Happy Birthday, Mama!

Krisho Fiction

Genre : Family, Humor

Rating : T

Warning :Suho!Gs. Alternative Universe. Typo[s].

.


Wu's Family

-Wu Yifan (Husband/Father)

-Wu Junmyeon (Wife/Mom)

-Wu Luhan (Eldest, 1st grade Junior High School)

-Wu Baekhyun (Jongdae's twin. 5th grade Elementary School)

-Wu Jongdae (Baekhyun's twin. 5th grade Elementary School)

-Wu Zitao (Sehun's twin. First class of Kindergarten)

-Wu Sehun (Zitao's twin. First class of Kindergarten)


"Mamaaa~dimana seragamku?"

"Mama, Sehunnie mau susu."

"Huwaaa, hyungie, mama, disini ada kecoa!"

"Ma, lihat bola sepak Luhan tidak?"

"Ma, dasiku hilang!"

Suara-suara bocah itu terdengar saling bersahutan. Di jamin, kepala kalian serasa ingin pecah jika mendengarnya secara bersamaan.

Sang ibu masih kerepotan mengurusi dapur. Menyiapkan sarapan. Sementara kelima anaknya sudah berkoar nyaring laksana burung gagak yang kelaparan.

"Luhannie, kemari nak." Teriaknya memanggil sang tertua, tangannya masih sibuk mengurusi wajan yang berisi tumisan daging dan sayur.

"Kenapa, ma? Oh iya, mama lihat bola sepak Luhan tidak?"

Sang ibu berdecak, heran dengan anak sulungnya ini.

"Lu, jangan pikirkan bola-mu dulu. Nanti mama carikan. Sekarang, bantu mama menyusun piring diatas meja."

"Siap, ma!"

Anak sulungnya itu bergegas menata 6 buah piring di atas meja makan. Juga menaruh sepasang sendok dan garpu di masing-masing piring. Setelah itu ia kembali menghampiri ibunya.

"Sudah selesai, ma."

"Apa adik-adikmu sudah selesai mandi dan memakai bajunya?"

"Tao dan Sehun belum mandi. Sementara Jongdae sedang memberantakan kamarnya, mencari dasinya yang hilang. Baekhyun juga ikut-ikutan menghamburkan kamar, katanya mencari baju seragamnya." Lapor Luhan, lengkap tanpa ketinggalan satupun informasi. Dan berhasil membuat ibunya memijat-mijat pelipisnya yang terasa berkedut. Kepalanya pening.

"Mandikan saja Tao dan Sehun, lalu pakaikan seragam mereka. Jongdae dan Baekhyun biar mama yang urus."

"Baik, ma!"

Wanita itu menghela nafas, beruntung si anak sulung dapat menjadi tangan kanannya.

.

Setelah menyelesaikan masakannya dan menyajikannya di tiap-tiap piring, serta membuatkan susu untuk kelima anaknya, ia naik kelantai dua rumahnya. Dan masuk ke kamar anak kembar pertamanya.

"Ya ampun, kalian ingin menghancurkan kamar kalian sendiri?"

Dua tersangka langsung menghentikan pergerakannya. Kemudian menatap ke bibir pintu, dimana sang ibu menatap mereka heran sambil berkacak pinggang.

"Hehe, maaf ma. Dasi Jongdae hilang, ma!"

"Lalu kau, Baekhyun. Apa masalahmu?" Junmyeon bertanya, kemudian maju untuk memungut boneka-boneka yang berserakan di dekat kakinya.

"Emm, seragam Baekhyunie hilang, ma."

Junmyeon mengernyit. Hilang?

"Hilang? Bagaimana bisa?"

Baekhyun mengerucutkan bibirnya,"Lupa."

Junmyeon menghela nafas,"Mama akan merapikan ini dulu. Ayo, bantu mama. Setelah itu, mama akan mencarikan dasi dan seragam kalian."

Dua anak kembar itu melonjak girang, "Terima kasih, mama!"

.

.

