Degub jantung menggila, perut melilit, tetes keringat turun layaknya air terjun.
Kaki gemetar saat emeraldnya kembali melihat sederet kalimat yang tertulis di sebuah papan besar.
'UNTUK SISWA/SISWI BARU MARI KEARAH SINI! OSPEK AKAN SEGERA DIMULAI!'
Baru gadis bersurai merah muda ini ingin melangkah, atensinya menangkap sederet kalimat lain yang terdapat dipaling bawah dengan ukuran font sekecil semut.
'Ayuk adek-adek yang unyuu~ kakak-kakak ga gigit kooook' di akhiri dengan gambar bibir merah.
Sakura sweatdrop seketika.
サスサク
Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei and this fict is purely by Istri-Istri Yesung.
Warning: OOC, alur ke mana-mana, cerita pasaran, gaje, humor 0,9%
Ini fict MC dari Sepenggal Kisah & Kisah Kita :'3 ga maksud promosi, biar ga bingung aja, dan jika tidak/belum membaca 2 ff itu, sama sekali bukan masalah! X3
catatan seorang Istri Pertama Yesung : sebuah kehormatan bagi saya bisa collab fic ini dengan Istri Kedua Yesung *nangis terharu di dada Yesung*
catatan seorang Istri Kedua Yesung : demi apa, ga nyangka bisa collab bareng Istri Pertama ;_; selama ini saya hanyalah author abal dan silent reader dia! *digampar* XD
p.s: Selamat ulang tahun suami kami tercintah, Kim Jongwoon aka Yesung :*
Don't like? Close this page and write your own story and pairing! Thanks!
Enjoy it, Minna!
サスサク
"Sakura!"
Yang dipanggil namanya berlari kecil. Mengatur napas sebentar lalu duduk di sebelah gadis bersurai blonde. Dahinya mengernyit begitu tidak mendapati warna lavender sepanjang mata memandang.
"Mana Hinata?"
"Ke toilet―ah! Itu dia!"
Gadis bersurai blonde―Ino, menggoyangkan tangannya heboh. Bahkan nyaris mengenai kepala Sakura.
Herinya Ino kumat deh. Batin Sakura keki.
HEboh sendiRI.
Bertepatan ketika Hinata duduk, semua anggota OSIS mulai menampakkan dirinya.
Semua mata dan rahang nyaris lepas dari tempatnya ketika melihat banyak kakak kelas super tampan dan satu kakak super cantik berada di depan mata.
"Gila! Itu siapa yang rambut merah! Ganteng gela!"
"Itu yang pake eyeliner siapa?! Asdfghjkl!"
"Kakak yang paling kiri keren ya."
Dan berbagai kalimat absurd nan amburegul mulai terdengar.
Dirasa sudah mengusik pendengaran, pemuda berambut merah dengan wajah super imut mengambil mic dan mengetukkan jarinya di atas mic beberapa kali.
"Halo, adik-adik yang manis dan tampan."
"Halo senpai!"
"Pagi ini dan selama 2 hari ke depan kita akan melakukan Ospek. Dikarenakan kepala sekolah sedang ada urusan dan baru bisa kembali tepat setelah ospek selesai, jadi tahun ini ospek dulu baru upacara."
Penjelasan kakak kelas tampan membuat beberapa murid mengangguk.
"Perkenalkan, aku, ketua OSIS, namaku Akasuna Sasori."
Sakura dapat mendengar dengan jelas bisik-bisik yang mengatakan, oh, namanya Sasori.
"Dari kanan hingga ujung namanya Gaara, Konan, dan Sasuke―" Sisanya dapat dipastikan Sakura mengidap gagal pendengaran sesaat akibat ilusi makhluk Tuhan paling tampan.
Terbayang sudah di depan mata kisah kasih di sekolah, bersama Sasuke senpai yang berdiri gagah di sana.
"Yak ada pertanyaan?" tanya Sasori menutup penjelasan singkat padat namun kurang jelas lantaran siswa-siswi pada sibuk ber-kyakya-ria paska dikenalkannya nama para senpai. "Ya, kamu yang rambut... err, pink?"
Tak pelak semua mata tertuju ke sana.
"Sasuke-senpai, udah punya pacar belum?"
Double what, what.
Ino menampar keras jidatnya sendiri. Hopeless muka mupeng Sakura sudah tak tertolong.
Picingan mata. Kamu main-main, nona.
