Love You Until The End

Cast: Kim Kibum

Lee Jinki

Choi Minho

Lee Taemin

Pairing: OnKey

Warning: Cerita abal-abal dan ga mutu, bahasa ancur dan ga beraturan. Sebelum nyesel, klik tanda 'back' atau langsung di 'close' aja. Oke?

Happy reading~

.

Chapter 1

.

Sore hari yang sedikit mendung mewarnai aktifitas tiga orang yang tinggal di sebuah rumah mewah. Tuan Kim selaku tuan rumah yang sedang bersantai sambil membaca koran sorenya dengan ditemani sang nyonya rumah. Namun tak seperti biasanya mereka memakai pakaian yang sangat rapi, bukan hanya mengenakan baju santai. Sang suami mengenakan sebuah kemeja putih berlengan panjang dan celana kain hitam. Rambutnya yang hitam legam disisir rapi dan diberi minyak rambut. Sedangkan sang istri memakai gaun terusan berwarna pink. Rambutnya pun di sanggul dan di tata sedemikian rupa. Sesekali mereka menoleh ke arah pintu depan seperti menunggu sesuatu.

"Yeobo… lebih baik kau panggil Kibum saja dulu. Kalau mereka sudah datang aku akan memanggilmu…"

"Ne…" nyonya Kim berjalan menuju lantai dua. Ke kamar anak semata wayangnya.

"Kibummie… Kau sudah siap-siap belum? Sebentar lagi keluarga Lee datang!"

Nyonya Kim mengetuk pintu kamar anaknya berkali-kali namun tetap tak ada jawaban. Ia pun memutuskan masuk untuk mengetahui keadaan anaknya. Sesuai dugaannya, anaknya itu asyik mendengar lagu-lagu di ponselnya menggunakan headset dan dengan volume maksimal tentunya.

"Waeyo, umma?" Kibum atau lebih singkatnya lagi, Key menoleh kearah ummanya yang berjalan mendekatinya lalu melepas headsetnya. "Yaah! Kenapa dilepas?" protesnya saat nyonya Kim mengamankan headsetnya untuk sementara.

"Percuma umma menjawab pertanyaanmu kalau telingamu masih di sumpal dengan ini… Lagipula kenapa kau belum bersiap-siap, Kibummie?"

Key mengerutkan keningnya. "Bersiap-siap untuk apa? Kita mau jalan-jalan?" tanyanya antusias.

Nyonya Kim menggeleng. "Kau lupa kalau hari ini keluarga Lee akan datang? Ayo cepat ganti bajumu…"

Raut wajah Key berubah cemberut. "Shireo!"

"Ayo, Key… bagaimanapun itu keluarga calon suamimu…"

"Kenapa umma dan appa ngotot menjodohkanku dengan anak Lee ahjussi? Aku bilang tidak mau ya tetap tidak!"

"Kibummie… setidaknya cobalah berkenalan dengan anak Lee ahjussi dulu. Sekarang cepat ganti bajumu dan dandan yang cantik!" nyonya Kim menarik Key turun dari tempat tidurnya.

Key yang kesal hanya menarik sebuah kaos putih bermotif Mickey Mouse dan sebuah celana panjang dari lemarinya.

"Eeeh! Masa bertemu keluarga Lee hanya memakai kaos? Pakai dress!" sang umma merebut kaos dan celana dari tangan Key dan mengembalikannya ke dalam lemari.

"Ummaa~" Key merajuk. Nyonya Kim tidak peduli dan membuka pintu lemari yang satunya lagi yang memang khusus untuk menempatkan dress dan segala macam aksesorinya. Matanya mulai menjelajah mengamati satu persatu dress yang ada. Tangannya mengambil sebuah mini dress berwarna pink tanpa lengan yang panjangnya hanya mencapai pertengahan pahanya. Key menggeleng keras melihat pilihan dari ummanya. "Terlalu terbuka!"

Nyonya Kim kembali meneliti satu persatu isi lemari Key. Tak lama pilihannya jatuh pada mini dress berwarna hitam dengan payet dibagian dada dan ujung dressnya. "Bagaimana? Panjangnya sedikit di atas lutut dan tak terlalu terbuka…"

"Terserah umma saja lah…" Key cuek. Ia sama sekali tak berminat dengan pertemuan keluarga ini. Ujung-ujungnya pasti membicarakan tentang perjodohannya dengan anak keluarga Lee.

