Disclaimer :
Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Genre : Famiy, Romance, fluff
Rating : M
Original story by Miichan
Apabila terdapat kesamaan semua hanya kebetulan dan ketidaksengajaan semata.
WARNING !
*Mengandung Adegan Dewasa Yaoi dalam dosis tinggi.
*Dapat menyebabkan sakit mata, mual dan muntah dan gangguan kesehatan lainnya.
*Bagi yang tidak suka jangan membaca sebelum Anda terlambat.
*Bagi yang sudah yakin, siap lahir batin untuk membaca, silahkan membaca dengan tenang. :v
.
.
.
.
Kedua mata merah itu hanya mampu memandang dari kejauhan. Tangannya terkepal di kedua sisinya.
Keberadaannya untuk melihat perkembangan proyek yang sedang di jalankan malah membuatnya mengetahui sebuah kebenaran yang tak pernah dia duga sebelumnya .
Dadanya terasa sesak melihat pemandangan yang dilihatnya. Tak perlu meminta penjelasan, dirinya cukup mengerti bahwa kedua orang yang tengah bermesraan itu pastilah saling mencintai.
Tak jauh dari tempat pria itu berdiri, Seorang pria yang dipastikan merupakan rekan kerjanya, seseorang berambut pirang dengan nama Hayama Kotarou memperhatikan Atasannya yang diam sambil melihat sesuatu.
'Apa yang anak itu lakukan ?' Batin Kotarou bertanya,
Saat pandangan matanya mengarah ke objek yang sedang dilihat temannya , dirinya terbelalak tak percaya. Dua tahun menjadi Senpai Dan tujuh tahun menjadi teman Karib. Dirinya tentu kenal betul dengan dua orang yang dilihatnya.
"Ayo kembali."
Suara berat menyadarkan Kotarou dari rasa terkejutnya.
"Kau baik-baik saja, Akashi ?
" Apa maksudmu ?"
Mengerti jika Atasannya ini sedang tidak ingin membahas topik yang sensitive, Kotarou memilih mengalah dan memberikannya waktu.
"Ah, tidak."
Akashi dan Kotarou pun masuk kedalam mobil hitam untuk kembali ke kantor.
.
.
.
Kotarou tentu khawatir, Akashi sejak tadi belum keluar dari ruangan pribadinya padahal jam pulang kantor sudah lewat jauh sekali. Dia takut Akashi akan melakukan hal yang tidak terduga. Meskipun dia tahu mantan adik kelasnya itu bukanlah orang yang berpikiran dangkal.
Dengan segala perhitungan yang ada Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kayu berukuran besar. Kemudian masuk setelah mendengar persetujuan. Sedikit bernafas lega ketika melihat Akashi ternyata sibuk dengan laptop dan berkas-berkas.
"Kau tidak pulang ?"
"Kau pulang saja duluan aku masih banyak pekerjaan."
Jika dibiarkan seperti ini tidak hanya tubuhnya, jiwanya juga bisa ikut lelah, dan itu tidak baik untuk Akashi.
"Tidak baik memaksakan diri."
Kepala bersurai merah itu mendongak menatap Kotarou.
"Sejak kapan kau menjadi begitu peduli dengan urusanku."
Menghela nafas lelah menghadapi Akashi. "Sejak kau menjadi Kohaiku yang keras kepala."
.
.
.
"Kau gila.". Bentak Akashi pada Kotarou yang membawanya ke sebuah bar. Seharusnya dia sadar sejak awal mengingat peringai anak buahnya itu.
"Benar Akashi, si pirang ini memang gila, seharusnya kita pergi ke restoran mewah.."
Ucap Nebuya Eikichi, yang juga merupakan mantan senpai Akashi , sekarang bekerja sebagai kepala Bodyguard.
"Dasar gorilla ! Yang ada di pikiranmu hanya makanan saja."
"Makanan itu penting, taring imut ! Memang para pelacur itu bisa membuatmu kenyang ? "
"Jaga mulutmu !" Kotaro menarik kerah baju Nebuya. "Dan siapa yang kau panggil imut, hah ?!"
Seijuurou merasakan kepalanya semakin pening saja.