"Kau." Baru sepatah Sasuke bersuara mampu membuat Sakura mimisan, so seksehhh asdfghjkl~ disuruh kayang keliling lapangan pun mauuu.
"Lari keliling lapangan, lima putaran."
サスサク
Sakura nyaris tewas menggenaskan lantaran habis melakukan tugas cinta dari senpai super tampannya.
Nyaris. Jika saja ia tidak ingat ada senpai dengan mata tajam yang merajam hati, pipi putih mulus serasa ingin dielus, serta bibir seksi nan menggoda bak diskon besar-besaran di mall, Sakura akan tewas sekarang juga.
Lari keliling 5 kali lapangan itu rasanya.. ah, bahkan menjelaskannya saja Sakura tak sanggup.
Ino tertawa laknat melihat sahabat merah mudanya merauk oksigen dengan rakus. Hinata ingin membelikan makanan atau minuman tapi tatapan Sasuke-senpai membuat niatnya menciut dan perlahan kandas.
Sakura?
Sudah dikatakan bahwa ia nyaris tewas.
Seakan tak punya adat-istiadat-tata-krama-sopan-santun-dan-sebangsanya, gadis merah muda ini langsung telentang di lapangan sekolah.
"Siapa yang menyuruhmu tiduran di sini, hn?"
Membelakangi sinar mentari membuat siluet familiar menerobos emeraldnya. Sakura langsung duduk seketika dan membuat dahinya bertubrukkan dengan hidung kakak kelas tampan idola hatinya.
JDUK!
"AKH!"
Sakura mengelus dahi-lebar-miliknya dengan brutal. Emeraldnya nyaris keluar saat pemuda di hadapannya memegang hidungnya dengan tatapan super ganas.
"SENPAI KENAPAAA?!"
"Kau masih bertanya?!"
"SENPAI MANA YANG SAKIT SINI AKU―"
"Cabuti rumput di perkarangan belakang sekolah. Sekarang."
"HAH?! TA-TAPI-TAPI-TAPI―"
"Se. Ka. Rang!"
Dan tugas cinta dari senpai tercintanya belum berakhir.
サスサク
"Hari ini cukup sampai di sini. Bawa barang-barang yang telah disebutkan besok."
Desahan lega meluncur dari setiap murid. Anggota OSIS pun kini sibuk melonggarkan dasi mereka.
"Ah, Sasuke, perempuan pink itu mana?"
Pertanyaan Sasori membuat semua anggota OSIS memandangnya. Dahi Sasuke mengernyit.
"Perempuan pink?"
"Iya."
Rambut pink, jidat lebar, warna mata hijau lumut, kelakuan absurd.
Otak super jenius milik Sasuke selesai loading, pria bersurai raven itu mengangguk kecil, "aku menyuruhnya mencabuti rumput."
Seluruh anggota OSIS melebarkan matanya. Antara takjub dan iba.
"Kejam sekali."
"Gila."
"Lelaki tak berperasaan."
Perempatan siku-siku hadir di dahi-agak-lebar-miliknya.
"Dia membuat hidungku nyaris cacat. Seharusnya aku menyuruhnya mengepel ruang kelas dengan tisu basah." Sasuke mengunjuk cuek ke luar jendela.
Ini ada di lantai dua.
Dan ketika tak sengaja melihat apa yang ditunjuknya, nyaris saja Sasuke OOC sambil menjerit…
"SOREWAAAA."
Dan yak, akhirnya Uchiha Setsu (kembaran Uchiha Sasuke dengan keidentikan sembilan puluh sembilan koma sekian) yang berteriak mewakili kembarannya.
Setsu bermaksud menemui Sasuke, tapi apa yang ditemukannya kini…
Di bawah sana Sakura sudah berpose mermaid aka puteri duyung di tengah maha karya hasil cabut rumputnya.
"SASUKE-SENPAIIII, TUGAS CINTAMU TELAH KUPENUHI." Sakura berteriak dengan telapak yang mengurung teropong mulutnya, matanya memicing penuh damba dengan rambut tak kalah absurd dengan tingkahnya.
"What the—" nyaris Sasori mengumpat a la barat.
Ino yang berada dekat situ, nyaris sama, tak kalah syok dengan seisi koridor sekolah bagian belakang yang menghadap lapangan.
Betapa Ino ingin Sakura drop out sekalian dari sekolah ini dan melanjutkan sekolah seni.