Setelah beberapa menit yang melelahkan itu terlewati, akhirnya mereka semua sudah dapat duduk manis di depan sarapan masing-masing. Masing-masing sudah berseragam rapi.

"Makanlah dengan tenang, anak-anak." Tegur Junmyeon ketika Baekhyun berebut bagian ayam dengan Jongdae.

"Ne.."

Junmyeon akhirnya dapat merasakan kedamaian dan ketenanganㅡwalau hanya sesaat.

"Mama, kapan papa pulang?" Tanya Tao sambil terus menggigiti ayamnya. Ia terlihat kesusahan untuk menggigit paha ayam itu.

Junmyeon terdiam. Tak tahu ingin menjawab apa.

"Iya, kapan ma?" Tanya Baekhyun dan Jongdae bersamaan.

"Ehm, mama tidak tahu. Mungkin papa akan pulang saat pekerjaannya sudah selesai."

Kali ini si bungsu yang menimpali,"Kapan kerjaan papa akan selesai? Sehunie ingin jalan-jalan dengan papa dan mama. Dengan hyungdeul juga." Gumamnya dengan bibir mengerucut.

Junmyeon mengusap kepala Sehun,"Sabar ya sayang. Papa pasti pulang. Nah, ayo selesaikan makan kalian. Nanti malah terlambat ke sekolah."

"Ne.."

Junmyeon hanya dapat menghela nafas. Ia selalu mengatakan,

'Papa pasti pulang.'

Walau pada kenyataannya ia tidak tahu, kapan sang suami datang. Ia hanya dapat mengatakan itu untuk menenangkan anak-anaknya. Bukan hanya anak-anaknya yang merindukan sang ayah.

Ia juga merindukan ayah dari kelima anak-anaknya ini.

.

.

.

"Luhanie, jaga adik kembarmu ya. Makan bekal kalian saat jam istirahat. Jangan makan sembarangan, jangan nakal, dan belajar yang benar ya."

Luhan mengangguk pelan,"Iya, mama."

Kali ini Junmyeon mengalihkan pandangannya pada bocah kembar di samping Luhan, dan melanjutkan petuahnya.

"Baekhyun, Jongdae, berhenti mengerjai teman-teman kalian. Belajar yang betul. Nanti saat jam istirahat makan bekalnya ya, jangan jajan sembarangan. Kalau sudah pulang sekolah, tunggu kelas Luhan hyung sampai selesai ya. Kalian tunggu di depan gerbang. Kalau ada orang asing janganㅡ"

"Jangan mau dibujuk apalagi sampai dibawa. Iya, ma. Kami akan melakukan semua yang mama katakan. Jadi mama tidak usah khawatir ya!" Potong Baekhyun dengan wajah meringis. Ceramahan ibunya panjang sekali.

Junmyeon mendengus pelan, lalu menjitak kepala anaknya sayang.

"Dasar. Ya sudah, sana masuk."

Junmyeon melepas mereka bertiga setelah mengecup dahi mereka satu per satu. Sekarang tinggal mengantar kembar bungsunya.

"Kalian siap untuk bersekolah, kids?" Tanya Junmyeon sambil melirik kedua anak kembar tak identiknya yang duduk di belakang.

"Nee~"

"Kalian akan mendapat banyak teman disana. Berteman dengan baik ya~?"

"Nee~~"

Perjalanan menuju sekolah baru mereka berlangsung dengan tenang. Sesekali terdengar nyanyian riang dari kedua anak kembar itu. Junmyeon hanya tertawa-tawa mendengarnya.

"Nah, kita sudah sampai~"

Junmyeon turun dari mobil, lalu membukakan pintu belakang. Dan kedua anaknya turun dari mobil.

Setelah mengunci mobilnya, ia berjalan masuk ke sekolah baru Sehun dan Tao.

Sesampainya di depan kelas baru mereka, Junmyeon berhenti menuntun kedua anaknya. Sehun dan Tao pun berbalik, memandang ibunya dengan sorot mata bertanya.

"Kenapa mama berhenti? Mama tidak masuk?"

Junmyeon terkekeh pelan, lalu berjongkok di hadapan kedua anaknya.

