Hola ho~ setelah sekian lama hiatus, sibuk dengan real life. Aku kembali lagi dengan fic baru!
Tanpa basa basi deh, cekidot!
Harvest Moon : Grand Bazaar belong to Natsume - Serious Fun
Gretel's Adventure belong to Iris la Verius
Setting : Semi-Alternative Universe
Genre : Romance | Family | Drama
Pairing : on-going
.
.
"Apa kau yakin, Gretel?" / "Kau tampak sehat." / "Oh iya, kau akan membantuku di ladang bukan?" /
"Thanks, kak."
Gretel meneguk ludah kasar. Ia hanya diam, memerhatikan bosnya yang tengah membaca surat pengunduran dirinya itu.
"Apa kau yakin, Gretel?" bosnya kini mengalihkan perhatian pada gadis manis berambut pirang itu.
"Yes sir. Aku tertarik dengan kota tempat kakakku tinggal." Jawab Gretel dengan suara mengecil.
"Tapi kau baru saja mengundurkan diri dari posisi yang paling diinginkan oleh seluruh karyawan disini, kau tahu? Dan alasannya hanya untuk tinggal di kota yang bahkan aku tak tahu dimana." Pertanyaan sekaligus pernyataan skeptis bosnya membuat Gretel terdiam. Gretel yakin dengan keputusannya. Ia mengangguk, kemudian kembali angkat suara.
"Aku sudah lama tidak bertemu dengan kakakku. Lagipula, masih banyak karyawan berbakat yang Anda miliki, sir." Gretel bersuara dengan sekali nafas. Bosnya hanya menghela nafas sekali. Dari dulu Gretel memang keras kepala dan kukuh dengan apa yang diinginkannya.
"Oh well, baiklah. Tapi jika kau berubah pikiran, kau tahu harus kemana bukan?" Gretel menjulurkan tangannya, menerima sebuah kartu nama milik bosnya.
"Thanks, sir. Aku pamit dulu." Ujar Gretel sembari mengangkat tas berisi file dan data miliknya keluar ruangan.
| Outside Zephyr Town |
Dan disinilah Gretel, berdiri mematung di depan gapura bertuliskan "Welcome to Zephyr Town" dengan membawa sebuah koper besar berwarna kuning cerah. Gretel berkali-kali menengok jam tangan yang bertengger cantik di tangan kirinya. Sudah satu jam pikirnya gusar. Kemana kakak laki-laki bodohnya itu. Tak lama, ia dengar dingkik kaki kuda mendekat. Seriously? Gretel dengan tampang tidak percaya melihat sang kakak menunggangi kuda dengan senyum yang tak lepas sejak kedatangannya.
"Yo! Yo!" sapa Hansel –kakak Gretel, dengan semangatnya.
"Kau tampak sehat." Gretel membuka suaranya.
"Tentu saja adik bodoh! Hahahaha, ayo naik!" Hansel turun dari kudanya, kemudian membantu sang adik naik ke atas kuda.
"Apa tempat tinggalmu jauh sehingga kau harus naik kuda kemari?" Gretel tampak kesulitan menaiki kuda. Hansel tertawa lagi.
"Tidak juga, aku tidak tega membiarkan adikku berjalan kaki. Anggap saja aku sedang berbaik hati. Hahahaha." Hansel masih saja tertawa. Astaga apa saja yang terjadi pada kakaknya.
Kemudian, keduanya larut dalam percakapan setalah sekian lama tak berjumpa. Hansel tentu saja berjalan kaki sembari menarik koper sang adik dan menarik Betty –kuda betina berwarna coklat yang ditunggangi adiknya itu.
| Bazaar Ground - Zephyr Town |
"Jadi ini bazaar yang kau maksud dalam suratmu?" Gretel mengedarkan pandangan, memerhatikan sebuah tempat yang mirip pasar dengan beberapa orang berlalu lalang.
"Mhmm. Ini lebih ramai saat akhir pekan, kau tahu, bazaar." Hansel menjawab pertanyaan Gretel, Gretel hanya mengangguk tanda paham maksud sang kakak.
"Oh iya, kau akan membantuku di ladang kan?" Kali ini Hansel yang bertanya.