Nyonya Kim mulai sibuk mendandani Key dengan peralatan make upnya yang super lengkap. Tapi selau saja di protes oleh Key.

"Aku tidak mau pakai lipstick ataupun lipgloss!" ummanya pun hanya memakaikannya lip balm. Tapi bibir Key memang sudah berwarna merah alami tanpa perlu sapuan lipstick.

"Aku tidak mau pakai blush on!" Key menghindar saat nyonya Kim hendak memberikan blush on pada pipinya.

Warna eyeshadownya pun natural. Hanya eyeliner tipis yang membingkai mata indahnya ditambah dengan maskara agar bulu matanya yang sudah lentik menjadi lebih lentik.

Kemudian nyonya Kim memakaikannya kalung emas putih dengan bandul berbentuk hati yang di tengahnya terdapat inisial namanya, 'K' alias 'Kibum'. Sebuah gelang cantik dan ating mutiara juga menjadi pemanis penampilannya.

"Sepatunya pakai ini, ya…"

Key terperangah melihat sepatunya. Sebuah wedges setinggi lima senti berwarna perak yang senada dengan warna payet di gaun yang dipakainya. "Aku harus pakai ini?! Apa tak ada sepatu sandal yang biasa?"

"Semua dress sudah umma sesuaikan dengan aksesorinya, Kibummie…"

Key menatap sebuah lemari kayu kecil di dekat pintu kamarnya. Ia membukanya dan betapa kagetnya ia berbagai macam model sepatu sandal berhak tinggi sudah memenuhi lemarinya padahal kemarin-kemarin hanya berisi sepatu kets, sandal, sepatu flat.

Key melirik ummanya tajam. "Sejak kapan semua sepatu ini ada di lemari?"

"Sejak dua hari yang lalu. Kau tidak pernah memperhatikan isi lemarimu, sih…" nyonya Kim menjawab santai lalu melenggang keluar dari kamar sang anak. "Cepat turun, ya…" ucapnya sebelum menutup pintu kamar. Key menghela napas kesal. Lalu kembali duduk di tempat tidurnya.

Baru saja Key memutuskan untuk berbaring, terdengar suara klakson mobil disusul seruan ummanya. "Kibummie! Tamunya sudah datang jadi cepatlah turun!"

"Aaargh!" Key melempar bantalnya kearah meja belajarnya membuat beberapa barang terjatuh.

Sesampainya di ruang tamu, dilihatnya kedua orangtuanya masih menyambut tamu di depan. Ia memutuskan membuatkan minum terlebih dulu. Setidaknya ia masih menghormati tamu meskipun tamu yang tidak diharapkan kedatangannya seperti sekarang.

"Kibummie~!" nyonya Kim berteriak memanggil Key kerena dikiranya Key masih ada di atas.

"Ini lagi buat minuman, umma!" Key balas berteriak.

Setelah selesai membuat minuman, Key mengeluarkan beberapa toples cemilan dan meletakkannya di nampan. Ia pun berjalan ke luar dapur menuju ruang tamu. Kedua orangtuanya yang sedang asyik mengobrol dengan keluarga Lee menoleh ke arahnya. "Sini, Kibummie…" nyonya Kim membantu Key membawakan toples-toples berisi cemilan itu.

"Ini Kibum, anak semata wayang kami…" taun Kim mulai memperkenalkan Key.

"Annyeong haseyo, naneun Kim Kibum imnida…" Key membungkukkan tubuhnya sopan.

"Aigoo… kau sangat cantik!" nyonya Lee menghampiri Key yang masih berdiri di sebelah orang tuanya. Mencium pipinya dan memeluknya erat.

"Eeng… gomawo.." Key tersenyum tipis. Ia memutuskan untuk duduk di sebelah appanya. Sebenarnya ia sangat ingin kembali ke kamarnya dan mendengarkan musik di ponselnya namun tatapan tajam appanya membuatnya diam.

"Nah, Kibummie… ini anak ahjussi. Namanya Lee Jinki. Kami harap kalian bisa menjalin hubungan yang baik…" tuan Lee menepuk bahu seorang namja bermata bak bulan sabit yang duduk di sebelahnya. Namja itu berdiri dan membungkukkan tubuhnya. "Annyeong haseyo, Lee Jinki imnida. Panggil saja Onew…" ucapnya sambil tersenyum membuat matanya yang sudah sipit semakin menyipit. Tak lupa ia menyalami tuan dan nyonya Kim begitu juga Key. Tak seperti kedua orang tuanya yang menjabat tangan Onew dengan senyum terkembang, Key hanya menyalaminya secara singkat dengan wajah ditekuk. Senyumnya yang tadi sempat muncul langsung menghilang.