Karena apa yang terlihat di taman belakang sekolah adalah…
Padang gundul dengan tumpukan rumput hijau yang tercabut membentuk tulisan katakana yang bila dibaca…
SasuSaku
"SASUKE-SAKURA." seakan tahu apa isi otak seluruh pemirsa, Sakura menegaskan dengan bangga.
サスサク
"Kau sukses terkenal di kalangan adik kelas saat hari pertama ya, hn?" Setsu merangkul Sasuke yang masih memelihara perempatan siku-siku dengan suburnya.
Sasuke menampik, ia lekas pergi meninggalkan teman-teman OSIS-nya dan juga Setsu, kembarannya yang gila, di sana.
Kelakuan adik kelas berambut pink itu sudah sarap sebegitu ekstrimnya, membawa-bawa namanya pula.
Jangan-jangan Haruno Sakura itu jadi sawan karena kepanasan lari lima putaran di lapangan. Pikir Sasuke mulai amberegul lantaran amesuyu dan bahrelway bahrelway.
"Hei kau…"
Gadis rambut pink itu bergetar hebat tak mampu tuk menoleh.
"Suara ini… suara ini…" gumam Sakura tak sanggup membalikkan tubuh. "Ino, tolong bunuh aku sekarang juga, aku tak dapat menampik suara cinta yang mematikan ini. Pangeran mautku! Itu pasti pangeran mautku…"
Dan gamparan Ino sukses membuat Sakura menoleh penuh, menghentikan opera sabun Haruno Sakura.
"Kau…" Sasuke mendekat. Sakura kehabisan napas.
Nyawa Sakura sudah di ambang batas, tubuhnya seringan helaian kapas.
"… waras?"
BRUKH
Si pinky pingsan, fix dia beneran sawan.
Sasuke mulai berpikir akankah membawa korbannya kali ini ke UKS atau dukun setempat?
サスサク
"HAHAHAHAHAAAAA!"
Kembaran-bodoh-nan-gila Sasuke tertawa seakan tak ada hari esok. Seakan besok akan kiamat jika hasrat tertawanya tak dituntaskan sekarang juga.
"Diam atau majalah―"
Mendengar kata majalah membuat tawa Setsu hilang secara goib. Dia kembali memasang wajah tampan penuh aura keplayboyan.
"Jadi, di mana Permen Kapasmu, hn?"
Baru Sasuke ingin mengambil tasnya di kelas, ia malah mendapati kembaran(yang saat ini paling ia hindari)di sana.
Sasuke merotasikan bola matanya begitu mengerti siapa yang ditanyakan kembaran-sinting-nya.
"Di UKS."
Onyx pemuda dengan kalung yang melingkari lehernya ini melebar.
"Dia di UKS dan kau malah ingin pulang?"
Baru Setsu ingin mengatakan hal yang sama namun Gaara sudah menyuarakan kalimat itu.
Alis Sasuke naik, "ada yang salah?"
"Dasar laki-laki brengsek."
Petir menyambar menjadi latar belakang si Kembar Uchiha saat mendengar lanjutan kata pemuda bereyeliner ini. Jika ini di animasi, mereka sudah membatu dengan mata putih bulat dan mulut terbuka menganga lebar.
"Hn, itu yang dikatakan pemeran utama wanita di drama yang ditonton kakakku saat pacarnya pergi di saat ia sakit."
..Gaara butuh pencerahan.
"Dengar Mata Panda, gadis pinky itu bukan pacarku. Dan lagi ia tidak sakit."
"Tapi ia pingsan. Dan itu karenamu, Sasuke."
Skakmat.
Rasanya Setsu ingin sekali menari hanya dengan memakai boxer kesayangannya saat melihat wajah sial-mata-panda-apa-apaan-kau milik Sasuke.
Hembusan napas kesal serta dongkol dikeluarkan dengan cepat dan singkat.
"Baik aku akan menjenguknya. Jadi berhenti menatapku seperti itu Mata Panda!"
サスサク
"I―Ino, aku pulang dulu, ya?"
Yang dipanggil langsung mengalihkan atensinya pada benda persegi panjang agak lebar di tangannya. Mengangguk singkat lalu melambaikan tangan.
Mendengar pintu UKS ditutup oleh Hinata membuat Ino bosan. Sahabatnya tak kunjung sadar paska insiden pingsannya seorang Haruno Sakura.