"Err… lihat saja nanti." Gretel menjawab ragu, tanpa ia sadari sang kakak tersenyum –eh lebih tepatnya menyeringai.
"Ho ho ho, ya lihat saja nanti." Ujar Hansel mengikuti nada Gretel. Gretel hanya mendengus sebal.
Selama perjalanan, orang-orang tampak menyapa Hansel. Ia terkenal juga rupanya. Hansel hanya tertawa renyah, tentu saja, karena ia adalah satu-satunya petani disini.
"Hansel!" suara asing yang tak pernah Gretel dengar sebelumnya datang menghampiri.
"Oh hei Dirk. Apa kabar siang ini?" Hansel tampak akrab dengan lelaki bermata hijau muda layaknya jade itu.
"Aku baik-baik saja, dan siapa dia?" Gretel tahu, lelaki yang disapa Dirk oleh kakaknya itu mengarahkan pandangannya padanya.
"Dia Gretel, adikku yang akan tinggal bersamaku mulai sekarang. Gretz, kenalkan dia Dirk. Dirk, kenalkan dia Gretel." Hansel mengenalkan Gretel, Gretel hanya menjulurkan tangan yang dibalas oleh Dirk dengan berjabat tangan.
"Salam kenal." Ujar keduanya kompak.
"Ho ho ho, yang kompak ya." Hansel hanya tersenyum yang dibalas pandangan bingung dua insan di dekatnya itu. Dirk bergegas pergi, ia lupa bahwa ia masih ada kerja paruh waktu di kafe.
"Sampai jumpa, Hans!" Dirk melambaikan tangan setengah berlari. Hansel melambaikan tangannya juga lalu memutuskan untuk kembali berjalan.
| Farm Area - Zephyr Town |
Tak lama, keduanya sampai di sebuah rumah di perbukitan. Hansel membantu Gretel untuk turun dari kuda. Ia lalu pergi menuju tempat yang Gretel duga sebagai kandang.
"Tunggu di sini, aku akan segera kembali." Hansel menghilang dibalik pintu kandang bersama dengan kuda yang ia tunggangi sebelumnya.
Gretel hanya mengangguk, semilir angin menerpa wajahnya lalu menerbangkan topi musim panasnya. Ia memutuskan untuk bangun, berusaha mencari topi kesayangan peninggalan ibunya.
"Ini milikmu?" suara tegas, namun lembut itu menyapa telinga Gretel.
"A-ah iya, terima kasih." Jawab Gretel sedikit gugup.
"Sama-sama. Kau orang baru di sini? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Lelaki itu memutuskan untuk duduk di samping Gretel.
"I-iya, aku baru saja pindah bersama kakakku." Entah mengapa Gretel mangap-mangap melihat sosok di sampingnya. Oh god why? jeritnya dalam hati melihat lelaki tampan berambut cokelat tebal, sekilas mengingatkannya pada Dirk namun ia tampak lebih dewasa dari pemuda enerjik yang ditemuinya barusan. Mungkin mereka kembar? Pikirnya dalam hati.
"Whoa, Ivan, sejak kapan kau di sini?" Hansel sudah kembali, bersama dengan dua gelas jus apel di tangannya.
"Baru saja, aku kemari ingin menanyakan apa kau masih punya stok Mint tersisa. Aku mulai kehabisan Mint di rumah." Ivan menjelaskan maksud kedatangannya.
"Oh tentu tentu, aku masih memiliki beberapa ikat Mint di dalam. Sepertinya kau sudah menemui adikku. Dia Gretel." Hansel lagi-lagi memerkenalkan Gretel pada lelaki yang ia panggil Ivan itu.
"Salam kenal, Gretel. Aku Ivan." Ivan tersenyum singkat. Gretel hanya mengangguk.
"Salam kenal juga, aku Gretel." Balas Gretel.
"Oh Gretz, dia kakak Dirk." Hansel meneguk jus apelnya, Ivan hanya tersenyum seperti tadi.
"Pantas saja." Gretel membalas pendek, tak tahu apa yang harus ia bicarakan. Pandangan Ivan membuatnya merasa tak nyaman.