"Umma…" Key memanggil ummanya dengan suara pelan. Nyonya Kim menoleh. "Wae, Kibummie?"

"Aku boleh kembali ke kamar?"

Nyonya Kim menggerakkan jari telunjuknya di depan wajah Key. "Tidak bisa. Setelah ini kita akan makan malam di luar. Itu sebabnya umma juga mendandanimu…"

Setelah itu keempat orang dewasa itu asyik mengobrol entah tentang apa. Key hanya duduk diam. Tangannya sibuk mengutak-atik ponselnya. Dia lupa untuk membawa headsetnya jadi ia tak bisa mendengarkan lagu.

Diam-diam Onew terus memperhatikan wajah dan tingkah Key. Dari situ ia sudah tahu bahwa dia akan sulit menaklukan hati yeoja cantik bermata kucing itu.

"Kibum-ah, Jinki-ah. Kajja kita berangkat. Suara nyonya Lee mrmbuyarkan konsentrasi Onew yang masih mengamati Key.

"A-ah, ne…" Jinki mengambil kunci mobilnya yang tadi diletakkan di atas meja.

"Mau kemana, Kibummie?" nyonya Kim menegur Key yang berjalan ke atas menuju kamarnya.

"Ambil tas…" jawab Key singkat.

Setelah semuanya siap, kedua keluarga itu pun pergi ke restoran yang sudah disepakati sebelumnya.

.

.

"Bagaimana dengan persiapan pestanya?" tanya tuan Kim entah pada siapa. Saat ini mereka sedang menyantap makan malam sambil membicarakan perjodohan kedua anak mereka.

"Tenang saja, semua sudah kami atur sesuai rencana. Kita hanya tinggal menunggu hari H-nya saja…"

Key yang sebelum cuek, mendelik mendengar kata 'pesta'.

"Tunggu dulu. Pesta untuk apa?" tegurnya sebelum ummanya kembali berbicara.

"Jadi umma dan appamu belum bilang tentang hal ini?" tuan Lee menatap Key yang terlihat bingung. Yang ditatap menggeleng. Matanya menatap kedua orang tuanya meminta penjelasan.

"Begini, Kibummie.. Kau ingat tentang umma dan appa yang harus ke Jepang untuk membantu mengurus perusahaan keluarga Lee selama dua tahun?"

Key mengangguk. Orang tuanya memang sudah membicarakan ini sebelumnya.

Rencananya kami akan berangkat awal Januari, jadi kami memutuskan untuk langsung menikahkanmu dengan Jinki akhir tahun nanti…"

"Mwo?! Kenapa cepat sekali?‼ Aku masih sekolah, umma!" Key melotot kearah nyonya Kim.

"Kami tak mungkin meninggalkanmu sendiri di Korea. Makanya kami memutuskan untuk langsung menikahkan kalian agar Jinki juga bisa sekalian menjagamu, ini demi kebaikanmu juga…" ucap nyonya Kim sepelan mungkin. Ia tahu kalau Key pasti sangat marah.

"Kebaikan apanya? Biasanya umma dan appa pergi ke luar negeri berbulan-bulan aku tidak apa-apa! Kalian juga tidak peduli, kan?!"

Sekarang Key benar-benar marah. Beruntung suasana restoran sedang ramai. Jarak antara satu meja dengan meja lainnya juga berjauhan sehingga orang-orang tak mendengar teriakan Key.

Anak tunggal keluarga Kim itu berdiri. "Mianhae ahjussi, ahjumma. Saya pulang duluan…" yeoja itu sedikit membungkukkan tubuhnya dan bergegas meninggalkan restoran. Keempat orang dewasa itu hanya berpandangan. Onew berdiri dari kursinya dan menyusul Key. "Mau kemana, Jinki-ah?"

"Mencoba bicara dengannya…" seperti biasa, Onew tersenyum. Tuan dan nyonya Kim menatapnya dengan pandangan memohon. Segera pemuda itu mengikuti arah perginya Key.

