Takdir " Benang Merah "
By : Saita Hyuuga Sabaku
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : Sasuke U. Sakura H.
Rated : T
Genre : Hurt/Comfort, Romance, Family
Warning : AU, OOC, alur berantakan, typo bertebaran, gaje , maksa dll
Don't like Don't Read
***Happy Reading***
Summary : Hari yang sama, waktu yang berbeda , tempat yang sama , nasib yang berbeda. Sepasang insan yang terlahir ke dunia dengan takdir yang menunggu keduanya untuk menyatu.
Chapter 1
Malam dengan kehampaan yang mencekam menyelimuti desa bernama Konoha. Tak ada aktifitas apapun di malam selarut ini di desa yang damai itu.
Hingga...
'Buagh...' seorang anak lelaki terjatuh saat tengah berlari menyusuri jalan yang kurang pencahayaan itu dan berhasil membuat kakinya terluka.
"Aduh, sakit," gumamnya. Matanya tampak berkaca-kaca,tapi hal itu tak membuatnya menjatuhkan bulir air mata. Sesosok anak laki-laki berusia sekitar 7 tahunan itu tengah tersungkur memecah keheningan malam.
' Kami- sama, bagaimana ini, aku harus segera bertemu Ji-san Shikaku. Kaa-san akan segera melahirkan. Tapi kaki ku sakit sekali, aku tak bisa bergerak dengan cepat ' batinnya lirih.
Pemuda berambut raven panjang dan diikat ke belakang itu bernama Itachi. Dia sedang terburu-buru berlari menuju rumah pamannya agar bisa cepat membawa Kaa-san nya ke rumah sakit.
" Aku harus cepat, apapun yang terjadi aku harus cepat sampai disana," ucapnya lirih.
Ia terus berlari kecil dengan luka di kakinya sambil menahan sakit.
Akhirnya dia tiba di rumah yang dituju. Ia pun langsung mengetuk pintu itu. " Ji-san, Ji-san Shikaku, tolong bantu aku ," teriaknya seraya mengetuk pintu. Itu adalah kediaman keluarga Nara. Tak lama kemudian keluarlah sosok pria dengan rambut diikat ke atas dan berjenggot.
"Ada apa Itachi, sudah selarut ini, apa terjadi sesuatu pada Mikoto?" ucapnya cemas. Melihat Itachi yang datang dengan keadaan seperti ini, tentunya dia bisa menebak kalau terjadi sesuatu pada Mikoto, adiknya itu.
"Iya...Kaa-san..." Itachi mencoba bicara dengan nafas tersengal-sengal.
"Tenangkan dirimu dulu," ucap Shikaku. Setelah dirasa nafasnya mulai teratur, Itachi mulai berbicara.
"Kaa-san sudah mau melahirkan, Ji-san. Dan Kaa-san mengalami pendarahan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, makanya aku bergegas kemari. Tou-san masih belum kembali dari dinas." Akhirnya ia berhasil menyampaikan maksud tujuannya datang ke kediaman Shikaku.
"Astaga, kalau begitu kita harus cepat. Aku akan mengambil kunci mobil di kamar, kau tunggulah sebentar," Shikaku bergegas ke kamar dan pamit pada istrinya untuk membawa Mikoto ke rumah sakit.
Dengan kecepatan penuh ia mengendarai mobilnya bergegas ke kediamaan Uchiha dan setelah sampai di sana ia pun bergegas membawa Uchiha Mikoto ke rumah sakit konoha.
Sesampainya dirumah sakit, Mikoto langsung di bawa ke ruang UGD karena kondisinya sudah sangat lemah, dan proses persalinan pun berlangsung cukup lama. Tampak wajah kekhawatiran menyelimuti Itachi dan Shikaku di luar sana.
Setelah lama menunggu, keluarlah wanita cantik dengan rambut blonde panjang yang dikuncir dua. Dia mengenakan jas putih khas dokter.
