Cinderella or Sakura?

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning:

AU, OOC, Typo(s), berdasarkan kisah Cinderella dengan banyak perubahan, dan segala sesuatu yang akan membuat anda akan merasakan efek samping setelah membaca ini.

Don't like? Don't read!

Suasana saat ini tak berbeda dengan yang tadi. Air matanya masih mengalir. Menghapus debu-debu-atau semacamnya-yang menutupi pipi putihnya. Gadis ini sedang menghadap rembulan dengan sinarnya yang meredup karena sedikit demi sedikit mulai tertutup awan. Gadis ini memejamkan matanya saat angin bertiup nakal membuat rambutnya yang berwarna softpink pendek sebahu itu melambai-lambai membuat gadis yang biasa dipanggil Sakura ini tampak anggun. Tapi saat kita melihat pakaiannya, sangat jauh dari kata anggun. Begitupun tempat dia berpijak sekarang, tempat yang setiap harinya dia pakai untuk beristirahat. Mungkinkah seorang yang anggun memakai baju yang kusam dan penuh dengan jahitan-jahitan di sana-sini? Dan mungkinkah seorang yang anggun dan cantik tidur di loteng yang lebih layak disebut gudang? Yah, dialah Cinderella.

Flashback

Tokk..tokk..tokk

"Sasuke, ini aku." Terdengar sebuah suara di balik pintu. "Masuklah." Jawab sebuah suara lain dengan nada sarkastik. Detik berikutnya masuklah seorang gadis dengan rambut berwarna softpink yang panjang yang membuat gadis itu tampak lebih cantik.

"Apa aku mengganggu?" tanya gadis pink setelah menutup pintu.

"Tentu saja tidak, ini kan jam makan siang." Jawab pria yang dipanggil Sasuke tadi. Gadis yang kita ketahui bernama Sakura itu berjalan mendekati meja kerja Sasuke.

"Kau belum makan siang kan? Kalau begitu makan siang denganku saja, bagaimana?" tawar Sakura dengan mata yang berbinar-binar yang kalau Sasuke melihatnya akan membuatnya gemas ingin mencubit pipi Sakura. Tapi, sayangnya Sasuke tidak melihat karena terlalu sibuk dengan kertas-kertas di meja kerjanya. Damn it!

"Hn, boleh juga."

"Kalau begitu, sini biar kubantu."

Sasuke dan Sakura kini telah berada di dalam mobil. Mereka sedang menuju ke café favorit mereka.

"Sasuke, kapan Orangtua dan Kakakmu pulang?" tanya Sakura yang sedang memandangi cincin perak di jari manis sebelah kirinya-yang diberikan Sasuke saat proses pelamaran kemarin. Sesekali Sakura mengerjap karena silauan dari berlian kecil di cincinnya itu.

"Tenang saja, minggu depan mereka pulang. Jadi, kita bisa bertunangan dalam waktu dekat ini." Jawab Sasuke yang sedang fokus menyetir namun sesekali tetap melirik kekasih di sampingnya.

"Apa mereka akan setuju dengan hubungan kita?" tanya Sakura ragu mengingat keluarga Sasuke yang berada di luar negeri belum mengenalnya.

"Mereka akan menerima apapun keputusanku." Dan pada saat itu mereka sampai di tempat tujuan mereka.

"Dan, bagaimana dengan Orangtuamu?" tanya Sasuke mencegah Sakura yang hendak menuruni mobil.

"Eh? Tentu saja mereka setuju. Mereka kan sudah kuberi tahu kemarin." Jawab Sakura seadanya.

"Baguslah." Gumam Sasuke. Sasuke beralih menatap Emerald Sakura. Emerald yang mampu menarik dan menjeratnya erat. Sasuke mendekatkan wajahnya perlahan dan mencium bibir ranum Sakura. Meskipun Sakura sering melakukan ini dengan Sasuke, tetap saja wajahnya memanas dan membuat wajahnya merona merah.

Lama mereka berciuman sampai akhirnya pasokan oksigen mereka menipis. Dengan berat hati mereka melepas ciuman panjang tersebut.

"Ayo kita turun." Ajak sakura alih-alih menyembunyikan Blushingnya. Namun, tetap saja Sasuke mengetahui cara lama Sakura. Sasuke hanya tersenyum kecil.

Tepat saat Sakura menuruni mobil, ponselnya berbunyi. Sakura pun mengambilnya.

"Siapa?" tanya Sasuke yang mengetahui.

"Entahlah, nomor asing." Jawab Sakura.

"Angkat saja."

Sakura pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" sapa Sakura.

"Ya benar, aku Haruno Sakura." Sakura terdiam mendengar orang yang menelponnya berbicara. Ia mencoba menjadi pendengar yang baik. Namun, detik berikutnya ekspresinya berubah 180 derajat.

"A-apa?" tangan sakura bergetar hingga ponselnya terjatuh begitupun tubuhnya. Sakura jatuh terduduk.

"Sakura! Ada apa?" Sasuke terlihat Khawatir. Ia mensejajarkan posisinya dengan Sakura. Sasuke bertambah khawatir saat melihat Sakura menangis.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau menangis, Sakura?"