"Aku mau pergi."
"Ayolah, Akashi. Kau butuh melepaskan bebanmu."
"Di tempat seperti ini ?"
"Ini adalah tempat terbaik untuk mengibur diri."
"Itu untuk orang tak bermoral sepertimu."
"Tak apa jika tak ada yang membuatmu tertarik,tapi setidaknya kau bisa sedikit melupakan masalahmu."
Melihat ekspresi Kotarou yang begitu memohon akhirnya membuat Akashi luluh.
"Baiklah."
Kotarou tersenyum cerah.
"Bagus."
Dan mengajak Akashi masuk kedalam bar.
"Ngomong-ngomong pirang, kau harus traktir minumanku."
"Pulang saja kau !"
.
.
.
Akashi menikmati minumannya di meja bar. Walau nyatanya dia tidak terlalu suka dengan suasana seperti ini.
Dia bukanlah orang suci yang sama sekali belum pernah mengunjungi tempat sejenis. Dia pernah berkunjung ke beberapa tempat yang seperti ini sebelumnya. Dia hanya tidak terlalu suka keramaian.
Hal-hal semacam lampu warna-warni yang berkedip-kedip, suara bising musik, bau menyengat alkohol dan kumpulan orang-orang bukanlah dunianya. Tinggal di tempat ini selama lebih dari satu jam merupakan keajaiban tersendiri yang ia sendiri tak mengerti kenapa.
Dilihatnya Kotaro sudah mendapatkan orang pilihannya yang akan dia bawa untuk mengabiskan malam. Dan Nebuya Eikichi ? Meskipun saat awal dia setuju dengan Akashi, tapi nyatanya dia juga sibuk menggoda penari tiang. Dasar mereka berdua itu sama saja. Begitu ada yang menggoda sedikit saja langsung di lahap juga.
Di tempat seperti ini tentu tak sulit menemukan orang yang menjajakan dirinya. Mereka berlomba-lomba menarik perhatian agar pengunjung mau menghabiskan waktu dengan mereka tentu saja dengan harapan akhir mendapatkan uang dengan jumlah banyak.
Salah satunya kini berjalan ke arah Akashi. Melangkah dengan pasti dengan gerakan yang jelas untuk menggoda. Kemudian berhenti saat tiba di sebelah Akashi.
"Sepertinya kau butuh hiburan, tuan."
"..". Akashi memilih mengabaikan saja orang yang sedang menggodanya.
"Bagaimana kalau sedikit 'bermain' "
"Aku tidak tertarik."
Tak merasa terganggu dengan kalimat dingin Akashi si manis itu malah semakin mendekatinya. Mengalungkan tangan putihnya di leher eksekutif muda.
"Menyingkirlah, aku tak sudi di sentuh olehmu !"
Akashi dengan kasar menyingkirkan tangan yang telah lancang menyentuhnya. Dia tidak suka di sentuh oleh sembarang orang, apalagi oleh makhluk yang menurutnya sangat kotor.
Tak menyerah, serangan lanjutan di berikan. Membuat Akashi melebarkan matanya. Tadinya dia bersiap-siap akan membunuh orang tidak tahu diri yang melakukan hal itu padanya. Namun pikirannya berubah di detik berikutnya.
Rasa marah dan jijik lenyap seketika saat bibir kenyal itu dengan seenaknya menjajah bibirnya. Ciuman itu terasa manis dan menyebabkan candu. Sebenarnya benci untuk mengakui bahwa ciuman itu cukup mampu menenangkan dirinya dirinya.
Seringaian kecil tampak di bibir orang di depannya setelah melepaskan ciuman. Dia cukup tahu menghadapi orang keras kepala seperti pria di hadapannya.
"Sudah ku bilang, kau butuh hiburan."
Pinggang ramping seketika ditarik, Akashi mendesis tajam.
"Katakan apa maumu ?"
Wajah seketika tersenyum lebar ketika merasa berhasil mendapat tangkapan. "Aku hanya ingin menghabiskan malam denganmu."
