Summary : Namikaze Ino, seorang siswi SMP berumur 14 tahun yang sedang berjuang menggapai cintanya pada Sang Pangeran Sekolah. Namun sialnya, ia selalu dihalang-halangi oleh kedua kakaknya, Naruto dan Deidara.
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Yamada Family : Fight for Love © Ryo Azuki
Warning : AR, sedikit OOC.(atau banyak?) Dan uhm, crack pairing.
Ini adalah sebuah penpik yang diadaptasi dari salah satu komik shoujo kaporit saya yang berjudul Yamada Family : Fight for Love karya Ryo Azuki. Tapi tenang… saya sedikit-banyak mengubah cerita komik itu kok.
NOTE : Tulisan yang dibatasi dengan oOOo, itu artinya suara hati Ino, atau narasi cerita yaaa…Terus juga sekedar pengumuman, Temari, Kankurou, dan Gaara tidak ada hubungan saudara disini.
Okay, enjoy this Fanfic…
INTRO
~Yamanaka Ino disini berubah nama menjadi Namikaze Ino. Seorang gadis berusia 14 tahun yang berasal dari keluarga terkenal.
~Uzumaki Naruto disini berubah nama menjadi Namikaze Naruto. Seorang pemuda berkacamata yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak pertama Ino. Umur 15 tahun, lahir sedetik sebelum Dei.
~Deidara disini bertambah namanya menjadi Namikaze Deidara.(nggak cocok ya?) Disini Dei tidak berkelamin ganda, dia asli cowok tulen yang adalah kakak kedua Ino. Umur 15 tahun, lahir sedetik sesudah Naru.
~Namakuji Tsunade disini berubah nama menjadi Namikaze Tsunade. Ibu dari ketiga anak berambut kuning tadi. Disini suaminya adalah Namikaze Minato. Namun, Minato tak akan pernah muncul disini.
CHAP 1 PART ONE : "Aku Ingin Percintaan Yang Normal!", Jeritan Hati Namikaze Ino.
Ino, seorang gadis SMP berusia 14 tahun, baru saja keluar dari rumahnya, Dojo kempo aliran Namikaze. Ia melongok kesana-kemari, memastikan tak ada orang yang mengetahui kalau dirinya sedang dalam tingkah laku mencurigakan seperti ini.
'Bagus…Mumpung nggak ada orang…," batinnya seraya berjalan mengendap-endap khas perampok bank. Ia bercelingak-celinguk lagi, kemudian dengan pasti berderap menuju luar rumah.
"Tunggu, Ino!"
WUUUSH!!!
Tiba-tiba terdengar suara seseorang dengan disusul banyak tiang besi tajam mengarah pada Ino, seorang gadis yang baru berusia 14 tahun itu. Ino masih terhenyak kaget ketika besi-besi itu sejengkal lagi akan menusuk dirinya hingga pergi ke surga.
"Hiii!!!!" Ino berteriak histeris namun kemudian dengan lihai, ia segera bergerak kesana-kemari menghindari ancaman mati dari besi-besi tua tajam itu.
CREP! CREP!! CREP!!!
Dan Ino selamat meskipun besi-besi itu akhirnya menancap di sekitar tubuhnya. Membuat dirinya tak bisa bergerak karna terkepung. Ino berusaha keluar dari kurungan besi itu ketika dua tampang tak asing menyeruak ke jarak pandangnya.
"Kau mau bolos latihan pagi, ya?" seseorang dari dua tampang itu berujar keras padanya. Seseorang dengan rambut pirang seperti Ino, dan kacamata membingkai bola mata birunya. Sedangkan seorang lainnya hanya menatapnya tajam dilengkapi dengan mata biru ngantuk plus rambut yang masih berantakan. Mm… dan sedikit bekas iler sepertinya.
"Yah… ketahuan Naruto-niisan ama Deidara-niichan… Sial." Ino bergumam pelan sambil memperhatikan kedua kakak lelakinya yang sudah siap sedia dengan baju untuk berlatih di dojo.