"Yang sekolah kan kalian. Jadi, kalian yang masuk. Mama hanya mengantar sampai disini, sayang."

Tao memandang ibunya berkaca-kaca,"Apa mama akan meninggalkan kami? Kami takut ma!"

"Karena ini hari pertama, jadi mama akan menunggui kalian. Nah, kalian masuk saja, ya. Jangan khawatir, mama duduk disitu." Ujar Junmyeon sembari menunjuk ke arah deretan kursi yang ada di dekat situ.

Junmyeon kelabakan karena dihadapkan dengan dua pasang mata yang berkaca-kaca.

"E-eh? Kenapa menatap mama seperti itu? Sudah, sudah. Ayo masuk ke dalam, kalian anak pintar, 'kan?"

Angguk.

"Nah, kalau begitu, ayo masuk. Jangan takut. Ibu gurunya baik kok. Tidak seperti yang diceitakan Baekkie hyung."

Setelah mencium dahi kedua anaknya, ia mendorong pelan anak-anaknya agar masuk ke dalam kelas. Junmyeon masih berdiri di depan kelas. Dan memberi senyuman penenang ketika kedua anaknya menolehkan kepala padanya.

Ia menghela nafas lega saat mereka duduk di tempatnya. Dan ia melihat seorang anak mendekati Sehun juga Tao. Sepertinya mengajak berkenalan. Dan anak-anaknya menyambut dengan baik. Ia bersyukur karena anaknya bisa berbaur dengan lingkungan baru.

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang ketika Junmyeon menginjakkan kaki di rumahnya. Anak kembar bungsunya baru pulang sekolah. Dan ia berencana menyiapkan makan siang. Sebelum itu, ia menyuruh Sehun dan Tao berganti baju.

"Mama, Tao mau pakai baju panda yang kemarin."

Junmyeon masih mencari pakaian untuk Sehun dan Tao di dalam lemari. Ia hanya diam, tak menyahuti permintaan Tao.

"Mamaaa~?"

Ia kembali dengan dua setelan pakaian bergambar kelinci. Yang satu berwarna putih, dan yang satunya lagi berwarna hitam.

"Baju itu belum dicuci. Masih berada di keranjang pakaian kotor. Sekarang pakai bunny dulu, ne?"

Tao cemberut, tapi pasrah saja saat ibunya memakaikan baju bergambar kelinci itu.

Tidak seperti Tao yang banyak protes soal baju, Sehun tidak mempermasalahkan gambar baju yang di pakainya.

"Nah, kalian mau makan apa?"

"Cookies, ma!"ㅡTao.

"Ada ayam, ma?"ㅡSehun.

Junmyeon menggandeng tangan kedua anaknya, dan membawanya ke dapur.

"Apa kalian ingin membantu mama memasak?"

Sehun mengangguk semangat. Sementara Tao terlihat enggan dengan ajakan ibunya.

Junmyeon tersenyum, lalu mencubit pipi Tao pelan.

"Kita membuat sup dahulu. Kemudian kita membuat cookies bersama. Mau tidak?"

Tao tiba-tiba mengangguk semangat, "Ne!"

Junmyeon tertawa geli,"Nah, mama punya apron panda untuk Tao, dan apron kelinci untuk Sehunnie~"

Dengan hati berbunga, Sehun dan Tao memakai apron itu.

"Ma, tadi pas di sekolah, ada yang mau berteman dengan Sehun dan Tao! Namanya…eumm..Tao hyung, namanya siapa?"

"Namanya Kyungsoo."

"Nah, iya, namanya Kyungsoo! Hihi~"

Junmyeon yang sedang membersihkan ayamnya pun tersenyum mendengar cerita tersebut.

"Aigoo~anak mama sepertinya senang sekali. Apa Sehunnie senang bersekolah?"

"Nee~"

"Tao juga suka! Tadi kami diajari membuat origami."

Junmyeon tersenyum, lalu menyerahkan sebuah mangkok pada Tao.

"Mama akan memotong sayurannya. Nanti, Tao masukkan potongannya ke dalam mangkuk ya."