"Ayah dan Ibuku," Sakura tampak sulit melanjutkan kata-katanya. "Meninggal." Dan pada saat itu tangisan sakura pecah begitu saja. Sasuke terkejut seperti saat Sakura mendengar berita ini. Sasuke menarik tubuh Sakura dalam pelukannya. Membiarkan Sakura menangis di sana.

Aku akan selalu ada di sampingmu.

Seusai pemakaman kedua orangtuanya, Sakura kini mengurung diri di kamarnya. Tak ada yang bisa di lakukannya saat ini. Kalau saja Sasuke tidak membujuknya untuk pulang, mungkin dia masih ada di samping makam ibu dan ayahnya.

Di sisi lain …

"Ibu, kapan kita pindah dari sini?" tanya seorang gadis yang sedang bercermin dan menyisir rambut merah panjangnya.

"Jangan buru-buru, biarkan Sakura menikmati sisa-sisa kebahagiannya sebelum akhirnya dia benar-benar menderita nanti." Jawab sang ibu yang juga berambut merah dengan menyeringai licik.

"Huhh..aku sudah tidak sabar." Sang anak terlihat kesal.

Kembali ke Sakura …

Sasuke yang seharian ini berada di rumah Sakura belum sekalipun berhasil membujuk Sakura untuk mau makan. Meskipun hanya sesendok. Kali ini dia akan mencobanya lagi dan harus berhasil.

"Sakura, kumohon makanlah." Sasuke menyodorkan sesendok nasi kearah mulut Sakura. Namun, Sakura tak bergeming sedikitpun. Sakura menatap keluar jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Seolah-olah dia ingin terbang menerobos jendela itu menyusul kedua orang tuanya. Tapi,

"Sakura, masih ada aku di sini." Ucap Sasuke lembut. Akhirnya Sakura mau melihat Onyx Sasuke dengan Emeraldnya yang meredup. Detik berikutnya Sakura menerjang tubuh Sasuke. Memeluknya erat.

"Sasuke, jangan tinggalkan aku, aku tidak punya siapa-siapa lagi sekarang, kecuali kau, Sasuke." Sakura menangis di dada bidang Sasuke.

"Aku bodoh sekali jika melakukan itu. Aku berjanji takkan pernah meninggalkanmu, Sakura." Sasuke mengusap rambut panjang Sakura dengan lembut.

"Sekarang kau makan ya, aku tidak mau melihatmu bersedih dan sakit." Sakura hanya bisa tersenyum lemas.

Sudah dua hari Sasuke tidak mengunjungi Sakura karena berbagai alasan pekerjaan. Dan hari ini Sasuke tidak pernah sekalipun fokus dengan pekerjaannya. Dia khawatir dengan keadaan Sakura. Dan akhirnya Sasuke memutuskan untuk menelpon ke rumah Sakura. Lama menunggu akhirnya diangkat juga.

"Halo Sasuke, ada apa?" jawab sakura di ujung telepon.

"Tentu saja, aku sedang memasak sekarang, nanti kau kesini ya."

"Hn, aku akan kesana sekarang, sekalian makan siang."

"Baiklah, akan kutunggu."

"Hn, sampai jumpa nanti ya."

Sasuke sedikit lega bisa mendengar suara Sakura. Walaupun masih ada sedikit suara parau saat Sakura berbicara.

Sementara itu, Sakura kini tengah melanjutkan acara potong-memotong sayur-sayurannya. Kini dia bertambah semangat memasak karena tahu Sasuke akan makan siang di rumahnya. Itu berarti dia harus memasak spesial hari ini.

Crrash

Karena terlalu bersemangat, Sakura malah memotong kulit pada ujung jari telunjuknya tanpa sengaja. Dia merintih kesakitan memegangi lukanya. Darah keluar dari lukanya sedikit demi sedikit.

"Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Berkali-kali Sasuke memencet klakson mobilnya. Begitupun pengemudi mobil lain. Wajar saja, jalan yang di lalui Sasuke kini sedang macet parah. Sasuke yang gusar memutuskan untuk memotong jalan melewati jembatan tua yang berada di sisi kiri jalan raya. Sasuke berpikir takkan ada yang akan lewat di jalan ini Karena faktor keselamatan. Namun dugaannya salah, di depannya ada dua mobil yang bejalan lambat di atas jembatan rapuh ini, dan di belakangnya mengekor beberapa mobil.

"Sial!"

Tanpa basa-basi Sasuke menyalip dua mobil di depannya. Namun, Sasuke tampak terkesiap saat melihat ada sebuah bus sekolah taman kanak-kanak yang melaju ke arahnya. Dia terjebak, tidak bisa mundur apalagi maju. Sasuke membanting setir kemudi ke arah kiri dengan tajam dan menginjak gas kuat-kuat. Sasuke berhasil menerjang pembatas jembatan tersebut dengan mobilnya. Murid-murid taman kanak-kanak tersebut selamat. Tapi, bagaimana dengan Sasuke?

To Be Continued …

Gimana? Udah ngerasain efek samping?

Kalo udah,

Review Please …