"Kau ini kan calon pewaris dojo kempo aliran Namikaze?! Kenapa malah bolos latihan pagi melulu??!" Pemuda berkacamata bernama Naruto itu berseru lagi dengan jari mengacung-acung ke arah Ino, siap menceramahi gadis berusia 14 tahun itu. Membuat Ino ingin melahap jari kakak pertamanya tersebut dengan beringas.
Ino memasang tampang memelas andalannya, "Tapi…aku bakal telat ke sekolah, kalo musti latihan pagi…," katanya dengan suara lirih.
Deidara maju selangkah ke depan mendekati Ino, "Heh, un! Aku yang masih ngantuk saja tetap berusaha latihan, un!" serunya dengan tangan terkepal ke udara. Begitu bereskpresi. Begitu memukau orang yang menatap dengan semangat membuncahnya. Dan tak lupa, begitu lebai.
Sekali lagi Ino memasang tampang memelasnya, "Tapi…-"
"Kalau kau tetap mau pergi…un." kedua kakak Ino memotong perkataannya sembari memasang kuda-kuda. "Kalahkan dulu kakak-kakakmu ini, un!" seru mereka berbarengan dengan aura membunuh, tatapan tajam plus kejam, dan mulut mengerucut. Perlahan mereka maju selangkah mendekati Ino. Sedangkan Ino buru-buru mundur seribu langkah.
"Tung…Tunggu…," kata Ino mulai ketakutan. Tapi sia-sia, karena kedua kakaknya itu sudah melompat ke udara sambil mempersiapkan kuda-kuda penyerangan jurus andalan mereka pada Ino.
"Jurus maut, TINJU NAGA KEMBAR campur RASENGAN dan sedikit BOM d1L14 (lagi-lagi author pengen nampang…), un!!! Bersiaplah, Ino! Un!!" seru mereka berdua dari atas Ino. Ino hanya bisa merinding ngeri melihat tampang dan gaya kedua kakaknya itu begitu menyeramkan. Apalagi begitu mendengar jurus pamungkas kedua kakaknya itu akan dipakai untuk melawannya. Bisa-bisa dia langsung naik ke kahyangan!
9 meter…
99 sentimeter…
63 sentimeter…
59 sentimeter…
45 sentimeter…
13, 5555667891011123 sentimeter…
5 sentimeter…
dan akhirnya 3, 870136376 sentimeter lagi, Ino akan menerima jurus maut perpaduan kedua kakaknya itu. Ino menatap ke arah kakak-kakaknya dengan tatapan waspada nan mengancam, dan sedikit ketakutan juga sih.
"Ju…," Ino mempersiapkan kuda-kuda serangan mautnya juga. Ia menarik satu kakinya ke belakang disertai kedua tangan mengepal siap meninju. "Jurus TINJU NAMIKAZE, MACHINE GUN SPECIAL!!!" teriaknya sembari memperpendek jarak antara ia dan kakak-kakaknya. Kemudiann…
BUK!! BUK!! BIK!!! BAK!! DESHH! BAK MANDIII! PRIIITTT!! OWEEEKK!!! MOOO!!! MBEEEEKK!!! MEOW!
Suara memilukan tinju Ino membuat kedua kakaknya mental dengan sempurna dan nyangsang di pohon pete dekat rumah mereka. Tak lupa tukang parkir, bak mandi besar, bayi raksasa, sapi gila, kambing boncel, dan kucing garong ikut dilemparkan Ino pada kakak-kakaknya itu dengan maksud agar kakak-kakaknya tak dapat menyusulnya.
"Maaf ya, niisan!" Dan setelah berujar seperti itu, Ino segera berlari dengan one thousand run step no jutsu-nya.
oOOo
Namikaze Ino, umur 14, putri bungsu dari Dojo kempo aliran Namikaze, murid kelas 2 SMP.