"Semoga saja Jinki bisa berbicara dengan Key. Ku perhatikan dari tadi sepertinya Key memang tak menginginkan perjodohan ini…" nyonya Lee mengusap bahu nyonya Kim bermaksud menenangkan. Nyonya Kim tersenyum miris. "Key itu memang galak, dan cerewet. Tapi aku belum pernah melihatnya semarah ini…" ucapnya sendu. Suasana yang tadinya ceria (kecuali bagi Key) mendadak suram.

.

"Key!" Onew susah payah mengejar Key. Namja itu menarik tangan Key dan langsung ditepis secara kasar oleh si empunya tangan.

"Kau mau kemana, Key?"

"Kemana saja asal tidak bertemu denganmu!" Key memandang benci kearah Onew. Key tahu tak seharusnya ia membenci Onew. Tapi mengingat namja itu yang akan menjadi calon suaminya, membuat perasaan benci muncul dengan sendirinya.

Onew diam namun matanya tetap menatap Key. 'Segitu bencinya dia padaku?' batinnya sedih. Jujur saja, ia sudah tahu tentang Key dari orang tuanya ditambah lagi mereka juga menunjukkan foto Key. Dari awal dia memang sudah menyukai yeoja manis itu. Ia sangat berharap Key juga akan menyukainya, namun sepertinya itu tidak mungkin mengingat tatapan benci Key yang ditunjukkan untuknya.

"Sekarang aku tanya padamu, Jinki-ssi. Kenapa kau mau dijodohkan bahkan dinikahkan denganku? Padahal kau sendiri belum mengenalku dan aku juga tidak mengenalmu. Kenapa dengan entengnya kau mengiyakan semua keinginan orang tuamu dan juga orang tuaku?!"

"Karena aku menyukaimu Key…"

Jawaban singkat dari Onew sukses membuat Key diam. 'Bagaimana mungkin ia menyukaiku secepat ini? Kami bahkan tidak saling mengenal sebelumnya…' batin Key bingung.

"Kau memang tidak mengenalku. Tapi aku sudah lama mengenalmu… selama ini aku selalu mengawasimu diam-diam setiap kau pulang sekolah."

"Mengawasiku?" Key mengerutkan keningnya. Stalker, eoh?

"Ne. Awalnya aku juga menolak untuk dijodohkan oleh orang tuaku. Tapi umma menyuruhku untuk melihat fotomu dan entah kenapa aku langsung tertarik padamu. Aku mulai mencari tahu tentangmu dari umma dan appa. Namamu, sekolahmu, bahkan semua kebiasaanmu…"

Onew mengeluarkan sebuah kamera digital dari saku celananya dan menyerahkannya pada Key. "Yang ada di situ cuma foto-fotomu saja…"

Key terbelalak melihat foto-fotonya dengan sahabatnya dalam berbagai ekspresi yang tersimpan di kamera milik Onew. Bahkan fotonya saat masih SMP pun ada. Berarti Onew memang sudah tahu tentang dirinya dari lama.

"Di foto-foto itu kamu terlihat bahagia sekali bercanda dengan sahabatmu. Tapi aku belum pernah melihat senyum tulusmu secara langsung…" Onew menatap Key yang masih terpaku melihat isi kameranya.

Namja sipit itu merengkuh tubuh mungil Key. "Orang tuamu tidak bermaksud buruk. Mereka sadar kalau selama ini mereka selalu membiarkanmu kesepian karena kesibukan mereka bekerja. Tapi bukan berarti mereka tidak peduli terhadapmu, kan? Umma dan appamu hanya ingin ada yang menjagamu dan…"

Onew menghela napas sebelum melanjutkan kata-katanya. "…yakin kalau kamu tidak merasa kesepian saat mereka pergi bekerja berbulan-bulan lamanya. Mereka sangat mencintaimu dan ingin yang terbaik untukmu. Setidaknya turutilah keinginan mereka, Key…"

Key masih diam dan berusaha mencerna ucapan Onew tadi. Ia merasa sangat bersalah sudah membentak orang tuanya tadi. Bagaimanapun ia sangat menyayangi kedua orang tuanya.

Melihat tak ada respon dari Key, Onew mengeluarkan ponselnya dan menelpon appanya.