"Ne~"

"Sehun, ma, Sehun?"

"Sehun bergantian saja dengan Tao hyung. Sehun kan tidak bisa menggunakan pisau."

Sehun memajukan bibirnya. Ia tidak kebagian tugas, dong.

"Tao hyuung~Sehun juga ingin memasukkan sayurnya.."

"Eng! Nanti duluu.."

"Huwee…Tao hyuuung!"

.

.

.

"Mama, Sehunie mau menaburi coklatnya!"

"Tao juga, Tao juga!"

"Iya, iya, bergantian ya. Nanti tumpah."

Junmyeon kewalahan menghadapi antusiasme anak-anaknya saat membuat cookies coklat.

Sehun mengambil segenggam choco chips dari mangkuk yang di pegang Junmyeon. Lalu menumpahkannya di atas adonan cookies yang disusun di atas Loyang.

Junmyeon sweatdrop melihatnya,"Sehun, itu terlalu banyak."

Anaknya itu tertawa girang, "Sehun suka coklat!"

"Apa Sehunie mau, giginya berlubang karena terlalu banyak makan coklat?"

Sehun buru-buru menggeleng sembari menutupi mulutnya,"Sehun tidak mau!"

"Makanya, kalian jangan terlalu banyak makan cokelat dan permen. Nanti gigi kalian berlubang karena dimakan oleh monster kuman!"

Tao berjengit takut karena mendengar kata monster.

.

Junmyeon pun memunguti choco chips yang ditaburkan secara berlebihan oleh Sehun tadi dan menaruhnya lagi di mangkuk.

"Nah, sudah selesai. Ayo kita memanggang!"

Sehun dan Tao mengekori Junmyeon yang berjalan menuju oven.

"Mama, kapan cookiesnya matang?" Sehun bertanya sambil memandang lapar ke arah pintu oven yang baru saja ditutup oleh mamanya.

"Kita harus memanggangnya selama 30 menit."

"Tao akan menyimpan cookiesnya untuk papa!" Seru Tao sambil melompat-lompat kecil.

"Papa pasti akan menyukai cookies buatan Sehun dan Tao." Sahut Sehun lagi sambil membayangkan papanya yang memakan cookies buatannya dengan Tao hyung tersayang.

Junmyeon jongkok dihadapan kedua anaknya guna melepas apron yang masih melekat di tubuh mungil anaknya itu.

"Kalian bisa menonton tv sebentar. Mama mau mandi. Setelah itu kita akan menjemput Luhan hyung, Baekkie hyung dan Jongdae hyung."

.

.

.

Luhan, Baekhyun, Jongdae, Tao dan Sehun saat ini tengah berkumpul di ruang tengah.

Luhan sedang membantu Baekhyun dan Jongdae untuk mengerjakan pr-nya. Sementara Sehun dan Tao asyik menonton kartun.

"Ya! Jangan menyenggol tanganku dong. Tulisannya kan jadi jelek."

"Aku kan tidak sengaja. Nih, hapus. Benerin tulisannya."

Baekhyun mendengus, dan menyambut penghapus yang diulurkan Jongdae.

"Jongdae jelek!"

"Yah!"

"Bisakah kalian tidak ribut, ha?" Luhan menggerutu, pusing melihat tingkah kedua adiknya ini.

Baekhyun dan Jongdae terdiam, dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan bibir mengerucut.

"Hyung, Luhan Hyung!" Baekhyun berseru memanggil hyungnya. Padahal jarak mereka berdua kurang dari satu meter.

"Apa?"

"Besok ulang tahun mama, kan?"

Jongdae mengangkat kepalanya, begitu pula Luhan.

"Besok tanggal 22 ya?" Tanya Jongdae.

Baekhyun mengangguk semangat, "Aku ingin, kita semua member kejutan pada mama."

"Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Luhan.

"Bagaimana kalau sore ini kita pergi kerumah Bibi Yixing? Kita minta bantuan untuk membuat kue. Lalu Luhan hyung telpon papa deh! Tanya sama papa, kapan pulang. Aku sih inginnya papa pulang hari ini kalau tidak sibuk…" Suara Baekhyun melemah di akhir kalimatnya.