Nada manis dan manja mengalun secara sensual. Tangan putih menyentuh wajah tampannya. Aroma manis menyapa inderanya. Meskipun bukan Alkohol namun wangi vanilla itu terasa lebih memabukkan. Sesaat Akashi tenggelam dalam tatapan sebiru samudra.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan."
Akhirnya pertahanannya pun runtuh.
Entah sejak kapan mereka kini telah terduduk di sofa. Akashi memberikan ciuman ganas yang di sambut oleh pemuda di depannya , mengikut sertakan lidah, menghisap dan melumat mengeksploitasi setiap bagian di mulut mungil yang sejak tadi menggoda dengan rayuannya.
Melakukan ciuman dalam waktu yang lama. Jas mahal milik Akashi tampak sedikit kusut karena diremat.
Saat Tangan Akashi mulai masuk kedalam baju yang dikenakan, Sedikit heran dengan kondisi tubuh orang yang duduk dipangkuannya.
Rata. Tidak memakai bra.
Ciuman dilepaskan. Sang partner sempat heran dengan yang dilakukan si merah.
"Kau.. laki-laki ?"
Tanyanya memastikan.
"Tentu saja ! kau pikir aku perempuan ?!" Jawabnya sedikit kesal.
"Memang."
"Jangan-jangan kau tidak tahu ini tempat apa ?"
".." Akashi terdiam, memang Karena terlalu memikirkan perselingkuhan yang tertangkap matanya dia tidak sadar jika Kotarou mengajaknya ke bar khusus.
Tapi dia rasa bukan itu faktornya. Penampilan anak itu lah yang membuatnya mengira bahwa dia perempuan. Bibirnya merah mengkilat menggoda siapapun untuk menciumnya. Leher putih jenjang membuatnya membayangkan betapa indahnya jika di penuhi ruam-ruam merah hasil karyanya dan juga badannya yang mungil yang Akashi rasa akan sangat pas dalam rengkuhannya.
Siapapun tak akan percaya jika anak ini laki-laki.
"Pantas saja kau tidak bereaksi saat aku menggodamu, ternyata kau masih suka perempuan. "
Kecewa karena salah sasaran si manis beringsut turun dari pangkuan, namun belum sempat kakinya melangkah pergi tangannya sudah di cekal oleh Akashi.
"Tunggu ! bisa-bisanya kau pergi saat kita sejauh ini. !"
"Memangnya apalagi yang bisa kita lakukan ?! bukankah kau lebih suka wanita ?"
"Aku hanya mengira kau perempuan, bukan berarti aku bilang aku tidak mau melakukannya denganmu."
Setelah mendengar penjelasan Akashi pemuda itu tidak jadi pergi, membuat Akashi merasa lega.
"Baiklah.. " Jemari lentiknya di mainkan atas dada bidang dengan pola tak teratur yang mampu membuat percik api pada diri Akashi. Kemudian berbisik lirih dengan nada menggoda.
"Mau lanjut di kamar ?"
Seumur hidupnya Akashi bukanlah orang yang suka bermain dengan wanita, ini Karena Akashi sangat menghormati ibunya, tapi orang ini bukan wanita, tapi Akashi juga bukan orang yang suka dengan pria.
Namun dengan penampilan si pemuda manis yang seperti ini, tak heran jika banyak pria normal yang tidak keberatan berbelok sesekali dan kemudian memakai jasanya.
Merekapun pergi menuju hotel yang terhubung dengan bar.
Di sudut ruangan Kotarou tertawa puas. Akhirnya Akashi bertemu orang yang menarik perhatiannya. Usahanya tidak sia-sia.
.
.
.
.
Begitu sampai di hotel Akashi langsung menutup pintu kamar yang di pesannya. Menghempaskan tubuh kecil itu di baliknya. Sengaja merapatkan tubuh mereka higga tubuh mereka saling menempel. Ciuman panas kembali dilakukan. Kali ini lebih liar dan lebih dalam dari sebelumya. Kedua bibir saling menyerang tidak sabaran. Tangan Akashi meraba punggung kemudian turun meremas pantat.
Akashi menjauhkan tubuhnya, mengakhiri kecupan dengan bibir yang sudah terlihat membengkak.