"Baiklah, kau mau jus apel dulu atau mau ikut masuk mengambil Mint bersamaku, Ivan?" Hansel entah bagaimana paham dengan gerak-gerik adiknya yang tak nyaman. Ia menawarkan Ivan untuk ikut masuk bersamanya, yang tentu saja dibalas dengan anggukan oleh pemuda berparas tinggi dengan gaya berpakaian mirip guru-guru era 18-an menurut Gretel.
Gretel menghela nafas panjang. Ivan membuatnya err sedikit gugup? Entahlah, tapi sosok lelaki itu menyedot seluruh perhatiannya. Gretel menggelengkan kepalanya sejenak, berusaha menghilangkan Ivan dari kepalanya. Gretel memutuskan untuk menikmati kembali semilir angin yang berhembus, kota kecil ini begitu tenang dan menyenangkan. Gretel lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati lahan tempat sang kakak bertani. Cukup luas menurutnya, ia tak menyangka jika sang kakak mendapatkan rumah itu secara cuma-cuma. Gretel melihat banyak sekali ternak di bagian selatan rumah tatkala ia berjalan melewati rumah berukuran sedang itu. Ada domba, sapi, ayam, dan beberapa ekor anjing yang menurutnya sangat lucu. Dan tak lupa, kucing-kucing dengan warna berbeda yang terlelap di atas atap rumah kakaknya. Gretel mendekat, mencoba untuk bermain bersama anjing-anjing peliharaan kakaknya. Beberapa dari mereka menyambut Gretel hangat, namun seekor anjing dengan ras husky berwarna coklat muda tampak tak bersahabat. Ia hanya terdiam, tatapan tak bersahabatnya itu menusuk Gretel. Gretel tak ambil pusing, ia bermain dengan anjing-anjing lain kakaknya.
"Terima kasih, Hans. Aku pamit dulu, salam untuk adikmu ya." Samar-samar Gretel mendengar suara Ivan, namun ia berpura-pura tak mendengarnya.
"Sama-sama, Ivan. Tentu saja akan kusampaikan. Sampai jumpa." Kali ini suara kakaknya yang ia dengar. "Aku tahu kau menguping, Gretz." Gretel diam membatu, ia tertangkap basah oleh Hansel.
"Hehehe." Cengiran Gretel menjadi balasan untuk Hansel.
"Sudahlah, bawa masuk barang-barangmu dan ganti pakaianmu …" Hansel melirik dress musim panas Gretel, kemudian melanjutkan ucapannya "… tidak mungkin bertani menggunakan pakaian itu." Gretel bergegas masuk dengan kopernya.
"Dimana kamar mandinya?" teriakan Gretel samar-samar tertangkap di telinga Hansel.
"Setelah masuk, ke kanan pintu nomor satu. Pintu nomor dua itu toilet, aku lupa memerbaiki papan tandanya." Balas Hansel setengah berteriak. Suaranya sudah besar, jadi tak perlu menggunakan full toa pikirnya.
Dan disinilah Gretel, di depan ladang dengan balutan baju lengan panjang yang cukup longgar untuk memudahkannya bergerak. Kakinya dibalut celana jeans selutut berwarna hitam. Rambut pirang sebahunya hanya ia jepit dibagian depan. Hansel yang melihatnya tampak berpikir keras. Hansel kemudian menghilang dibalik pintu, dan kembali dengan sebuah topi koboi berwarna peach dengan seutas bulu putih di atasnya.
"Nah, gunakan ini untuk melindungimu dari panas." Hansel memasangkan topi yang dibawanya di atas kepala Gretel.
"Thanks, kak." Ujar Gretel.
"Uh? Kak? Untuk pertama kalinya kau memanggilku begitu. Biasanya juga 'Hansel bodoh!' blah … blah … blah …" bibir Hansel mengerucut sembari berjalan menuju ladangnya. Gretel hanya terkikik geli, kakaknya tak pernah berubah. Well, saatnya ladang ini bilang selamat datang untuknya. Hari dan seterusnya, ia akan berada di sini. Membantu sang kakak, atau mungkin malah merepotkannya? Ah masa bodoh, setidaknya ia sudah mencoba. Setelah sibuk dengan pikirannya, Gretel memutuskan untuk mengikuti langkah sang kakak, memerhatikan apa saja yang akan ia kerjakan nanti.
To be continue . . .
Author's Note :
Okay itu dia, fic tentang Harvest Moon favoriteku. Semoga berkenan, :D