Harusnya saat ini aku menjalani hidup penuh romantika…tapi…
oOOo
DRAP DRAP
Naruto dan Deidara menatap kepergian Ino yang terus berlari keluar pekarangan rumahnya yang sangat luas. Mereka menatap Ino dengan tatapan lesu sambil memegangi seluruh tubuh mereka yang dipenuhi memar disertai benjol di kepala, luka sayat, luka berdarah, luka akibat digilas truk (?), luka akibat digigit kebo, luka kena piso dapur, luka karena sengaja nyentuh minyak panas dalam wajan, dan luka-luka lainnya.
Tanpa disari mereka berdua, Tsunade, ibu mereka sekaligus pemegang tahta pemimpin kempo aliran Namikaze, sudah berdiri di belakang mereka dengan tampang 'tape deh…'
"Cowok-cowok payah…tidak bisa menghalangi Ino! Masa kalah sama adik sendiri?? Adiknya cewek pula!" Tsunade menatap mereka berdua sambil berkacak pinggang kesal. Naruto dan Deidara sama-sama tersedak liur mereka sendiri karna kemunculan ibu mereka yang tiba-tiba kayak setan itu.
"Maaf, bu…kami sudah sering menasehati Ino agar tak bolos latihan pagi, tapi dia tak mau dengar. Dan lagi…dia terlalu kuat." ujar Naruto sambil membungkuk penuh penyesalan. Sementara Deidara sudah tertidur pulas dengan suksesnya karena tadi dipaksa bangun pagi.
Tsunade mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagu, tanda berpikir. "Hem. Ino ya…," ujarnya sambil berdecak pelan. Ia kemudian tersenyum lebar ketika ada lampu menyala disertai suara TING! dekat kepalanya.
"Ino…mungkin dia lagi naksir cowok…," lanjut Tsunade sambil menatap kedua anak lelaki tak bergunanya itu. Naru dan Dei-yang tiba-tiba terbangun karna perkataan Tsunade tadi, hanya bertatapan tak percaya.
oOOo
Payah…
Keluargaku memang selalu memaksakan kehendak.
Aku nggak tertarik, tapi tetap saja dipaksa latihan kempo tiap hari.
Aku kan malu. Nggak pernah bilang sama temen-temen kalo aku jago kempo…
oOOo
Ino masih berderap pergi melewati perumahan-perumahan sambil sesekali menyapa tetangga-tetangga yang dikenalnya. Ia berlari ke sekolah dengan raut wajah kesal sambil menggerundel. Kesal karena selalu dipaksa keluarganya untuk berlatih kempo, padahal ia tak mau.
Tapi Ino tak bisa membantah keluarganya tersebut. Yah, mau gimana lagi? Dia adalah pewaris tunggal dojo kempo terkenal itu.
Ino mengedikkan bahunya pasrah. Apa boleh buat. Kasian juga kalo aliran Namikaze nggak ada penerusnya.
"Tunggu, Non!" tau-tau terdengar suara seseorang. Ino terus berjalan karna yakin suara tadi itu adalah suara abang becak yang memanggil langganannya. Atau suara abang somay memanggil pacarnya. Yang pasti orang itu tak mungkin memanggil dirinya. Karna namanya 'Ino' bukan 'Non'.
Orang yang tadi berteriak itu menatap Ino kesal. 'Dipanggilin kok nggak, respon tho? Apa dia budekh kali ya? Sayang…jelek-jelek, budekh pula..' pikir orang itu mencoba menebak.
"Hey! Kau putri dari Dojo kempo aliran Namikaze, kan?!" teriak orang yang dikacangin Ino itu sekali lagi. Berharap kalo sekali ini, dia nggak dicuekkin lagi. Melas, book!!! Gengsi dong, ah…
Ino berpikir sebentar. Merasa kalau dirinya adalah putri dari Dojo kempo aliran Namikaze, ia berbalik ke asal suara teriakan orang tadi.
"Hiiii!!!" seketika Ino merinding ketakutan sambil mundur beberapa langkah dengan menggigil ketika melihat orang yang memanggilnya itu.