"Aku akan memberimu waktu untuk bersiap-siap." Kemudian berlalu menuju kamar mandi.
Pemuda itu berjalan menuju tempat tidur. Tubuhnya masih lemas akibat ciuman panas yang diberikan oleh Akashi. Menggunakan waktu sebaik mungkin untuk bersiap-siap.
Akashi telah kembali dari kamar mandi, tubuhnya hanya tertutup oleh selembar handuk di bagian bawahnya.
"Kenapa kau tidak membuka semua bajumu ?" Tanyanya ketika melihat keadaan orang yang akan menemani malam panasnya.
Tubuhnya hanya tertutup baju atasan berwarna putih, Sedangkan kaki putih dan jenjangnya terekspose dengan jelas. Memang terlihat erotis.
"Bukankah kalau kau yang membukanya akan lebih menyenangkan ?"
"Kau benar-benar pandai menggodaku."
Kecupan pada leher jenjang di berikan, ciumannya turun ke daerah sekitar dada itu. Kecupan, hisapan, dan gigitan kecil, berhasil mewarnai kanvas putih tersebut menjadi bidang yang penuh dengan bercak merah kissmark.
Tangan putih itu mendorong tubuh tegap Akashi hingga berbaring di ranjang.
"Sekarang nikmatilah service ku."
Kepala direndahkam ke tubuh bagian atas Akashi yang telanjang. Lidahnya terjulur, mencicipi tiap-tiap kulit putih dan meninggalkan jejak saliva di sana hingga ia berhenti pada nipple yang telah menegang itu. Menemukan bagian yang pasti mampu memberikan sensasi menyenangkan untuk lawannya, lantas melahap tonjolan berwarna kecoklatan.
Sesekali digerakkannya lidahnya memutari dan menjilat ujung tonjolan dalam mulutnya tersebut dan tentu dengan hisapan menggelitik yang Akashi rasakan. Benar saja dugaannya, meski pelan, namun ia dapat mendengar Akashi mendesahkan apa yang sedang dirasakannya saat ini. Tapi ini belum seberapa.
Merasa cukup dengan bagian dada, Kali ini kepalanya ia tepat di depan bawah Akashi.
Tidak mau membuang waktu, tangan mungilnya begitu cekatan melepaskan dengan menurunkan handuk yang di pakai Akashi. Mata biru sedikit melebar ketika melihat bagian tersembunyi Akashi yang tak pernah sekalipun ia pikir akan dilihat olehnya. Yah, kejantanan itu mencuat tegak dan keras dengan precum yang telah melumuri ujung miliknya.
Padahal sebelumnya dia mengira milik Akashi tidak akan sebesar ini karena berfikir bahwa Akashi tidak terlalu tinggi. Sementara itu Seijuurou mendengus mengetahui apa yang ada di pikiran orang di hadapannya. Dia terlalu meremehkannya, lihat saja nanti Akashi akan membuatnya susah berjalan.
Kedua mata yang besar itu menatap lekat pada bagian tersebut, nafasnya semakin memberat kala membayangkan dirinya mengulum bagian berukuran cukup besar yang akan berada dalam mulutnya, memancing erangan-erangan puas dari tuan muda Seijuurou. Penis mulai digenggam, kemudian menaik-turunkan perlahan.
Akashi yang sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi mengambil posisi duduk agar ia bisa melihat bagaimana mulut itu akan memanjakan miliknya di dalam mulut hangat itu. Tanpa memberikan aba-aba, tangan Seijuurou secara mengejutkan mendorong kepala si biru hingga membuat mulutnya kini telah penuh oleh kejantanannya.
"Mnghh! Nggh!"
"Benar... begitu, "
Gumaman yang tercipta memberi efek getaran ke penis Akashi. Akashi bisa mabuk kepayang jika begini terus. Akashi menahan kepala itu yang naik turun.
Mulut mungil itu menghisapi dan sesekali mengemut miliknya seperti permen. Lidah kenyalnya juga setiap menjelahi bagian lainnya. Dan gerakan kepala maju-mundur hingga ia bisa merasakan tenggorokan yang memberikan rangsangan lebih hebat.
