Disclaimer:

Aoharu x Kikanjuu © NAOE

Di balik Sebuah Kata © Convallarie

Warning :

Possibility OOC, typo's

.

.

.

A – Airsoft Gun

Matsuoka duduk termenung di sebuah kursi kafe sambil memainkan sedotan di gelas minumannya. Tangan yang lain ia gunakan untuk menopang kepalanya yang sejak tadi terarah ke jalan. Waktu terus berlalu hingga orang yang tengah ditunggunya nampak berada di seberang jalan. Mata biru pemuda itu berkilat senang tatkala pemuda satunya yang berambut hijau itu melambaikan tangan ke arahnya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Masamune." Sambil meletakkan kotak persegi panjang berwarna silver di atas meja, Midori memilih duduk berseberangan dengan Matsuoka.

"Tidak apa-apa, senpai. Aku juga belum lama sampai, kok."

Mata kelabu milik Midori melirik gelas minuman Matsuoka yang hampir kosong, ia kemudian tersenyum. Benar-benar kemampuan berbohong yang buruk.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang menghampiri keduanya. Midori memesan dua gelas orange juice—satu untuknya dan satu lagi untuk Matsuoka. "Anggap saja pemintaan maafku karena sudah membuatmu menunggu lama, Masamune." Katanya sambil melirik gelas kosong milik Matsuoka.

Tahu kebohongannya telah terbongkar, wajah Matsuoka merah merona. Untuk mengalihkan rasa malunya itu, Matsuoka kemudian menaruh perhatian pada kotak berwarna silver yang Midori bawa. "Midori-senpai, apa itu?"

"Ah! Benar, aku ingin menunjukkan ini padamu." Bukannya membuka kotak itu, Midori malah menyodorkannya langsung kepada Masamune sambil tersenyum. "Bukalah!"

Mengangguk mengerti, Matsuoka pun membukanya. Ia sedikit terkejut dengan benda apa yang berada di dalamnya.

"Airsoft gun," Belum sempat Matsuoka bertanya, Midori sudah lebih dulu memberitahu benda apa tersebut. Dengan pandangan penuh tanya, Matsuoka menatap senior di sekolahnya itu. "Bermainlah Survival Game bersamaku, Masamune."

.

B – Bored

Untuk kesekian kalinya Yukimura Tooru menghela napasnya berat. Ia duduk termangu di depan meja kerjanya dengan pandangan tak bersemangat. Kertas dan alat tulis dibiarkan berserakan di atas meja, juga tumpahan tinta diabaikannya seakan itu tidak ada. Sama seperti pengarang lainnya, Yukimura Tooru juga bisa terkena writer block. Yang lebih penting lagi, saat ini ia merasa sangat bosan.

Melihat jam yang tertempel di dinding, Yukimura tahu bahwa di jam segini sahabat karibnya—Matsuoka Masamune masih berada di tempat kerjanya. Pasti sedang bersenang-senang dengan para gadis. Untuk sesaat Yukimura merasa iri pada Matsuoka, dengan pekerjaan seperti itu ia pasti akan sangat mudah mendapatkan inspirasi untuk serial terbarunya.

Lagi, helaan napas meluncur keluar dari bibirnya. Yukimura benar-benar bosan. Di jam segini sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang menyenangkan jika tidak dengan pergi keluar. Dan dia tidak ingin melakukan hal itu.

Ia juga tidak dapat mengharapkan kedua tetangganya yang lain, yang tidak bukan juga merupakan anggota tim Toy Gun Gun. Ia yakin, Tachibana-kun pasti sudah tidur karena ia masih seorang pelajar. Kalau Haru-Haru, Yukimura sanksi bahwa pemuda yang tempramennya tidak stabil itu mau mengizinkannya untuk mengganggu.

"Mattsun..."

Sambil menggumamkan nama panggilan Matsuoka, tangan Yukimura bergerak mengambil alat tulisnya. Dengan posisi kepala ditaruh di atas meja, ia mulai menggoreskannya pensil miliknya di atas kertas tanpa benar-benar tahu gambar apa yang tengah ia buat. Ia membiarkan tangannya begerak sendiri menarik garis-garis secara spontan.

