ekh?"
"Hari ini juga sebelum pelajaran ada rapat kelas, kenapa kau tidak datang?"
"Gomen! Tadi pagi aku ada urusan." Jawab gadis yang bernama Rukia itu dengan santainya.
"Kau selalu menjawab dengan alasan yang sama!"
"Ketua itu keras kepala, ya. Apa Ochi-sensei tidak bilang kalau aku akan berhenti dari sekolah?"
"Hah?""
"Iya! makanya, tidak perlu repot-repot lagi mengurusiku. Ja ne!" seru Rukia sambil melambai-lambaikan tangannya.
Merasa urusannya belum selesaai, Ichigo menarik tangan Rukia dan menghentikan langkah gadis yang berniat melarikan diri itu.
"Karena aku ketua kelas, makanya aku akan terus mengurusimu. Ayo ke kelas!"
"Tung— hei! Gak mau! Lepaskan aku!" Rukia yang diseret Ichigo terus meronta-ronta minta tangannya dilepaskan.
Kesal karena terus diseret, dia pun menggigit lengan Ichigo yang menariknya.
GRAAUKK *ceritanya suara gigitan*
"GYAAAA!"
"Tidak ada akupun gak masalah, kan. Toh aku juga tidak diterima dikelas." Bersiap melangkahkan kakinya untuk pergi, Rukia menatap Ichigo sesaat.
"Aku ingin sendirian. Jadi, biarkan aku sendiri."
Dengan begitu, Rukia melenggang pergi dengan santainya, meninggalkan Ichigo yang terdiam sambil memegangi tangannya yang digigit.
Sementara itu dikelas…
"Teman-teman sekelas Ichigo ternyata sejak tadi memperhatikan interaksi kedua orang itu.
"Aah… Ichigo gagal lagi." Kata Keigo.
"Tapi cewek itu hebat juga, ya. Sampai berani menggigit Ichigo." Kali ini Kojima Mizuiro yang bicara.
"Ichigo selalu kesusahan mengurus sikap anak itu." Arisawa Tatsuki, sang tomboy di kelas.
"Eh! Rambut cewek itu, hitam kebiruan, kan?"
"Kuchiki-san itu…tiba-tiba saja mewarnai rambutnya saat dia naik ke kelas 3. Entah apa alasannya."
~0o.o0~
Saat ini, Rukia sedang duduk santai sambil makan pocky cokelat di bawah pohon hijau yang rindang. Ia memandangi anak-anak kecil yang bermain-main dengan senangnya di taman umum.
Sebuah bola sepak menggelinding kearahnya dan sang pemilik bola itupun menghampirinya.
"Hei! Onee-chan! Tolong ambilkan bolaku, dong!"
"iya. ini."
"Arigatou, onee-chan!"
"Ah, tidak kok. Wah…kau bermain sampai berlumpur begitu?"
"Ya! Karena aku banyak latihan!"
"Kau pasti sangat suka sepak bola, ya?"
"iya! di masa depan nanti aku ingin menjadi pemain sepak bola yang terkenal! Kalau onee-chan mau jadi apa?"
"Aku…"
Masa depan…
"Hei. Boleh aku ikut bermain?"
"Tentu!"
Tidak seharusnya aku merasa iri…
~0o.o0~
"Hei, lihat rambutnya Kuchiki…"
"Kok masih bisa datang ke sekolah dengan percaya diri begitu, ya…" terdengar suara bisik-bisik siswa laki-laki dari belakang Rukia. Yang sedang dibicarakan pun menoleh dan yang sedang berbicara memalingkan wajahnya, pura-pura tidak bicara karena takut.
"Hai!" kali ini bukan sembarang siswa yang bicara, tapi sang ketua kelas benar-benar bicara kepada Rukia.
"Hm?"
"Sebenarnya rambutmu itu…dulu semuanya hitam, kan? Kembalikan dong kesemula."
"Kok tahu kalau rambutku dulu hitam? Padahal sebelumnya kita tidak pernah sekelas."
"Aargh! Dengan rambut seperti itu wajar saja kalu ketahuan berubah! Sebenarnya kau gak mau kan mewarnai rambut seperti itu?"
"Enggak tuh! Lagipula, warna rambut ketua saja orange, masa aku tidak boleh mewarnai jadi biru."
"Warna rambutku ini asli tahu!"
"Ya ya…"
"Aku ini mengkhawatirkanmu!aku juga ingin kau selalu hadir di kelas! Kenapa kau ingin sendirian? Kau sengaja, kan!"
