Annyeong~! ^^ saya bawa fanfic YunJae (lagi) hehe. Ini fanfic udah lamaaa banget waktu jaman2 nya saya baru jadi YJ shipper, jadi maap ya kalo pendeskripsiannya masih gaje eukyang kyang xD
Happy ur YunJae~ ^^
xxXXxx
My Love is My Housekeeper
By
junnilicious
.
Genre: romance-humor-friendship
Rated: T
Cast: JYJCY + Suju members
Pair: YunJae
Hints: YunRa (again) WonJae, YooSu, MinKyu
Warning: Yaoi, gaje, AU.
xxXXxx
.
.
YunHo POV
Kriing… kriing.. kriing…
Kriing… kriing.. kriing…
Kriing… kriing.. kriing…
Aish~! Orang bodoh macam apa yang meneleponku di pagi buta ini. Tsk~ mengganggu saja. Dengan malas aku beranjak dari tempat tidurku dan mengangkat telepon 'sialan' itu.
"Yobosseo?" sapaku malas. Sesaat aku mendengar orang diseberang sana menghembuskan nafas panjang.
"YAH! Jung Yunhoooo! Kenapa HandPhone-mu tidak aktif sih. Jangan lupa jam 8 nanti kau harus sudah sampai di lokasi syuting. Jangan telat lagi! Kau tahu sendiri bukan, jadwal syutingmu hari ini sangat padat."
Aish! Suara menyebalkan ini.. suara menyebalkan yang telah mengganggu tidurku. Demi Tuhan, jika sekarang aku sedang berada didekatnya, aku bersumpah akan memukulnya dengan bola basket-ku. Tidak perduli dengan statusnya sebagai 'Hyung' dan Manager-ku.
"Arraseo! Aku tahu itu Kim Heechul." jawabku masih malas.
"Yah! panggil aku hyung! dasar dongsaeng bodoh!" bentaknya kesal. Aku memutar bola mataku bosan.
"Baiklah.. Heechul HYUNG. Puas?" Aku sengaja menekankan kata 'Hyung' padanya.
"Begitu lebih enak kan Yunnie?"
"Terserah~" tanpa menunggu jawaban darinya, aku memutuskan telepon secara sepihak.
Well, daripada mendengarkan ocehannya yang membuat telingaku sakit, lebih baik aku melanjutkan tidurku yang tertunda bukan?
~ooOOoo~
JaeJoong POV
Aigo! kepalaku sakit sekali, mungkin ini gara-gara aku kebanyakan minum tadi. Sesekali aku memijit-mijit keningku dengan tangan kiriku, rasanya sungguh tersiksa. Kemudian aku melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Mwo? Sudah jam 6 pagi… siaall.. aku harus buru-buru pulang, kalau tidak Keluarga-ku- terutama Appa pasti akan marah besar padaku.
Dengan langkah yang tertatih-tatih, aku menghampiri Junsu yang sedang mengobrol dengan seorang pria.
"Su-ah.. cepat antarkan aku pulang," kataku sambil menepuk pundaknya, ia menoleh dan memandangku kesal.
"Mwo? Pulang? Kau yakin, hyung? Ini masih malam kan? Biasanya juga kau pulang subuh. Sudahlah cepat kau kembali ke bangkumu itu. Aku sibuk." ia mendorong tubuhku hingga membuatku mundur beberapa langkah.
Aku mendelik padanya. "Paboya! ini sudah jam 6 pagi, tahu! Cepat kau antarkan aku pulang. Se-ka-rang!" bentakku tepat didepan wajah imutnya, ia mengerucutkan bibirnya dan melihat jam dinding yang berada di sampingnya.
Ia menatapku kecewa."Aigo~ kau benar! Tapi untuk yang sekarang, aku tak bisa mengantarmu pulang hyung-ah. Aku sedang sibuk." katanya sembari melirik kearah pria yang tak berada jauh dari kami. Aku memutar bola mataku.
"Andwae! Pokoknya kau harus mengantarku!" kataku tak mau kalah.