Saat tangannya berhenti bergerak, Yukimura mengangkat kepalanya. Dengan malas ia mengambil kertas yang baru saja ia coret-coret untuk melihat karya macam apa yang ia ciptakan ketika sedang dilanda bosan. Tidak ada respon yang berarti, Yukimura hanya diam mematung masih dengan posisi tangan menggenggam kertas tersebut.

Sesaat kemudian tubuh kurus Yukimura limbung ke lantai. Kertas yang sejak tadi digenggamnya jatuh begitu saja ke atas meja. Pria yang bekerja sebagai ero-mangaka itu mulai menggumam tidak jelas. Wajahnya yang memerah padam ia sembunyikan di balik kedua lengannya. Rupanya ia benar-benar terkejut dan sangat malu dengan hasil gambar spontan buatannya.

.

C – Crossdress

Dengan tidak bersemangat Tachibana Hotaru menaiki tiap anak tangga apartement tempat tinggalnya. Sesekali helaan napas meluncur keluar dari mulutnya. Ia tidak menyangka akan berakhir dengan keadaan seperti ini. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya, gadis yang menjabat sebagai ketua OSIS itu kembali mengenakan sebuah rok. Benar, rok—benda yang menurut para lelaki adalah benda suci para kaum hawa selain pantsu. Benda yang akan berkibar indah jika tertiup angin—oasis yang tersembunyi di tengah padang pasir bagi para kaum lelaki.

Andai saja seragam miliknya tidak basah karena tersiram air bekas mengepel, Hotaru tidak akan pernah memakai benda tersebut. Terutama jika harus memakainya di area apartementnya. Tapi ada daya, Kanae terus memaksanya mengenakan seragam siswi dengan alasan tidak ada cadangan seragam laki-laki. Terpaksa lah ia memakai semua itu daripada pulang basah kuyup dan kotor. Semuanya tidak akan jadi lebih buruk lagi jika saja...

"H—Hotaru?"

Matsuoka Masamune, sang kapten tim Toy Gun Gun tengah berdiri memandangnya dengan tatapan kaget sekaligus tak percaya. Entah mengapa, wajahnya juga sedikit merona. Sedangkan Hosokawa Haruki yang berdiri di sebelahnya hanya menunjukkan reaksi biasa saja.

"Matsuoka-san! Haru-Haruki!" teriak Hotaru kaget. Ia sampai mendorong tubuhnya sendiri hingga bersandar ke pintu. Setetes peluh mengalir dari pelipis menuruni pipinya. "K—kenapa kalian ada di sini?!"

"Bukannya sudah jelas? Kami juga tinggal di sini. Apa kau melupakan itu? Dan satu lagi, penampilan yang menarik." jawab Haruki santai diselipi nada mengejek. Karena dia tahu bahwa Hotaru sebenarnya adalah perempuan.

Hanya Matsuoka yang sejak tadi terlihat tidak santai. Entah apa yang sedang ia gumamkan. Yang jelas wajahnya memerah tanpa alasan yang jelas.

Daripada malu alih-alih kesal, Hotaru malah menunjukkan raut wajah panik. "Tachibana bisa menjelaskan semua ini!"

"D—dasar crossdresser mesum!" Tuding Matsuoka dengan nada setengah berteriak sebelum berlari meninggalkan Hotaru dan Haruki.

Dipanggil seperti itu tentu saja membuat hati Hotaru serasa teriris. Terlebih lagi sisi wanitanya seakan terinjak-injak untuk kedua kalinya. Sedangkan Haruki hanya bisa tertawa kejam.

"Crossdresser mesum dia bilang. PFFTHAHAHA—"

.

D – Dream

Di tengah ketegangan arena pertempuran, seorang pemuda berambut pirang bersembunyi di balik pepohanan dengan senjata teracung. Mata birunya memicing tajam, membidik lawan yang berada tak jauh di depannya. Dengan gerakan secepat kilat, pemuda itu bergerak menyergap. Menempelkan ujung mulut pistol miliknya di kepala belakang sang lawan yang membeku di tempat.

"Kali ini aku yang menang, Midori-senpai."

Angin berhembus dramatis, menerbangkan helai keduanya. Pemuda berambut hijau itu kemudian menyunggingkan sebuah senyuman tanpa peduli apakah pemuda satunya melihatnya atau tidak. "Benar, aku kalah. Tapi, Masamune, saat ini kau masih di tengah pelajaran."

"Eh?"