"…."
Hening menyelimuti mereka berdua. Sesaat wajah Rukia terlihat murung, hanya saja Ichigo tidak melihatnya karena Rukia memunggunginya.
"Hari ini aku bolos lagi, ya." Katanya dengan masih tersenyum.
Kebaikanmu membuatku susah. Karena tempat berharga bagiku… seharusnya sudah tidak ada…
~0o.o0~
Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Sosok mungil Rukia sedang tertidur dengan posisi kepala menindih buku pelajarannya dan tangannya dibiarkan jatuh kesisi depan meja.
Ichigo yang duduk disebelah Rukia berusaha untuk membangunkan gadis itu.
"Katanya mau bolos…"ucapnya dalam hati.
"Hei.. bangun! Sedang pelajaran nih!"panggilnya dengan berbisik.
"…." Tidak ada response sama sekali, membuatnya kesal luar biasa.
"Padahal kalau sedang bermain sepak bola dengan anak kecil terlihat bersemangat, tapi waktu pelajaran malah bermalas-malasan." Kali ini Ichigo berhasil mendapatkan perhatian dari gadis yang entah tidur atau berpura-pura tidur.
"Penguntit~"
"Bukan! Aku hanya kebetulan lihat aja, kok!" bentak Ichigo yang tidak terima dikatai penguntit sambil berdiri dari kursinya.
"Berisik!" kali ini Ochi-sensei yang membentak Ichigo.
"Eh.. maaf sensei…"
"Hei!" Rukia memanggil Ichigo masih dalam posisi tiduran ditempat duduknya.
"Hmm?"
"Kamu..punya impian masa depan?"
"Kenapa tiba-tiba?"
"Enggak….hanya ingin tahu saja…"
"…."
"…"
"Dokter. Karena aku ingin menolong orang-orang sakit yang tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang mahal, jadi aku ingin membuka klinik sendiri. Mungkin." Jawab Ichigo dengan tenang dan matanya menerawang jauh, seperti sedang membayangkan masa depannya.
"…"
"…"
"Benarkah! Ahahahaha!"
"Kau!"
"…"
"Kau ini…seenaknya mentertawakan orang. Memangnya kamu sendiri mau jadi apa nanti?"
Rukia tidak memberikan jawaban apapun. Yang diberikannya hanya sebuah senyuman manis. Senyuman yang tidak dipaksakan.
"Ketua—"
"Ketua—"
"Ketua!"
"Ah, iya! Berdiri! Beri hormat!"
"memangnya kamu sendiri mau jadi apa nanti?"
Ting…
Dentingan piano mengalun indah dari ruang musik.
Dimasa depan…
Ichigo yang sedang berjalan untuk pulang menghentikan langkahnya karena mendengar alunan melodi indah dari ruangan music yang tidak jauh dari tempatnya berada.
Tidak ada tempat yang berharga bagiku…
Dilihatnya dari jendela, sosok seorang Kuchiki Rukia, duduk dikursi piano dan memainkan piano tua itu dengan lihai.
Soalnya…
Jari-jari mungilnya menari-nari dengan lincah, menekan batangan-batangan putih dan hitam secara bergantian. Beriringan dengan dentingan piano, ia juga menyanyikan lagu yang indah, seindah suaranya.
Kehidupanku sudah cukup…
"Uwah…. Bohong! Bohong! Dia bernyanyi!" jerit Ichigo didalam hatinya.
Karena terlalu kaget dan asyik mendengarkan melodi indah, Ichigo tidak menyadari kehadiran sang pianis dibelakangnya.
"Sedang apa?"
"…Anu….mencabut rumput…"
Mereka berdua sama-sama sweatdrop dengan alasan bodoh itu.
"Kamu suka padaku, kan?" tanya Rukia tanpa ragu.
"Bukan! Aku benar-benar hanya kebetulan lewat, kok! Waktu jalan tadi aku mendengarnya, makanya makanya datang kemari!"
"Oooh…"
"Oya, cara bermainmu itu…pasti kau sudah lama main, kan?"
"Ah, piano, ya? Sebenarnya aku cuma bisa sedikit saja, kok."
"…."
"?"
"Wajahmu…sepertinya agak pucat, ya?"
"Eh?"
~0o.o0~
Karena mengkhawatirkan keadaan Rukia, akhirnya Ichigo mengantar Rukia pulang dengan sepedanya. Selama perjalanan, mereka terus berbincang-bincang, antara hal yang penting dan tidak penting, meskipun lebih banyak yang tidak penting.