Persetan dengan statusnya, juga janji kepada ibunya. Akashi tetaplah pria normal yang tidak tahan bila mendapat godaan kenikmatan semacam ini,. Diapun bangun dari posisi berbaring dan duduk berhadapan dengan sang partner yang menghadap nya dengan tatapan binggung.
"Aku akui kau memang pandai memuaskanku, tapi aku lebih suka mengendalikan permainan."
"Kalau begitu lakukan sesukamu, tuan.
Posisi sekarang berbalik gantian Akashi yang ada di atasnya.
Tak butuh waktu lebih dari seperdetik baginya, untuk merasakan jari Akashi menembus dirinya.
"Akhh...!" hanya erangan yang dihasilkannya, "
"Tenanglah, ..." bisiknya sembari terus menciumi tengkuk yang sudah terlumuri keringat.
"Ahhh.."
Akashi menyeringai. "Disini kah." Gumamnya begitu mengetahui letak titik kenikmatan parternya.
"Uhh... Mmhh..." suaranya habis menahan gejolak tubuh bagian bawahnya tersebut,
"Ngh.. "
Saat itu juga tangan sang eksekutif muda diwarnai cairan putih kental.
"Kau cepat juga rupanya..." Ucap Akashi dengan nada sedikit mengejek lalu mengeluarkan jemarinya dan meraih wajah manis itu hendak memberikan ciuman.
Bibir mungil itu mengerucut imut,. "Ini juga gara-gara dirimu," lalu menyambut ciuman basah yang diberikan pemuda berambut merah itu. Kedua tangannya mulai di lingkarkan pada bahu Akashi.
"AKH! "
Jeritnya ketika ia merasakan sebuah benda asing berukuran besar yang merangsek masuk kedalam lubang sempitnya.
" Kau tidak apa-apa...?" Akashipun pun menghentikan sejenak pergerakannya menembus tubuh lawan mainnya.
"Ngh..." berusaha bernafas dengan teratur, "...tidak apa... Lanjutkan saja... !" rajuknya sembari mengubur wajahnya dalam dada sang emperor berusaha melupakan rasa sakit. Meski ini bukanlah pengalaman pertama, tapi dia tetap merasakan kesakitan ketika hendak melakukan penyatuan.
Akashi menarik ujung bibirnya, lalu mengecup kulit kepala yang tertutup helaian rambut biru tersebut, "... tahanlah..."
Semakin batangnya menerobos liang kecil , semakin sakit yang rasakan oleh, Akashi pun menahan nafas, berusaha tenang, meskipun jika mau dia bisa saja langsung memasukkannya sekali hentak, tapi di juga tidak tega jika orang itu kesakitan.
"Sakit kah?" tanya-nya saat seluruh kejantanannya sudah berada dalam tubuh parternya.
Pemuda bishie ini hanya menggeleng pelan,
"Sedikit..." Ia memberanikan diri untuk menatap wajah orang di atasnya, "...kumohon... bergeraklah..."
Akashi memulai pergerakannya secara perlahan, dan menghasilkan desahan pelan nan bergairah dari pemuda yang diatapinya. Ia mulai merasakan jemari partnernya yang tak lagi mencengkram punggungnya erat, Ia mulai terbiasa dengan ritme pergerakannya dan rasa sakitnya sudah tergantikan oleh nikmat.
" Memohonlah, ," Bisiknya sambil menyeringai setelah melihat mimik wajah yang sudah berantakkan memerah, menahan sakit, sekaligus menggambarkan nikmat.
"Ngh... " usahanya memintal perkataan ditengah hujaman , "... kumohon... ... AKH!"
Desahan yang terdengar bersamaan saat Akashi tepat mengenai sweet-spot yang berhasil membuat partnernya itu keluat untuk yang kedua kalinya.
Kamar yang dingin karena AC, menjadi hangat penuh gairah dengan diwarnai desahan-desahan dua insan yang tengah menuntaskan hasrat mereka.
"Ahhh... cepat! Lebih... cepat...! Ahh... hhh..." Pintanya, mencengkram kembali dan menggali kuku-kukunya dalam punggung putih itu yang menyebabkan sang pewaris Akashi Corp itu berjengit menahan perih.