Seseorang yang memakai baju khas Cina berdiri di atas tembok tetangga Ino, Pak Juminten. Ia memakai topeng panda sehingga tampangnya tak terlihat.
Meski ketakutan begitu, inner Ino masih bisa mikir macem-macem. 'Nih, orang pasti nutupin mukanya pake itu topeng panda, biar jerawat segede pingpong-nya ketutupan! Ato enggak, biar tampang ancur-nya dianggap kawaii sama orang-orang yang suka binatang panda. Huh! Cara klasik…' cibir Ino dalam inner-nya.
Si topeng panda itu tertawa sejenak melihat respon yang diberikan Ino. "Aku dari Dojo kempo aliran Panda!" ucapnya sambil berkacak pinggang dengan tetap masih berdiri di atas tembok Pak Juminten yang sudah membawa-bawa sapu lidi untuk mengusir si topeng panda itu.
Ino masih shock dan belum dapat bereaksi atas ucapan cowok itu. Melihat itu, cowok tersebut melanjutkan kembali kalimatnya.
"Begini. Dengar, kau akan kukalahkan, dan gelar aliran kempo terkuat akan jatuh ke tangan aliran Panda! Hahaha!" seru cowok itu tak jelas sambil tertawa ala orang psikopat. Ia menunjuk-nunjuk Ino dengan jari telunjuknya saat bicara kalimat tadi.
Ino, sekali lagi, masih shock dan belum dapat bereaksi atas ucapan cowok nggak jelas itu. Tapi sedetik kemudian, Ino tersadar bahwa ia telah dalam bahaya besar. Aliran Panda adalah salah satu aliran kempo terkuat setelah aliran Namikaze.
Dan tak sampai dalam hitungan menit, Ino tiba-tiba sudah dikepung oleh banyak cowok panda lainnya yang berpostur tubuh sejenis. Jadi 'bagai duren monthong dibelah serebu' gituu…
"Hahaha, terimalah! Inilah jurus keroyokan ala aliran Panda!!" seru cowok itu lagi seraya berputar-putar mengitari Ino bersama serebu kembarannya yang lain. Kini Ino berada dalam kepungan, sambil melihat mereka dengan kaget berlebihan karena gerakan mereka begitu cepat.
'Kalau begini sih, bisa gawat…' batin Ino panik juga.
Ia berucap pelan, "Hen…Hentikan…A-"
"Bersiaplah, gadis ingusan!! Hahaha!" si topeng panda itu berkata lagi, memutus perkataan Ino. Matanya kali ini bersinar kinclong mengalahkan piring yang habis dicuci pake Sunsilk, eh, Sunlight. Dan sesegera itu juga si topeng panda beraksi untuk menghabisi Ino.
Ino yang sudah keki setengah mampus karna di rumah pun dia terancam mati, tak kuat lagi menahan amarah yang menggelegak di jiwanya.
Ino menggeram dalam hati sambil memusatkan kekuatan pada tangannya yang sedang menggengam tas sekolah.
"Sudah kubilang, hentikan!!" teriaknya seraya memukulkan tas itu secara brutal pada si topeng panda beserta kembaran-kembarannya yang banyak.
BUUUUUGH!!!! (suara si topeng panda ditampol pake tas)
oOOo
Inilah keseharianku yang tidak biasa, diserang orang–orang aneh sepanjang jalan.
Tiap hari begini terus…
Aku kan cewek normal! Kenapa harus menghadapi yang beginian mulu?
Kenapa orang-orang aneh itu tak mencoba menyerang kakak-kakakku saja?
oOOo
Setelah Si Panda itu tergolek tak berdaya di atas aspal panas, Ino kembali melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan Si Panda payah itu dan tak lupa menginjak tangannya.
Dengan alis melengkung ke bawah tanda kesal, Ino berderap melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju sekolah.
Ada hal yang penting menyangkut hidup dan matinya selama bersekolah di SMP ini yang harus segera dikerjakan.
'Fiuhh…Semoga saja kali ini, aku bisa melakukannya…' harap Ino dalam hati sambil memeluk tas sekolahnya yang tadi dipake untuk nampol Si Panda.