"Kau ini bodoh, ya? Sudah tahu demam, tapi malah masuk sekolah." Omel Ichigo kepada penumpang *?* yang duduk dibelakangnya.
"…." Yang diajak bicara malah diam saja. Entah apa yang dipikirkannya, karena saat ini dia seang melamun.
"Rumahmu dimana?"
"Punggungmu lebar, ya."
"Hah?"
"Cowok sih…"
"Memangnya kenapa dengan punggungku?"
"…"
"Hei—"
"Aku ingin jadi pengurus anak."
"Apa?"
"Aku anak tunggal, jadi tidak punya saudara. Makanya aku ingin merasakan mengasuh anak kecil yang lucu-lucu itu." Katanya sambil memandang langit.
"Tapi…kalau jadi pengurus anak, aku tidak bisa main piano lagi. Makanya aku berlatih sendiri." Ichigo masih mendengarkan cerita Rukia dengan tenang. Dia tidak ingin merusak mood Rukia karena jarang sekali cewek yang satu ini mau cerita tentang dirinya.
"Yah… saat ini sih sudah tidak ada lagi yang aku inginkan. Yang kubicarakan itu mengenai masa lalu." Rukia mengakhiri ceritanya dengan senyuman. Seperti biasa. Dia memang selalu tersenyum.
"Aku…tadi bukan pertama kalinya melihatmu bermain piano." Kata Ichigo lembut, tapi masih terdengar oleh telinga Rukia.
"…?"
"Tidak ingat? Dulu sekitar kelas 1 SMP…"
"Kamu pandai, ya main pianonya!"
"Aku melihatmu bermain dengan senang. Aku selalu ingin mengatakan hal itu padamu."
Rukia tidak pernah lupa dengan kejadian itu. Selama ini dia selalu mengingat hari dimana ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang memujinya. Karena Cuma 1 kali mereka bertemu, Rukia jadi lupa dengan wajah anak itu.
"Kenapa? Kupikir permainanmu bagus, kok! Kau pun terlihat menikmatinya."
"Terima kasih."
"Kau pasti bisa."
Tanpa Ichigo sadari, gadis yang sejak tadi duduk dibelakangnya itu sekarang mulai menitikkan air matanya.
"Kalau kamu pasti bisa."
Entah air mata kebahagiaan, atau mungkin kesedihan.
"Terima kasih…"
~0o.o0~
Setelah pembicaraan mereka tentang cita-cita Rukia, suasana mereka kembali seperti biasa. Mereka mengobrol, bercanda, mengejek satu sama lain, yang pasti benar-benar suasana yang menyenangkan.
Waktu berakhir begitu cepat. Tanpa terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Rukia.
"Sampai disini saja. Terima kasih ya sudah mengantarku."
"Segera istirahat, ya."
"Hai~" sahut Rukia sambil mengangkat tangannya. Benar-benar gadis periang.
"…" Ichigo sweatdrop melihat tingkah cewek ini.
"Aku baru pertama kali dibonceng cowok. Ternyata asyik juga. Mata ashita, Ichigo!" Rukia pun melangkahkan kakinya, berjalan meninggalkan Ichigo.
"Tadi….kau memanggilku apa?"
Secara alami, ternyata Rukia memanggil Ichigo dengan nama kecilnya. Hal ini merupakan hal yang tidak terduga bagi Ichigo. Padahal selama ini Rukia selalu memanggilnya ketua.
Merasa Ichigo bicara denganya, Rukia menolehkan kepalanya ketempat Ichigo berdiri. Entah kenapa tiba-tiba saja pandangannya kabur dan gelap. Tepat didepan mata Ichigo, Rukia jatuh pingsan.
"Kuchiki?" tidak ada respon sama sekali.
"KUCHIKI!"
~0o.o0~
Kupikir….aku ingin sendirian
"Kuchiki tiba-tiba berubah, ya."
"Biarkan saja. Dia ingin berpisah dengan kita!"
XxxX
"Kuchiki!"
"Hmm?"
"Pelajaran akan dimulai. Kau jangan bolos lagi!"
"Kamu siapa? Biarkan aku sendiri."
"Aku teman sekelasmu. Karena itu aku tidak bisa membiarkanmu sendirian."
Kekeras kepalaanmu…
Menunjukkan cahaya pada jalanku…
"Sudah sadar?" wajah Ichigo terlihat digaris pandangan Rukia yang baru saja bangun dari tidurnya *baca : pingsan*
"Ini dimana?"
"Di rumah sakit. Kamu tadi pingsan."