"Yoboseyo, appa? Ne, Key ada bersamaku. Aku akan mengantarnya pulang lebih dulu. Umma dan appa menumpang di mobil Kim ahjussi saja. Kutunggu di rumah keluarga Kim…"

Selesai menelepon, Onew menepuk bahu mungil Key pelan. "Tunggu sebentar. Aku ambil mobil dulu…"

Key hanya mengangguk pelan. Perasaan bersalahnya membuatnya tak bisa berkata-kata. Yang jelas ia ingin meminta maaf pada umma appanya.

.

"Kibummie…"

Nyonya Kim berlari kearah Key dan memeluknya erat.

"Jeongmal mianhaeyo, Key… tapi umma cuma ingin yang terbaik untukmu… Umma…"

"Gwaenchana, umma. Seharusnya aku yang minta maaf pada umma dan appa karena sudah membentak kalian tadi. Mungkin aku akan mencoba menerima keputusan umma dan appa…"

"Jeongmal?" nyonya Kim menatap Key tanpa berkedip. Key mengangguk. "Umma tidak mau aku kesepian, kan? Setidaknya aku masih bisa menerima alasan umma…" Key tersenyum manis dan mengusap air mata yanga mengalir di pipi ummanya dengan ibu jarinya. Setelah itu ganti memeluk appanya. "Mianhae, appa…"

Tuan Kim balas memeluk Key. "Appa juga minta maaf, ya…"

Tuan dan nyonya Lee ikut tersenyum lega. Mereka menatap Onew senang. "Sepertinya kamu berhasil bicara dengannya…"

Lagi-lagi Onew hanya tersenyum menanggapi ucapan appanya.

"Onew-ssi."

"Ne?" Onew menoleh kearah Key saat yeoja itu memanggil namanya.

"Aku menuruti keinginan umma appa serta Lee ahjussi dan ahjumma bukan berarti aku menerimamu begitu saja." ucapnya seraya menatap Onew tajam. Sedang Onew hanya tersenyum meskipun dalam hatinya merasa sakit karena Key menerimanya hanya sekedar untuk menuruti kedua orang tuanya.

"Kalau begitu sebaiknya kamu tidur, Key. Besok kamu harus sekolah, kan?" nyonya Kim mengusap rambut panjang Key sayang. Key mengangguk lalu menatap tuan dan nyonya Lee. "Saya permisi, ahjussi, ahjumma…"

"Ne, selamat tidur…" nyonya Lee memeluk Key lalu mencium pipi kanannya. Tuan Lee menepuk pelan kepala yeoja manis itu.

Setelah Key kembali ke kamarnya, nyonya Kim menatap Onew. "Gomawo, Jinki-ah…" ucapnya senang dibalas dengan senyuman malaikat dari Onew.

"Kalau begitu kami juga langsung pulang saja. Onew besok ada kuliah pagi, takut kesiangan…"

Setelah berbasa-basi sebentar, keluarga Lee langsung pulang ke rumah mereka. (Memangnya rumah siapa lagi?)

.

~oOo~

.

"Waah..! Rupanya sahabatku yang satu ini sebentar lagi bakal menjadi nyonya Lee!"

Key mendelik menatap sahabatnya yang terus menggodanya setelah ia menceritakan tentang perjodohan –yang berubah menjadi pernikahan–nya dengan Onew.

"Diam kau kodok tiang listrik!"

"Hehehe… jangan marah, doong…" sahabatnya menowel dagu Key.

"YA! CHOI MINHO!"

Minho, sahabat karib Key itu nyengir. "Ampun, tuan puteri…" ia masih terus menggoda Key.

"Kau pilih diam atau terima bogem mentah dariku?" tanya Key mengancam. Minho langsung berhenti menggoda Key. Kalau Key sudah mengancam dengan tinjuan tangannya, itu artinya dia benar-benar marah. "Mianhae… jangan sensi gitu…"

Saat ini mereka sedang bersantai di atap sekolah. Tempat yang tak pernah didatangi murid lainnya selain mereka berdua. Tempat yang sangat cocok untuk menceritakan sebuah rahasia bukan?

"Tadi siapa nama orang yang dijodohkan denganmu, Key?"

"Lee Jinki. Panggilannya Onew."

Minho hanya ber-ooh panjang.

"Umurnya?"

"Molla… yang jelas ia masih kuliah."

"Kapan kau menikah?"

Akhir bulan…"

"Mwo? Berarti…" Minho menghitung dengan jarinya. "…sekitar tiga minggu lagi?"

"Ne."