Luhan mengusak surai Baekhyun dengan lembut,"Papa sudah lama keluar kota. Hampir setengah bulan! Kupikir papa sudah tidak terlalu sibuk lagi. Mungkin saja papa sudah bersiap untuk pulang. Tenang dulu, Baekkie."

"Kalau begitu, kita harus ke rumah Bibi Yixing kapan?" Tanya Jongdae.

"Hmm, sekarang bagaimana? Kalau kita pulang terlambat dan membawa bingkisan, mama pasti curiga. Mumpung mama sedang pergi." Ujar Luhan memberi saran.

"Sehun dan Tao bagaimana?" Bisik Jongdae sambil menunjuk kedua adik bungsunya yang terlarut dalam kartun.

"Kalau di bawa, takutnya merepotkan Bibi Yxing. Tapi kalau di tinggal, pasti lebih repot lagi." Gumam Luhan dengan dahi berkerut, tandanya berpikir keras.

"Ah, bukannya ada Jongin disana? Sehun dan Tao kan senang sekali bermain dengan Jongin." Jongdae hampir memekik saat mengatakan itu. Terlalu excited.

Luhan menepuk tangannya pelan,"Kau jenius, Jongdae-ya! Baiklah. Sekarang kalian bereskan semua ini ya. Hyung akan berbicara dengan Sehunnie dan Tao."

"Siap, hyung!"

Luhan berdiri, dan menghampiri Sehun dan Tao. Kemudian duduk di samping Tao.

"Sehunna, Tao-ya, hyung akan pergi ke rumah Bibi Yixing. Apa kalian mau ikut?"

Sehun yang mendengarnya langsung melonjak dari tempat duduknya,"Mau ikut, hyung! Ikut, ikut! Sehunnie mau main dengan Jonginnie hyung!"

"Kalau Tao bagaimana?" Tanya Luhan pada adiknya yang masih terpaku pada layar televisi.

"Yaa~Tao hyung mau ikut tidak?"

"Tao?"

"…"

"Hey, Wu Zitao? Kau mendengar hyung tidak?"

"…"

Luhan menepuk jidatnya dengan keras. Tao kalau sudah terlarut dengan televisi, susah sekali sih di panggil.

.

.

.

"Yeoboseyo..?"

"Ne, Yeoboseyo?"

"Papa, ini Luhan." Lirih Luhan dengan suara yang pelan.

"Eoh? Luhannie? Kenapa menelepon?"

Luhan menggigiti bibirnya, sedikit ragu dengan hatinya yang ingin banyak bertanya pada sang ayah.

"Luhannie? Kau masih disitu?"

Ia menghela nafasnya. 'Luhan, kau sudah janji dengan adikmu. Sebagai hyung kau harus bertanggung jawab. Ya. Aku berani dan bertanggung jawab.' Batinnya berbicara, meyakinkan dirinya sendiri.

"Pa, kapan papa pulang?"

Terdengar jeda beberapa saat, sebelum akhirnya suara berat sang ayah menyapa gendang telinganya.

"Maaf, sayang. Papa masih ada kerjaan. Mungkin akan pulang besok."

Raut wajah Luhan mengeruh. Ia merasa sangat kecewa.

"Maafkan Papa, sayang."

Luhan menghela nafas, lalu tersenyum tipis.

"Begitu ya? Padahal Luhan berharap Papa bisa pulang cepat untuk merayakan ulang tahun Mama besok.."

Sang ayah di seberang sana terhenyak kala mendengar suara kecewa anaknya.

Dan apa? Ulang tahun mamanya? Ulang tahun isteri tercintanya?

Crap. Ia melupakan hari penting itu.

"Err, Luhannie, Papaㅡ"

"Papa lupa ya?"

Skakmat! Tepat sekali.

"Uh, ya. Maafkan Papa."

Sementara itu, Luhan mengerucutkan bibirnya. Papanya ini pelupa sekali, sih?!