At Konohatchym Junior High School's gerbang…
oOOo
Hari ini… adalah hari dimana mentari cerah bersinar.
Hari dimana ramalan cuaca bilang tidak akan ada hujan.
Hari dimana aku harus berusaha.
Hari dimana aku terpeleset kulit pisang saat jalan ke sekolah tadi.
Hari dimana aku harus buang sampah karna piket.
…
…
Hee?? Bukan!!! Tapi…
Hari dimana aku harus menyampaikan perasaanku padanya!
oOOo
Ino mengepalkan tinjunya ke udara. Memberi semangat pada dirinya yang sudah loyo. Ia menggengam surat bermotif kotak-kotak seperti sarung cap Gajah Mungkur dengan stiker bunga sebagai lem untuk merekatkan amplopnya, keras-keras. Saking kerasnya, surat itu tau-tau saja berubah menjadi bubur ayam. Enggak ding. Tapi berubah menjadi gumpalan surat tak berbentuk yang dekil plus basah karna terkena daki bercampur keringatnya.
"Yosh! Semangat!" ucapnya pada dirinya sendiri. Kemudian ia melangkah tegap dengan pasti menuju gerbang masuk SMP Konohatchym tersebut.
"Hei! Mereka datang! Beri jalan!" terdengar suara keras dari seorang siswa dengan menggunakan toa.
"Itu rombongan 'Sang Pangeran'! Kyaaa~!!!" teriak yang lain sehisteris-histerisnya-histeris, sambil menunjuk-nunjuk hiperbolis rombongan di hadapan mereka. Serentak, ketika mendengar teriakan pengumuman itu, seluruh siswa-terutama yang putri, datang bergerombol menyambangi bagian depan gerbang SMP Konohatcym.
Mereka mulai terperangkap dalam euphoria-histeria menyambut kedatangan rombongan 'Sang Pangeran' yang tadi disebut-sebut. Meski awalnya bergerombol, lama-lama mereka memisahkan diri untuk membentuk suatu jalan yang akan dilewati oleh rombongan Sang Pangeran tadi.
Ino langsung menyeruak di antara banyaknya siswi yang ingin menyambut kedatangan 'Sang Pangeran' tersebut. Meskipun ia disikut sana-sini, diinjek-injek orang, didorong hingga mental ke Antartika, ataupun diseruduk banteng, Ino tetap tak pantang menyerah untuk menyeruak masuk ke barisan terdepan gerombolan itu.
Dan itu dia lakukan hanya untuk melihat 'Sang Pangeran' pujaan hati.
Namun meski sudah berusaha sekuat tenaga dan sepintar pikiran, Ino tetap tak berdaya untuk bisa menerobos murid-murid perempuan yang tenggelam dalam kebahagiaan menyaksikan ketampanan Sang Pangeran. Karna sesungguhnya 'tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah'.
Siswi-siswi mulai berbisik-bisik histeris sambil sesekali berteriak seperti kambing kecekek saat Sang Pangeran mulai terlihat lebih jelas. Pangeran itu berjalan dengan tenang, seulas senyum tipis merekah di wajah putih pucat miliknya. Rambut hitam pekat pendeknya tergerai indah, membuat makhluk apa pun termasuk jin dan syetan, pasti berkeinginan untuk membelainya.
Bersama dengannya, berjalan pula serombongan siswi-siswi terpilih yang dapat melayani Sang Pangeran. Mereka biasa disebut sebagai 'Barisan Pengawal'. Dan yang memimpin terbentuknya barisan ini adalah seorang siswi kaya dan cantik bernama Temari.
"Luar biasa, ya… Tiap pagi melihat Sang Pangeran dan Barisan Pengawal yang selalu setia melindunginya…Ukh! Ingin rasanya aku menjadi salah satu dari Barisan Pengawal itu, agar bisa melayani Sang Pangeran!" terdengar bisikan namun keras dari arah belakang Ino. Ino yang kebetulan mendengar, mengangguk-angguk setuju. Ia juga ingin menjadi salah satu dari barisan itu. Setidaknya, ia bisa dekat dengan Pangeran, walau hanya sekedar melayani.
oOOo
Namanya Sai.