Minho mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yaah, coba dijalani saja dulu. Kalau semakin hari perasaanmu padanya mulai tumbuh, itu bagus…"

"Kalau tidak?"

"Kalau tidak… ng…" Minho menggaruk kepalanya kemudian nyengir. "…molla…"

Key mendengus. "Pokoknya jangan sampai ada yang tahu masalah ini selain kau, Taemin, dan kepala sekolah."

"Kepala sekolah sudah tahu?"

Key mengangguk. "Orang tuaku sudah berbicara dengan kepala sekolah dan memintanya untuk merahasiakannya."

"Dan… tadi kau sebut nama siapa? Taemin?"

"Kau tidak kenal? Anak kelas 1-3 yang sering kau perhatikan diam-diam kalau kami sedang ikut ekskul memasak. Dia itu juga sahabat, sekaligus adik untukku…"

Minho membulatkan matanya. "Jadi namanya Taemin…" gumamnya pelan namun tetap terdengar oleh Key.

"Kau naksir, kan? Mau ku kenalkan?"

Minho cepat-cepat menggeleng. "Ani! Nanti saja biar kenal sendiri…" wajahnya seketika merona. Key terkekeh pelan. "Kau ini ngakunya jantan, tapi menghadapi yeoja yang ditaksirnya saja tidak berani…"

"Bukannya tidak berani! Aku cuma menunggu waktu yang tepat!" bantah Minho yang dibalas tawa mengejek dari yeoja di sebelahnya. "Dasar kodok payah!"

Yaaah, setidaknya bercanda dengan sahabat kodoknya itu membuat hati Key sedikit lebih tenang.

.

.

.

"Bagaimana, Kibummie?"

"Sudah pas, umma…"

Saat ini Key dan Onew sedang fitting baju pernikahan mereka karena seminggu lagi upacara pernikahannya diadakan. Waktu terasa sangat cepat.

Setelah selesai fitting baju, mereka bergegas ke toko perhiasan untuk mengambil cincin pernikahan yang sudah dipesan terlebih dulu. "Cincinnya bagus kan, Kibummie?" nyonya Kim memperlihatkan sepasang cincin yang terbuat dari emas putih yang sangat indah. Namun tetap saja tak membuat Key menyukainya. "Ne, umma…" Key hanya tersenyum tipis. Onew hanya diam menatap Key.

"Bagaimana, Jinki-ah?" nyonya Kim mendekati Onew dan memperlihatkan cincin tersebut.

"Cincinnya indah sekali, ahjumma…" puji Onew sambil melihat cincinnya lebih seksama. Di bagian dalamnya masing-masing terukir nama 'OnKey'.

"OnKey?" Onew menatap heran kearah nyonya Kim yang tersenyum lebar.

"Onew dan Key. Bagus, kan?"

Semua yang ada di sana tersenyum. Tapi tidak dengan Key. Ia sebenarnya sudah merasa pusing tak enak badan tapi ia menyembunyikan rasa sakitnya dengan mendengarkan lagu-lagu kesayangannya. Berusaha memasang wajah setenang mungkin. Key melirik Onew yang masih asyik mengobrol dengan ummanya. Ia mulai berpikir mungkin benar kata Minho, coba dijalani saja dulu. Siapa tahu lama-lama perasaannya akan tumbuh…

'Ani! Aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya!' Key menggelengkan kepalanya.

"Kibummie, gwaenchana?" tuan Lee menepuk bahu Key.

"Gwaenchana, ahjussi. Cuma sedikit capek…" jawab Key berbohong.

"Kalau begitu kita istirahat saja dulu. Dari tadi kita juga belum makan siang, kan? Kajja!"

Mereka makan siang di salah satu restoran cepat saji. Onew menatap Key yang hanya memakan bagiannya sedikit. Sesekali dilihatnya yeoja itu memegangi kepalanya.

"Key, gwaenchana?" Onew mencoba memastikan keadaan Key yang dari tadi hanya diam. Wajahnya yang pucat membuatnya khawatir. Orang tua mereka ikut menatap Key.

"Sudah ku bilang aku tidak apa-apa!" Key menepis tangan Onew yang hendak menyentuh keningnya kasar. Ganti nyonya Lee yang meraba kening Key. "Sepertinya kamu demam, Kibummie… Kita langsung pulang saja, ya? Semua yang dibutuhkan juga sudah dapat…"

"Gwaenchana, ahjumma. Aku…" Key bermaksud berdiri ketika dirasanya pandangannya semakin kabur dan akhirnya gelap. Tubuhnya merosot jatuh namun segera ditangkap boleh Onew yang memang duduk di sebelahnya. Semuanya panik. "Cepat bawa Key ke rumah sakit!" seru tuan Lee. Ia meninggalkan sejumlah uang di meja dan bergegas menyusul yang lainnya membawa Key ke rumah sakit.