"Luhan? Papa akan segera menyelesaikan pekerjaan papa dengan cepat. Dan sebisa mungkin, malam ini juga papa pulang. Do'a kan papa agar bisa menyelesaikan tugas ini dengan cepat."

Wajah Luhan menjadi berseri, "Benarkah? Papa mau menepati janji?"

Pria di seberang sana terkekeh ringan,"Kalau papa mengingkari janji yang papa buat, silahkan pukul papa nanti."

Luhan tertawa,"Aku akan memukul papa dengan tongkat bisbolku! Hahaha!"

Luhan dapat mendengar tawa renyah dari ayahnya,"Tunggu papa ya. Salam untuk adik-adikmu. Untuk mamamu juga. Saranghae."

"Nado saranghae. Cepat pulang, Pa!"

"Iya, iya."

Pip!

Luhan menyimpan ponselnya dan masuk ke dalam rumah Bibi Yixing dengan wajah berseri.

Hal pertama yang ia lakukan adalah mencari Baekhyun dan Jongdae di dapur.

"Baekhyun-ah! Jongdae-ya!" Teriak Luhan semangat.

"Aigoo..kenapa teriak-teriak, hm?" Tanya Yixing sambil menaruh bahan-bahan untuk membuat kue.

"Aku senang sekali, Bi! Oh iya, mana Baekhyun dan Jongdae?"

"Bibi menyuruh mereka mengambil mixer di lemari sana." Tunjuknya pada lemari seukuran tubuh Baekhyun dan Jongdae yang terbuka.

Luhan segera menghampiri lemari yang ditunjukkan Bibi Yixing.

"Ya, Baekhyun-ah, Jongdae-ya! Tebak apa yang dikatakan Papa."

Duk!

"Aduh, kepalaku! Kau sih, dorong-dorong." Gerutu Jongdae sambil mengusap-usap jidatnya yang ia pikir akan menjadi benjol bertingkat seperti kartun Shinchan.

"Maaf!" Gumam Baekhyun sambil memegang mixer.

"Jadi, Papa bilang apa, hyung?" Tanya keduanya penuh rasa penasaran kepada kakak rusanya.

"Papa memang tidak berkata akan pulang malam ini. Tapi, papa akan berusaha secepat mungkin untuk pulang. Dan kau tahu tidak? Papa bahkan lupa kalau besok ulang tahun mama!" Seru Luhan, masih kesal dengan sifat pelupa papanya itu.

"Mwo? Ya ampun, papa pelupa sekali sih!" Keluh Jongdae.

"Kita do'a kan saja, semoga papa cepat pulang, dan bisa ikut membantu kita menyiapkan kejutan untuk mama besok."

Baekhyun dan Jongdae mengangguk.

"Semoga papa pulang malam ini juga. Oh iya hyung, kirim pesan pada papa deh! Beritahu, kalau pulang malam ini, masuk ke rumah secara diam-diam menggunakan kunci cadangan yang ada di bawah pot bunga mawar kesukaan mama. Dan jangan tidur di kamar mama. Ayo cepat kirimi papa pesan dulu!" Seru Jongdae sambil menepuk-nepuk tangannya heboh, memburu Luhan agar segera mengirimi pesan singkat kepada ayahnya itu.

Luhan berdecak, kemudian mengeluarkan ponselnya, "Iya, iya. Sabar dong."

"Anak-anak, mana mixernya? Ayo bantu bibi mencampur bahannya!" Seru Yixing dari dapur. Baekhyun dan Jongdae pun buru-buru menghampiri Yixing.

"Bi, bibi!" Bisik Baekhyun, memanggil Yixing.

"Hmm? Kenapa?"

"Janji ya, jangan beritahu mama dahulu soal ini!"

Yixing tersenyum, menampakkan lesung pipinya yang sangat dalam.

"Tenang Baekkie-ku sayang. Rahasiamu aman pada Bibi."

TBC


Buru-buru. Takut kehabisan kuota! :v

Btw, happy birthday Suho mama!

.

.

-0:15 WITA-