"Ooh…aku pingsan, ya…"
"Aku kaget sekali. Tiba-tiba saja kau pingsan. Ini pasti karena kau kecapean, kan?"
"Iya."
"Bisa bangun?"
"Ichigo."
"Hm?"
"Jangan bersikap baik lagi padaku."
"Apa?"
"Karena aku ini sakit. Hidupku sudah tidak lama lagi. Sebelum lulus SMA nanti aku pasti sudah tidak ada di dunia ini lagi." Jelasnya dengan wajah yang amat tenang.
"A—"
"Ah~ sudah kukatakan. Padahal aku tidak bermaksud memberitahu siapapun tentang ini. Tapi kalau tidak begini, Ichigo pasti akan terus mengikutiku, sih…"
"Kamu ngomong apa?"
"Gomen~ kau pasti tidak menyangka kalau aku sedang sekarat, kan?"
"Tapi aku tidak terlihat sedih, kan? Itu karena aku sudah melakukan semua hal yang aku inginkan. Sudah ketempat yang aku inginkan, beli barang-barang yang kusuka, rambut pun kuwarnai. Makanya, sudah tidak ada lagi yang aku sesali." Jelasnya dengan sangat riang. Tidak terlihat seperti orang yang sedang sekarat.
"Jangan dipaksakan."
"Apa?"
"Kau hanya pura-pura kuat, kan! Hanya karena itu makanya kau bilang ingin sendirian, kan?" bentak Ichigo. Ia sangat keal dengan sikap Rukia yang tidak masalah bila harus pergi sekarang.
Kata-kata Ichigo itu melukai hati Rukia. Bukan karena kata-katanya kejam, melainkan karena apa yang dikatakannya itu benar.
Rukia menangis. Ia menangisi dirinya yang selalu membohongi perasaannya sendiri. Ia menangisi kebodohannya, yang berpura-pura kuat padahal hatinya menjerit, menolak untuk mati sekarang.
"Hiks…hiks…se—sebenarnya aku…ingin bisa lulus SMA, dam masuk ke Universitas yang kusuka. Hiks…a—aku ingin meraih mimpiku. Hiks hiks…A—aku juga belum pernah merasakan jatuh cinta. " Rukia menangis terisak-isak. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya yang pucat.
"Kalau begitu…maukah kau berpacaran denganku?"
Satu kalimat itu berhasil membuat Rukia menghentikan air matanya. Ia menatap punggung Ichigo yang berada di sebelahnya.
Rukia tertawa kecil mendengar pertanyaan Ichigo. Ia merasa senang walaupun itu hanya kata-kata untuk menghibur. Meskipun bagi Ichigo ia sama sekali tidak ada maksud untuk menghibur gadis itu.
"Benar juga, ya.. Ichigo suka padaku sih…"
"Iya."
Hanya satu kata itu dan sekali lagi berhasil membuat wajah Rukia penuh dengan ekspresi kaget, tidak menyangka, seorang Kurosaki Ichigo yang menjadi idola dan panutan bagi semua siswa, akan mengatakan kalau dia menyukainya.
"Kalau kau hanya menunggu kematian, hidupmu akan menjadi pahit. Makanya, jadilah pacarku. Aku akan membuat hidupmu menyenangkan."katanya dengan wajah serius.
"Uph—haha…"
"Kau! Orang sedang serius begini!"
"Iya. Arigatou, Ichigo-kun. Aku juga ingin berpacaran denganmu."
Sekali lagi…
Ada alasan bagiku…
Untuk tetap bertahan hidup…
~Chapter 1, End~
~0o.o0~
Wiiiii! Selesai! Tapi baru chapter 1…
Padahal Ai berniat jadiin oneshot…tapi berhubung waktunya terbatas, jadilah Ai buat twoshot
Gomen para readers, kalau kata-katanya ancur banget..entah kenapa kemampuan menulis Ai hilang ditelan bumi *cielah*
Maaf juga kalau kebanyakan dialog, karena cerita ini pada dasarnya dari komik, n Ai bingung buat kalimat penjelasnya.
Hikari-san…kalau dikau membaca fic ini…tolong R&R yak….
N jangan lupa, ada Ai n Luna n readers lainnya yang masih menanti kedatangan ficmu "WFY"
IchiRuki FC! Kita pertahankan IchiRuki! Jangan mau kalah dengan pairing lain!
Soshite…
Dengan fic ini, Ai resmikan tanggal 12 may sebagai "IchiRuki Day"!
~Review Please~