"Yah! Kau tinggal naik Taxi saja. Beres kan?"
"Andwae!"
"Aish! Kau benar-benar menyusahkanku, hyung!" ujarnya ketus sembari masih terus mengerucutkan bibirnya. Aku mengangkat bahuku dan memalingkan pandanganku kearah lain.
"Arraso! kau tunggu disini. Aku mau bicara pada pria itu sebentar," Aku menganggukan kepalaku. Sedetik kemudian ia melangkahkan kakinya dan menemui pria yang ia maksud, err… seorang pria tampan dengan stelan jas hitam.
Beberapa menit kemudian Junsu kembali menemuiku dan menarik tanganku.
"Ayo cepat! Sebaiknya kau cepat pulang, aku tidak mau kau di hukum mencuci mobil, membersihkan gudang dan mengerjakan pekerjaan housekeeper lagi oleh Appa-mu itu karena kau ketahuan mengunjungi Pub lagi." katanya sambil terus menyeret tanganku dan membawaku ke area parkir mobil.
"Tenang. Aku punya kunci cadangan rumahku."
"Pabboya! itu tidak menjamin kau akan lolos dari pengawasan Appa-mu."
Ah… benar apa yang dikatakan Junsu barusan, kalaupun aku mempunyai kunci cadangan sekalipun itu sama sekali tidak menjamin aku bisa lolos dari pengawasan Appa-ku, yang sengaja memasang kamera disetiap surut ruangan.
"Kau benar." kataku sebal.
"Tentu saja aku benar. Lagian sudah tahu sifat kedua orang tuamu itu seperti apa. Kau malah nekat pergi ke Pub, ber Party-ria, dan lebih parahnya kau malah kabur dari rumah dan tidak memberitahukan pada mereka. Aish! Kau benar-benar sudah gila. Dan lebih gilanya.. kau malah membawaku dalam masalah konyol-mu ini, huh. Jae hyung?" Junsu melirik kearahku dengan pandangan sinisnya, aku mendengus kesal.
"Ya… ya.. aku tahu itu. Maafkan aku, oke?" segera mungkin aku memasuki mobilnya.
"Ya! Kalau kau tahu itu. kenapa kau malah melakukannya. Dasar bodoh!" katanya kesal, sedetik kemudian ia memasuki mobilnya lalu menstater Ferarri-nya, dan meninggalkan area parkir.
"Sudahlah Su~ie. Hentikan ocehanmu itu, lebih baik kau konsentrasi menyetir saja." kulihat Junsu kembali melirik kearahku dan menggeleng-gelengkan kepalanya, sesaat kemudian ia kembali konsentrasi ke jalanan.
Yah- seperti yang Junsu singgung tadi, aku adalah seorang Kim Jaejoong yang memiliki predikat 'Bad Boy' yang sangat melekat padaku. Aku mempunyai segalanya. Uang… kebebasan, dan segala yang aku inginkan pasti akan segera terwujud. Orang tuaku pemilik 'Kim Corp' yang sangat maju di Seoul. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Hyung-ku bernama Kim HyunJoong, mungkin kepribadian antara aku dan Hyung sangat berbeda. Hyung tidak pernah berfoya-foya sepertiku, ia orang yang sangat disiplin dan sangat membenci dunia malam. Sedangkan aku? Selama ini hidupku penuh dengan hura-hura, setiap hari aku habiskan untuk clubbing atau party. Moto hidupku juga sangat simpel, yakni 'Life is Party'. Tiada hari tanpa Party dan party. Pada awalnya, kedua orang tuaku tidak pernah mengekangku untuk berbuat ini-dan itu, mereka selalu memberiku kebebasan penuh. Hingga suatu hari mereka menemukanku yang sedang terkapar di lantai kamarku karena overdosis minuman keras. Dan mulai sejak kejadian itu mereka mulai mengekangku, mengekang kebebasanku. Mereka selalu mengawasi gerak-gerikku, mulai dari menyewa seseorang untuk membuntutiku sampai memasang beberapa kamera di rumah kami. Tapi, aku tidak begitu saja melupakan 'kebiasaan'ku itu. Aku sering pergi ke Pub diam-diam, seperti sekarang yang kulakukan. Pergi ke Pub diam-diam dan meminta sahabatku-JunSu untuk menjemputku di perempatan jalan rumahku.