"Apa kalian keluarganya," ucap dokter bernama Tsunade itu.
"Iya, aku adalah kakaknya. Suaminya sedang dinas keluar desa Konoha. Bagaimana keadaannya?" seru Shikaku.
"Yah...meski dengan susah payah proses persalinannya berhasil, dia melahirkan anak laki-laki, tapi..." suara Tsunade meredup dan dengan menghela nafas panjang dia melanjutkan perkataannya, "...sang ibu tidak bisa terselamatkan, karena pendarahan yang terjadi. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain . Maafkan aku..." ucapnya lirih.
'Duuuuaaaarrrr' , bersamaan dengan petir yang menyambar dan hujan yang turun tiba-tiba dengan derasnya, berita buruk ini berhasil membuat kedua orang itu seperti habis tersambar petir. Air mata Itachi pun mulai turun dengan deras membasahi pipinya. Rasanya tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, ia pun berlari memasuki ruangan itu dan melihat wajah Kaa-san nya yang sudah sangat pucat itu. Dengan tangan mungilnya ia menggenggam tangan Kaa-san nya yang dingin.
"I..ini...tidak mungkin kan...ini bohong kan?" ucapnya terbata-bata. "Kaa-san bangunlah, Kaa-san, kumohon bangun," suaranya sesenggukan bersama dengan bulir air mata yang makin deras turun dari kedua mata onyxnya. "Jangan tinggalkan aku Kaa-san...hu...u...u...u..hiks...hiks hiks...Kaa...saaaan...," suaranya bahkan sudah sangat parau, tapi air mata itu terus mengalir bagai sungai tanpa hulu.
"KAA-SAN BAANGUUUUUUUN...," teriaknya kemudian. Tangisnya terdengar sangat memilukan, memecahkan keheningan rumah sakit . Tangis bocah berusia 7 tahun yang harus dihadapkan dengan cobaan berat seperti ini.
"Itachi, sudahlah, itu tak akan mengembalikan ibumu. Kau harus kuat," Shikaku berusaha menenangkan Itachi. Tentu saja ini juga sangat berat baginya. Adik semata wayangnya harus meninggalkannya lebih dulu. Terlebih saat sang suami tak berada di sampingnya. Biar bagaimanapun juga dia harus tetap tegar di hadapan keponakannya itu meski hatinya pun tengah merintih dan menjerit akan takdir ini.
Dia memeluk Itachi yang masih menangis. Berharap pelukan hangatnya dapat menenangkan sang bocah Uchiha itu.
.
.
.
Jauh di salah satu sudut rumah sakit itu, suara tangis bayi perempuan memecah petir dan hujan yang masih bergemuruh. Seorang pria dewasa nampak menghampiri dokter yang baru keluar ruang persalinan itu.
Tanpa di komando sang dokter langsung mengucapkan, "Selamat Tuan, istri anda melahirkan bayi perempuan yang sehat. Dan istri andapun telah berhasil melewati masa kritisnya," senyum mengembang di kedua sudut bibirnya.
"Terima kasih dokter," seraya menjabat tangan dokter itu,sang pria tak henti-hentinya bersyukur..
.
.
.
Hari yang sama, waktu yang berbeda , tempat yang sama , nasib yang berbeda. Sepasang insan yang terlahir ke dunia dengan takdir yang menunggu keduanya untuk menyatu.
_TBC_
Note : Riview, saran dan kritik akan sangat diperlukan untuk membantu saya agar semangat untuk melanjutkan menulis fic ini. Saya tau fic ini jauh dari kata sempurna. Saya masih sangat baru dalam dunia tulis-menulis seperti ini. Jika berkenan meninggalkan review, merupakan suatu penghargaan tersendiri bagi saya.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih bagi yang telah membaca fic abal ini, terima kasih jika bersedia meninggalkan review, dan terima kasih juga bagi para silent reader.
With love,
Saita