Matsuoka Masamune terjaga dari tidurnya dengan posisi berdiri sambil mengarahkan entah ke mana kedua tangannya yang seperti sedang memegang senjata. Seisi kelas hening tak bersuara, puluhan pasang mata tertuju padanya dengan tatapan heran. Dengan perasaan amat sangat malu Matsuoka kembali duduk sambil tersenyum kikuk. Ia jadi semakin ingin segera meninggalkan kelas dan berlari menemui senior kesayangannya untuk mengadu.

.

E – Eagle

"Kau menyukai elang, Ichi?"

Akabane Ichi terkesiap di tempat duduknya. Matanya yang sejak tadi memperhatikan layar ponselnya beralih pada pria berambut hijau yang berdiri di belakangnya. Midori Nagamasa lengkap dengan jubah putihnya tengah tersenyum kepadanya. Membuat gadis yang bertugas sebagai perawat itu merasa gugup dan tersipu malu.

"M—midori-sensei..."

Dokter muda itu masih menyunggingkan senyuman manis di bibirnya. Ia kemudian merubah posisinya dengan sedikit menduduki meja di depan Akabane sambil menyilangkan lengan di dada. "Aku tidak begitu tertarik dengan dunia unggas. Tapi menurutku, daripada elang kurasa Ichi lebih cocok dengan rajawali. Kau tahu, kan? Rajawali memiliki pandangan lebih tajam daripada elang. Seperti itulah Ichi."

Satu tepukan halus di kepala gadis itu sebelum Midori benar-benar pergi meninggalkan Akabane yang wajahnya memerah padam.

.

F – Fake

Fujimoto Takatora termenung menatap senyuman pria berambut hijau di hadapannya. Satu dari sekian banyaknya bagian dari diri Midori Nagamasa yang ia kagumi. Jauh di dasar hatinya Fujimoto sedang bertanya-tanya, bagaimana rupa asli dari senyuman milik dokter panutannya itu. Meski enggan untuk mengakuinya, Fujimoto sadar bahwa senyuman yang ditunjukkan Midori selama ini seperti sebuah kepalsuan.

Ia kemudian teringat kata-kata Ichi tentang senyuman Midori di foto yang di mana Midori sedang bersama dengan Matsuoka Masamune. Mereka tampak begitu bahagia di foto tersebut. Dan Fujimoto tidak bisa menyangkal bahwa seharusnya memang seperti itulah senyuman asli milik Midori Nagamasa. Bukan senyuman penuh keterpaksaan.

Lebih dari satu pertanyaan yang sebenarnya ingin Fujimoto utarakan. Seperti, mengapa harus Matsuoka Masamune? Kenapa bukan dirinya? Apa yang tidak dimiliki dirinya maupun anggota Hoshishiro lain agar bisa membuat sang kapten bisa tersenyum seperti itu?

"Apa artinya aku bagimu?"

"Eh? Kau mengatakan sesuatu, Fujimon?"

Kaget dan panik. Mungkin itu kata yang paling tepat untuk mewakili perasaan seorang Fujimoto Takatora saat ini. Tanpa terasa mulutnya berbicara sendiri, meloloskan sebuah pertanyaan yang paling membebani benaknya dalam sebuah gumaman.

"T—tidak. Bukan apa-apa, Midori-san." Dustanya dengan seulas senyum terbentuk di bibir.

"Ah, begitu. Kupikir kau mengatakan sesuatu."

"Ne, Midori-san. Boleh aku minta untuk kau mengelus kepalaku?"

Pria berambut hijau itu menarik sudut bibirnya, tangannya ia gerakan untuk meraih pucuk kepala si silver yang kini tersenyum senang. "Kau benar-benar menjijikan ya, Fujimon."

Benar, saat ini Fujimoto Takatora tidak peduli—lebih tepatnya berusaha tidak memperdulikan apa arti eksistensinya bagi seorang Midori Nagamasa. Dianggap makhluk menjijikan pun ia tidak keberatan. Diberikan senyuman palsu sang dambaan seumur hidupnya pun Fujimoto akan dengan senang hati menerimanya.

Ia mungkin tidak memiliki ruang di hati sang kapten. Tapi, meskipun cuma sedikit, ia masih memiliki tempat untuk mengisi halaman kosong di catatan hidup seorang Midori Nagamasa. Bahwa Fujimoto Takatora pernah singgah di kehidupan Midori Nagamasa. Itu sudah cukup untuknya.