"Sudah sampai." perkataan JunSu tadi sedikit membuatku terlonjak kaget, lalu aku mengalihkan pandanganku arah kiri dan disana- aku melihat jelas bangunan megah yang berdiri dengan kokohnya, ya.. itu adalah rumahku ah lebih tepatnya mansion ku.
"Gomawo Su~ie yang imut." godaku lalu membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
"Ya!" teriak JunSu, aku melambaikan tanganku tanpa menatap kearahnya.
Aku memutar arah, menuju kesamping kanan rumahku. Aku tidak mungkin kan masuk melalui gerbang utama, sudah pasti disana ada satpam yang sudah stand by menjaga rumah kami selama 24 jam non-stop.
Setelah sampai disamping kanan rumahku, aku segera mendekati pohon ek besar yang banyak memiliki batang pohon itu, tanpa pikir panjang aku segera menaiki salah satu batang pohon yang paling pendek. Dan Hup! Dalam berapa menit, aku sudah berada di dalam halaman rumahku. Hh.. syukurlah.
Kemudian aku berjalan kearah dapur dan melewati ruang tengah, beberapa meter lagi aku akan sampai ditangga yang menyambungkan antara lantai 1 dan lantai 2. Karena letak kamarku berada dilantai 2, maka mau tidak mau aku harus menaiki tangga itu.
Dengan mengendap-ngendap, aku terus berjalan, berharap tidak akan ada orang yang menemukanku. Begitu kaki kiriku menapaki satu anak tangga. Aku dikejutkan oleh bentakan seseorang dibelakangku.
"KIM JAEJOONG! BERANINYA KAU PERGI KE TEMPAT SETAN ITU!" Aku menoleh kebelakang takut-takut. Dan disana, terlihat Appa sedang memandangku murka, Umma yang memandangku khawatir, dan Hyung yang memandangku iba. Gleek… tamat sudah riwayatku.
"A-appa… a-aku.." mendadak lidahku menjadi kelu, aku kehilangan suaraku. Ya Tuhan.. tolonglah aku…
"KIM JAEJOONG! KAU BENAR-BENAR BUAT APPA KECEWA.. SANGAT KECEWA!" teriak Appa, wajahnya berubah menjadi merah padam karena marah.
Aku menundukan kepalaku, takut. "JAWAB KIM JAEJOONG!" bentak Appa semakin keras dan meledak-ledak, aku tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun, masih menundukan kepala.
"KAU…"
"Sudahlah Appa, kau jangan terlalu keras pada anakmu sendiri." belum sempat Appa melanjutkan perkataannya, Umma memotongnya cepat. Hyaa.. umma you're so great!
"Benar yang dikatakan Umma. Tidak baik bersikap kasar begitu pada anakmu sendiri." kali ini giliran Hyung yang mengeluarkan suara. Omo.. hyung, suatu saat aku akan membalas kebaikanmu mu ini!
"Kalian diam saja! Kali ini hanya aku yang berhak memarahinya. Dan kau Kim Jaejoong. Kau akan menerima hukumanmu." ujar Appa sembari melirikku tajam. Aku menghela nafas, itu sudah pasti bukan? aku akan mendapat hukuman. Kali ini hukuman apa yang akan diberikan Appa? Mencuci mobil? Membersihkan gudang? Menyapu? Mencabuti rumput? Mengepel lantai? Atau men…
"Kau akan menjadi housekeeper a.k.a pembantu." Belum sempat aku memikirkan lebih jauh tentang hukuman yang akan diberikan Appa padaku, ternyata Appa sudah memutuskannya. Aku menjadi pembantu, eh? Oh great! Pembantu dirumah sendiri.