"Akashi mengherankan rendah saat merasakan dinding yang melingkupi kejantanannya itu mulai sempit dan menjadi sangat panas.
"Akh... ... Ke... keluarkan saja ..!"
Desahnya saat merasakan klimaks untuk yang ketiga kalinya, .
Akashipum pun ikut mengerang, seiring menghamburnya cairan putih miliknya dalam lubang kemerahaan .
Akashi berhenti sejenak untuk mengatur nafas. Setelah dirasanya cukup, ditarik miliknya yang masih menancap dalam tubuh parternya. Masih tampak olehnya cairan putih tersebut diujung 'batang'nya.
Akashi membaringkan tubuhnya, meletakkan di atas mata, membiarkan sejenak bernaung dalam pandangan gelap.
Janji kepada sang ibu untuk menghargai kekasihnya terlupakan. Tapi anehnya dia tidak menyesal sedikitpun. Lagipula jika dipikir-pikir dialah korbannya.
.
.
.
Waktu masih menunjukkan pukul 05.00 pagi ketika Akashi bangun begitu mendengar suara air shower yang menyala. Ternyata sang partner yang menemani malamnya telah bangun.
"Aku tidak menyangka kau orang yang bisa bangun pagi."
"Aku harus pulang setelah ini." ucapnya sambil membetulkan kancing bajunya.
Akashi pun bangkit dari ranjang kemudian berlalu menuju kamar mandi.
"Apa kau suka kopi ? Aku buatkan untukmu."
Ucap si pemuda itu pada Akashi yang telah selesai dari kamar mandi. Tubuhnya hanya berbalut bathrobe. Akashipun menerima dengan senang hati.
"Terimakasih."
Mereka memesan makanan, melalui jasa room service masih ada sekitar dua jam sebelum waktu check out. Melewati pagi dengan , ayam goreng saus Belgia dan waffle.
"Siapa namamu.". Tanya Akashi pada orang yang telah melewati malam panas bersamanya. Karena terlalu terbawa suasana mereka bahkan belum sempat mengetahui nama masing-masing .
"Kau bisa memanggilku Tetsuya,"
"Tetsuya ?" Tanyanya mengulang. Si biru muda mengangguk.
" Nama yang bagus. Kau bisa memanggilku Seijuurou. Kalau begitu." Jawabnya seraya meminum kopinya dengan elegan.
"Baiklah, Seijuurou-kun."
"Saat melihat penampilanmu, aku kira kau masih bocah ingusan, ternyata aku salah."
"Jangan menilai buku dari sampulnya, Jangan menilai rasa dari kemasannya. "
"Kau harus selalu memikirkan hal itu."
Akashi tersenyum, merasa terhibur dengan perkataan Tetsuya. Orang yang menarik. Pikirnya dalam hati.
"Ya, kau benar."
Akashi mengambil sebuah benda dari saku jasnya dan menuliskan sesuatu. Lalu menyerahkannya pada Tetsuya.
"Ini adalah bayaranmu. "
Akhirnya yang ditunggupun tiba. Mata biru Tetsuya membulat sempurna ketika melihat jumlah angka yang tertulis di kertas yang dapat dia tukarkaan dengan sejumlah uang di genggaman, beberapa kali mengedipkan mata takut jika salah menghitung jumlah angka nol yang tertulis di sana "
"Ini.. Banyak sekali." Tetsuya berujar tak percaya.
"Anggap saja karena pelayananmu memuaskan."
Senyum indah terbit dari wajah yang selalu datar.
"Terimakasih banyak tuan. Baiklah, aku harus pergi."
Sebelum pergi Tetsuya sempat mengecup singkat bibir Akashi.
Pria berambut merah itu memandang punggung kecil yang mulai menjauh. Satu hal yang Seijuurou sadari, Tetsuya membuatnya melupakan masalah yang sedang dialaminya.
Bersambung.
Aaaaaaa Saya gk berani baca ulang . Maaf kalau ada typo dan kata yang hilang ya..hehehe