.

G – Gentle

Dari sekian banyaknya luka fisik maupun luka batin yang telah Midori Nagamasa torehkan pada dirinya. Matsuoka Masamune tidak pernah melupakan sisi lembut pria yang pernah menjadi orang terpenting di hidupnya itu. Mungkin hal itu pula lah yang membuat dirinya tidak bisa membenci Midori Nagamasa meski setelah semua hal buruk yang ia lakukan pada dirinya.

Sosok yang selalu menemaninya dikala sedih, penyemangat ketika dirinya terjatuh dan terpuruk, menopangnya dikala ia lemah. Sepertinya baru kemarin ia rasakan tangan pria yang berprofesi sebagai sorang dokter itu mengelus lembut kepalanya. Membisikkan namanya dengan suara merdu yang menenangkan.

Terlalu banyak kenangan baik yang ditinggalkan pria itu di hidupnya. Bagaimana mungkin Matsuoka bisa membencinya?

.

H – Hug

Hosokawa Haruki tengah melamun di atas sebuah kursi panjang tanpa sandaran. Mata amber miliknya menerawang jauh ke kedalaman hutan yang akan digunakan sebagai arena survival game kali ini. Saking tenggelam dalam lamunannya, tanpa Haruki sadari, sepasang lengan memeluknya dari belakang. Melingkar erat di sekitar area pinggulnya.

"Nii-san."

Haruki berjengit di tempat. Secara refleks ia memutar kepalanya menyamping. Haruka, adik kembarnya tersenyum ketika mata mereka bertemu pandang. Sedangkan kedua lengannya masih melingkar erat di pinggul miliknya.

"H-Haruka! Lepaskan aku!"

Bukannya menuruti perintah sang kakak, Hosokawa Haruka malah semakin mengeratkan pelukannya. Mendekatkan hidung mancungnya ke tengkuk sang kakak, menghirup aroma tubuhnya. Membuat Haruki menggelinjang geli.

"Ah ... aku sangat merindukanmu, Nii-san."

"Tapi aku tidak! Jadi, lepaskan aku!" Kata Haruki sambil terus memberontak. Namun sayangnya Haruka jauh lebih kuat dari dirinya.

"Tidak usah malu, Nii-san. Aku tahu apa yang ada dipikiranmu."

Dalam batinnya Haruki menjerit. Ia ingin menangis jika saja mereka sedang tidak di tempat ramai. Dia tidak ingin tambah malu. Mengingat puluhan pasang mata peserta lain sedang melirik ke arah mereka sambil berbisik-bisik. Yang membuatnya makin sakit hati adalah ketika mengetahui anggota Toy Gun Gun yang lain malah membuang muka darinya. Maklum, Haruki mah gitu, baperan orangnya.

.

I – Insomnia

Hotaru bergerak gelisah di kasurnya, sudah hampir tiga jam ia berguling-guling di ranjang tapi belum juga bisa memejamkan mata. Ia tidak bisa berhenti memikirkan event TGC keduanya yang akan diikutinya besok. Dirinya kelewat antusias sampai tidak bisa berhenti memikirkannya.

Alhasil. Keesokan paginya Hotaru lagi-lagi kekurangan tidur. Entah sudah berapa kali dirinya menguap. Yang jelas ia merasa sangat mengantuk.

"Ya ampun, Hotaru. Suduh kubilang kan untuk tidur yang cukup karena hari ini kompetisinya." Protes Matsuoka.

"Mau bagaimana lagi, Tachibana terlalu antusias sampai terkena insomnia. Akhirnya semalaman tidak bisa tidur."

"Aku merasa seperti dejavu." Celetuk Yukimura, yang kemudian diamini oleh Matsuoka. Karena sebelumnya hal seperti ini memang pernah terjadi. Persis seperti ketika event TGC pertama Hotaru.

"Kalau begini, biar aku saja yang mengikuti pertandingan pertama. Kau boleh tidur selama menunggu." Usul Haruki.

"Ya, memang itu jalan yang terbaik. Kau tidak keberatan kan, Hotaru?"