"Arraso! aku akan mencuci mobil setelah aku tidur." kataku lalu kembali menaiki anak-anak tangga menuju kamarku.
"Kau tidak akan menjadi pembantu dirumah ini. Tapi di rumah milik orang lain." seketika aku menghentikan langkahku, dan memutar tubuhku.
"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.
"Kau akan menjadi pembantu selama 6 bulan di rumah orang lain dan menyamar sebagai seorang WANITA!" sontak aku melebarkan kedua mataku, menatap Appa terkeju.
"MWORAGO?" teriakku shock.
"Siang ini kau harus pindah kerumah MAJIKANMU, Kim JaeJoong." ujar Appa menyeringai, ia sengaja menekankan kata 'Majikan' padaku.
Ya Tuhaan. Katakan ini hanya sebuah mimpi.
~ooOOoo~
YunHo POV
Tok… tok… tok…
Tok… tok… tok…
"YunHo sshi… buka pintunya…"
Tok… tok… tok…
Tok… tok… tok…
"YunHo sshi buka pintunya…"
Aku menggeliat dari tidurku begitu mendengar suara gaduh di luar apartemenku. Aigo… ada apa lagi ini? Siaal.. tadi Heechul yang menggangguku, sekarang siapa?
Brengseek~!
Aku menendang selimut tebalku kesal dan membuat selimut itu terpental beberapa meter dariku. Sedetik kemudian, aku menyambar kemeja putihku dan memakainya.
Dengan wajah yang kusut aku membuka pintu apartemenku, dan disana seorang wanita setengah baya berdiri dan menggenggam sebuah… HandPhone? ditangan kirinya.
"Ada apa?" tanyaku datar, ia melangkah maju, dan menyerahkan HandPhone? Padaku. Aku menaikan sebelah alisku, heran.
"Heechul sshi ingin bicara padamu."
Heechul? Ah.. aku semakin bingung. Sudahlah, lalu aku menempelkan HandPhone wanita itu ke cuping telinga kananku.
"Yobosseo?" sapaku seperti biasa.
"HYA.. DASAR BODOOH! INI SUDAH JAM BERAPAA?" teriakan Heechul tadi hampir membuatku menjatuhkan HandPhone dari cuping telingaku. Berisik sekali dia.
"Ya! kau berisik sekali. Kenapa kau tidak meneleponku saja sih?" gerutuku sebal.
"PABO! HandPhone-mu tidak bisa dihubungi, Telepon rumahmu juga. Yunho-ah, Kau masih di apartemenmu?"
Ah.. aku ingat, kabel telefon rumahku memang sengaja aku cabut (menghindari adanya pengganggu), dan HandPhoneku sendiri? Sudah mati karena Low batt. Haha.. kasian si Heechul itu, mau menghubungiku saja susah. Rasain…
"Ne…" jawabku singkat.
"Aigo! Jung YunHo… kau tidak lihat ini sudah jam berapa heh? Ini sudah jam 10 YunHooo… jam 10! Tadi pagi aku suruh kau datang kesini jam 8 kan?" aku memutar bola mataku. Dasar berlebihan, baru juga telat 2 jam(?)
"Ye~ aku tahu. Aku segera kesana."
Klik… aku mematikan sambungan telfon darinya, dan menyerahkannya kembali pada wanita paruh baya itu.
"Jeongmal Gamsahamnida." kataku padanya sambil membungkukan badan, kulihat wanita itu tersenyum.
"Ne.. Cheonmaneyo, YunHo sshi. Ahjumma pergi dulu." aku hanya menganggukan kepalaku, setelah ia menghilang dari hadapanku aku bergegas kembali kedalam dan bersiap-siap untuk ke lokasi syuting.