.

.

"Ugh…"

Perlahan Key membuka matanya dan menatap sekeliling ruangan yang dicat putih. "Ini dimana?"

"Key, kau sudah sadar?"

Onew menghampiri Key yang bermaksud bangun dari tempat tidurnya. "Jangan bangun dulu kalau masih merasa pusing…"

Key menuruti Onew yang kembali membaringkannya di tempat tidur. Namja dubu itu mengusap rambut Key sayang. "Kenapa kau tidak bilang kalau kau sakit, Key? Kita kan bisa menunda fitting bajunya…"

"Apa urusanmu kalau aku sakit? Memangnya kau siapaku?" lagi-lagi Key menatap Onew dengan sorot mata benci. Onew menghela napas. "Sekarang aku memang bukan siapa-siapamu. Tapi nanti aku yang akan jadi suamimu, Key…"

Key berdecih. Ia memilih memalingkan wajahnya kearah lain daripada terus menatap Onew.

Onew masih terus mengusap rambut Key. Ia semakin mencondongkan tubuhnya semakin dekat dan mencium kening calon istrinya itu lembut.

Anehnya, Key diam saja. Padahal saat namja itu hendak meraba keningnya, ia langsung menghindar dan menepis kasar tangan Onew. Tapi kenapa sekarang dia hanya diam saat Onew mencium keningnya?

Key sedikit tersentak saat merasa ada air yang menetes di keningnya dan di susul dengan tubuh Onew yang mulai bergetar. 'Dia menangis?'

Tak lama Onew lalu melepas ciumannya. Ia segera mengambil tisu di meja yang ada di sebelah tempat tidur Key dan mengusap bekas air mata yang jatuh di kening Key kemudian mengelap air mata yang masih menggenang di kedua mata sabitnya. "Biar ku panggilkan dokter dulu…"

Onew melangkah keluar kamar meninggalkan Key yang masih terdiam. Key melirik ke atas tempat tidurnya dan melihat tombol merah yang biasa digunakan untuk memanggil dokter atau perawat. Untuk apa Onew keluar ruangan segala?

Perlahan diusapnya bekas ciuman Onew di keningnya. Masih terasa lembut bibir Onew saat menyentuh keningnya. Key tahu kalau dia salah karena sudah begitu egois. Ia membenci Onew hanya karena namja itulah yang kelak menjadi suaminya. Padahal orang tua mereka yang memutuskan dan Onew hanya bermaksud patuh pada orang tuanya. Tapi…

"Mianhae, Onew-ssi. Aku tetap tidak akan menerimamu sepenuhnya sebagai suamiku karena ini hanya keinginan kedua orang tua kita…" ucapnya tegas kemudian memejamkan matanya bermaksud untuk tidur. Yeoja itu tak sadar kalau Onew masih berdiri di depan kamarnya dan mendengar semua ucapannya. Namja itu tersenyum miris. "Tapi aku akan tetap mencintaimu dan berusaha menjadi suami yang terbaik untukmu. Karena kau…"

Onew melirik ke dalam kamar melalui kaca yang ada di pintu. Bibirnya tetap menyunggingkan senyum.

"…karena kau adalah cinta pertamaku, Key…"

.

TBC…

.

.

Annyeong~

Author dateng bawa ff OnKey, nih~! *tereak dari atep rumah*

Sebelumnya author minta maaf karna belom sempet nuntasin ff yang 'My Senior, My Brother, My Love'. Otak author bener-bener nggak bisa diajak kerja sama. Ide buat chapter terakhirnya buyar semua! Malah nongol buat ide ff OnKey ini. Ayo yang OnKey Shipper siapa~?

Waktu itu author juga janji mau bawa ff YeWook yang lain tapi belom kesampaian.. sekali lagi, jeongmal mianhaeyo~!
Hiks..T^T

Yaaah, pokoknya doain supaya otak author ga error lagi, biar bisa cepet-cepet nuntasin ff yang sebelumnya, ya?

Akhir kata,

RnR, please~~~