Bukannya menjawab petanyaan Matsuoka, gadis berambut pirang itu ternyata sudah jatuh tertidur dengan posisi kepala di atas meja. Dengan begitu maka sudah diputuskan, untuk sementara Hotaru dibiarkan istirahat dan Haruki lah yang maju pertama. Jika mereka menang, maka pertandingan selanjutnya ia baru diturunkan.

.

J – Jealousy

"Curang! Aku juga mau kepalaku dibelai Midori-san!" Rengek Fujimoto. Cemburu ketika melihat sang kapten membelai kepala satu-satunya anggota perempuan di tim Hoshishiro.

"Pergi saja ke neraka!" Sinis Akabane pada pria berambut silver itu.

"Maa, maa, kalian berdua hentikan. Aku bisa memanjakan kali beruda." Seulas senyum tercetak sempurna di wajah sang dokter anak.

"Kalau begitu sekarang giliranku." Kata Fujimoto yang segera menyingkirkan Akabane dari hadapan Midori. Tentu saja hal itu sempat menuai protes dari yang bersangkutan.

"Ahaha ... kau ini benar-benar menjijikan ya, Fujimon." Ucap Midori sambil meraih pucuk kepala Fujimoto dan mulai mengelusnya. Sedangkan mata kelabunya melirik seorang lagi anggota timnya yang sejak tadi terdiam tanpa suara. "Kalau mau, aku juga bisa memanjakanmu, Haruka."

"Aku tidak butuh dimanjakan orang lain. Aku hanya mau Nii-san yang melakukannya."

'Dasar brocon!' Batin Fujimon dan Akabane. Sedangkan Midori sendiri hanya bisa tersenyum maklum.

.

K – Kiss

Matsuoka bergeming di tempat, otaknya masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadinya. Sejurus kemudian ia tergagap dan langsung menyentuh bibir miliknya dengan wajah memerah. Ia rasakan sensasi lembut itu masih membekas di sana. Sensasi ketika bibir milik Midori melumat bibir miliknya. Sebuah ciuman lembut yang tak menuntut. Ia bahkan hampir tak percaya bahwa yang melakukan itu adalah Midori Nagamasa yang sangat senang membuatnya menderita. Itu lebih seperti Midori yang ia kenal dulu, Midorinya yang selalu berada di sisinya.

"Anggap saja hadiah dariku karena kau sudah menjadi anak baik, Masamune."

.

L – Lucky Charm

"Wow! Kau beruntung sekali Yukki. Bisa mendapatkan hadiah utama undian!"

"Apa kau ingin kuberitahu rahasia keberuntunganku, Mattsun?"

"Sungguh ada rahasianya? Apa itu?"

"Karena Mattsun adalah lucky charmku."

.

M – Magnet

"Their soul is like amagnet, always pulling each other in a full force." Ucap Haruka membaca satu kalimat dari buku yang sedang ia baca. "Bukankah ini terdengar seperti kita, Nii-san?"

Haruki yang sedang sibuk dengan PSP di tangannya langsung memandang sanksi pada sang adik. Jika dulu, saat mereka masih kecil mungkin Haruki akan mengangguk mengiyakan. Meskipun kenyataannya anak kembar memang memiliki jiwa yang saling terhubung, tapi Haruki tidak ingin mengakuinya. Tidak dengan adik kembar yang terobsesi dengan dirimu sampai-sampai kau sendiri takut dibuatnya.

-TBC-


.

.

.

Author's note:

Hallo! Fanfic kedua saya di fandom ini.

Sebelumnya terima kasih buat Dori a.k anclyne, Jiyuu15, Seorang Reader, haisaki, SheraYuki, Shoujo Record, dan Iztha yang sudah memberikan reviewnya di fanfic saya sebelumnya. Juga terima kasih untuk yang sudah memfavorit dan para silent reader lainnya juga.

Oh iya, ini saya ceritanya nyoba-nyoba bikin drabble alfabet dan ternyata saya emang gak bakat. Lihatlah betapa hancur dan nggak jelasnya fanfic ini.

Rencananya fanfic ini cuma dijadikan dua chapter. Sisa huruf dari N sampai Z.

Ngomong-ngomong adakah yang mau nyumbang satu atau dua kata dari huruf yang tersisa buat dijadikan bahan drabblenya? Jujur, saya agak kurang kreatif dalam hal memilih kata. :"

Yah, saya rasa cukup. Terima kasih untuk yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca fanfic ini.

See you next chapter!