Kini aku sudah siap untuk berangkat, sejenak aku kembali memandang diriku dicermin. Sekarang aku memakai baju casual warna merah cerah bergambar graviti yang sedikit longgar, lalu celana jeans belel, sepatu kets putih, jam tangan hitam dan kacamata hitam besar (mestilah leader sshi ganteng banget dah -,,,-) Hmm.. kurasa cukup. Kemudian aku menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja dan bergegas menuju parkir mobil.
.
Lokasi syuting
Siaal… tempat parkirnya sudah penuh semua. Aish. Ah.. sudahlah, aku memarkirkannya asal saja. aku memutar arah mobilku kearah selatan dan memarkirkan mobilku tepat ditengah-tengah jalan. Masa bodoh dengan peraturan 'Jangan Parkir Sembarangan' itu.
Aku melangkahkan kakiku ke tempat Heechul berada. Yakni, ruang pemotretan. Dan seperti dugaanku sebelumnya, sekarang kulihat Heechul sedang membolak-balikan sebuah majalah –yang kuyakin itu majalah Fashion, sambil beberapa kali menyesap orange juice-nya. Aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya, beberapa detik kemudian sepertinya ia sadar kehadiranku.
Heechul mendongak menatapku dan menyeringai "kau sudah datang rupanya. Tuan susah diatur." ejeknya.
Aku mendengus. "Ne…"
"Seperti biasa." keluhnya lagi sembari menyeruput orange juice-nya frustasi. Aku mengangkat bahuku, tak peduli.
"Kau tahu Yunnie. Kau itu benar-benar menyebalkan. Coba kutanya padamu, sudah berapa kali eh, kau telat seperti ini?"
"Entahlah. Aku lupa." jawabku lagi terdengar acuh tak acuh.
"Sudah kuduga." Heechul kembali menyeringai.
"Tsk~"
"Baiklah-baiklah. Sekarang kau dengarkan aku." kata Heechul, aku mengerutkan keningku.
"Ehm… tadi aku sudah memikirkannya. Sangat memikirkannya, dan aku berfikir.. kau memang membutuhkan seorang pembantu yang akan mengurusimu dalam banyak hal, termasuk membangunkanmu supaya tidak terlambat lagi. Ne… Yunnie-ah, kau setuju bukan?"
"Tentu saja aku tidak setuju!" jawabku ketus, aku meraih naskah drama yang berada didepanku dan membacanya.
"No… no… no… kau harus setuju Yunnie. Karena sekarang aku sudah mengirimkan seorang pembantu di apartemenmu."
Aku memandangnya dingin. "siapa yang menyuruhmu? Kau jangan seenaknya saja Heechul." geramku kesal karena tindakan sepihaknya itu.
"Aku tidak disuruh siapa-siapa. Aku melakukannya atas kemauanku sendiri, dan itu semua demi kebaikanmu Yunnie-ah. Lagi pula Appa dan Umma-mu juga mendukungku, kalau tidak percaya, coba saja kau telefon mereka." jelas Heechul, aku memalingkan pandanganku.
"Aku tetap tidak mau."
"Oh begitu… yasudah, aku jadi ingat perkataan Appa-mu tadi." guman Heechul, aku melirik kearahnya, perkataan Appa?
"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.
"Nde.. tadi Appa-mu berpesan padaku, katanya.. jika YunHo menolak, maka suruh dia kembali tinggal dirumah saja, tidak boleh lagi menetap di apartemen, se-la-ma-nya." kata Heechul dengan memenggoyang-goyangkan jari telunjuknya tepat didepan wajahku.
"Ya! singkirkan tanganmu itu." kataku ketus.
"Hahahaha… jadi kau menyetujuinya kan Yunnie-ah?"
"Terserah… " bentakku dan melengos dari hadapannya.
"Oiyah.. dia datang siang ini, mungkin kau menemuinya sore ini." Aku tidak memperdulikan ucapan Heechul barusan. Masa bodoh dengan pembantu itu … siapa yang peduli?
~tbc~
Berhubung fanfic ini sudah sampai 3 chapter, jadi Chapter 2 nya aku uasahain update asap. Hehe.
Dun forget rnr, ne? :3
.
junni