Begitu masuk sekolah ini, dia langsung beken di seluruh sekolah.
Sampai-sampai dibentuk Barisan Pengawal-nya.
Dan dia pun mendapat julukan 'Sang Pangeran SMP Konohatchym'.
…
…
(Ino lagi menatap si pangeran dengan mata melotot)
…
…
Mmh!!! Dia memang cowok yang super duper cakep!!
oOOo
Sang Pangeran bernama Sai itu terus berjalan dengan anggunnya. Membuat semua mata siswi yang memandangnya menjadi berbetuk hati atau love.
"OOOOH…" Gumam semuanya terhipnotis, ketika melihat Sai mengibaskan perlahan poni yang menutupi matanya. Angin sepoi tiba-tiba bertiup pada siswi-siswi itu. Tubuh mereka menjadi miring seiring dengan arah angin bertiup.
Cahaya yang terang dan seberkas sinar putih membuat Sai semakin mengkinclong di tengah-tengah para siswi yang masih memiringkan tubuh mereka saking takjubnya. Dan cahaya itu terus menguar dari tubuh Sai, seakan memberikan kesan kalau dia adalah seorang yang sangat keren. Wew…
Ino makin tersepona oleh kekerenan Sang Pangeran SMP Konohatchym tersebut. Membuatnya sekali lagi, berjuang menyeruak di antara siswi-siswi yang bergerombol.
'Hari ini Sai tetep ganteng…' Ino membatin dalam hati seraya meremas lebih keras lagi surat cinta yang sudah dekil plus basah itu. 'Ah! Jangan cuma bengong! Aku harus memberi surat ini padanya… Mm… tepatnya gumpalan surat ini padanya…'
Dan Ino pun menyikut semua siswi yang menghalanginya untuk maju ke depan. "Misi… Orang cantik mau lewat..," ucapnya agak keras dan narsis. Itu pun membuat seonggok lap pel terbang dan nemplok tepat di mukanya. Ino jadi tak bisa melihat dan…
"Eh! Eh!" Ino berusaha menggapai segala sesuatu yang bisa direnggut tangannya. Tapi semua siswi serentak menjauh ketika dia berusaha menggapai-gapai. Memang para siswi itu tidak mau menolongnya. Buat apa menolong orang yang udah nyikut, minta lewat, terus narsis? Ih…sori ya…nggak lepel!
Then…
GDUBRAKKK!!!! KROMPYANGG!! BRUKK!
"Glek!"
CHAP 1 PART ONE END.
Dilia : Yeppo!!!! Lagi-lagi saya nambah kerjaan. Tapi nggak papa deh. Yang ini pengerjaannya fun! Cumaaa… Ini penpik kan, saya adaptasi. Nah, adegan ini kalo di komiknya baru nyampe halaman 6. Tapi kalo di jadiin penpik kok panjang banget ya? Jadi kayaknya CHAP 1 aja bakal banyak banget part-nya… Huh…
Ino : -lagi lagi datang tak diundang- Yeyy!! Main chara-nya aku lagi!! Yihuuuy! Eh, tapi kenapa aku harus jadi adeknya si rambut duren ama banci kaleng itu sih? –nunjuk Naru dan Dei-
Naru : -siapkan rasengan-
Dei : -siapkan bom d1L14-
Ino : Eh, maap!!! Cuma becanda!! Just killing! Kyaaa~!!!! Dilia toloooong!! Helep meeeh!!!
Dilia : ENGGAK MAU! –siap siap kabur, takut jadi korban- Oke deh, REPIEW yah para senpai! Arigatou~!!! –langsung kabur-
Naru dan Dei : -melancarkan jurus mereka pada Ino-
Ino : KYAAAA~!!!!
Dan akhirnya, Ino sekarang mendekam di RS Konohatchym.