Dengan gemas gadis bersurai blonde ini menjepit hidung Sakura agak keras.
"Jidat! Bangun! Aku bosan!"
"Sasuke-senpai~~ iya aku mau~~ hehee~~"
Dan Ino syok di tempat mendengar gumaman absurd serta mupeng sahabatnya.
"Bangun, Jidat! WOY!" Keluar sudahlah sifat asli gadis cantik dengan tinggi semampai ini.
Demi apa pun yang menggelinjang, tolong hentikan senyum err.. aneh Sakura sekarang juga!
GREK
Ino nyaris menjatuhkan kekasih kesayangannya(baca: ponsel)ke lantai begitu mengetahui siapa yang baru saja membuka pintu UKS.
"Bagaimana keadaannya?"
Ino menggeleng kaku begitu sang senpai mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.
"Dia be―belum sadar daritadi, senpai."
Oh, sepertinya penyakit gagap Hinata mulai menular padanya.
"Hei, pinky, bangun."
"Percuma senpai―"
"Ng? Aku di mana?"
Dan kesyokan Ino mengalami lanjutan mendadak.
Ingatkan Ino untuk menjambak rambut Sakura sampai hanya tersisa 3 helai nanti.
"UKS."
Sakura duduk di atas ranjang. Kini posisi mereka bertiga agak sepantar. Emeraldnya agak mengecil, mencoba membiasakan cahaya yang masuk.
Hn. Sudah bangun kan. "Pulanglah. Jaa."
サスサク
"KAULIHAT KAN, INO-PIG?!"
Ino rasanya mau bunuh diri ketimbang mendengar Sakura histeris. Ia nyaris lupa, temannya itu freak dan tidak layak untuk dikhawatirkan.
"Cintaku terbalaskan. Hyahahahaha."
Kawanan burung di tiang listrik terdekat pun bubar darurat.
Sepanjang perjalanan pun Sakura tak henti-hentinya mengoceh. Komat-kamit atraktif sampai tak sadar mengorbankan Ino hingga terguncang bahkan tergaplok.
Sadarkanlah makhlukMu ini, ya, Tuhan.
Sakura wajib dicerahkan.
"Menurutmu, besok aku harus dandan seperti apa ya? Aduh aku harus beli high heels baru. Sasuke senpai harus jatuh cinta tiap hari―"
"YAMETE!" Ino terengah, napasnya sudah semetal kuda. "Besok masih ospek, Jidat, no high heels, no make up, seragam culun SMP only."
Sakura terbatuk darah dengan lebaynya.
Dan keterpurukan Sakura yang nyaris sujud di trotoar menyempurnakan warna merah di jidat Ino karena tamparan rutin perjam.
"Aku akan mati. Cintaku layu. Aku tak ingin semu.." bak habis terkena tonjokan fatal di perut, Ino terpaksa menyeret Sakura hingga stasiun kereta.
Uchiha Setsu menggeleng, smirk. Bahan bullyan teranyar siap diorbitkan teruntuk kembarannya.
"Kau ngapain, Setsu?"
Suara Itachi menginterupsi, "Jangan-jangan kau yang sawan? Tadi Sasuke sempat bergumam tak jelas soal orang sawan."
"Engga, kok, Itachi-nii. Aku baik-baik saja." Senyum angelic-otouto-nya sukses buat beberapa siswi dekat gerbang sekolah sekarat lantaran mimisan.
Fanservice total, memang, melihat Itachi menjemput Setsu dan berkomunikasi depan publik. Belum lagi Sasuke menyusul sehabis sempat terpaksa kembali karena kolor olah raganya sengaja dibuang Setsu ke laci ruang kelas satu.
Hitung-hitung pembalasan dendam Setsu karena sudah diabaikan oleh Sasuke tadi pagi.
"Ini bukan karena dia yang duduk di situ aku mau repot-repot kembali mengambil ini." Ucap Sasuke seolah menjawab mimik menyudutkan Setsu dari jauh, mata Sasuke seakan siap menelan Setsu mentah-mentah.
"Tapi karena ini." Sasuke menunjukan sekilas bordiran bertuliskan Sasuke U di dekat tali kolor olah raganya. Iyyaaap, Mama Mikoto author-nya. Gini-gini Sasuke 'kan anak Mama. Sasuke cinta Mamah.
"Dia? Dia siapa?" Itachi mendadak kepo. Sasuke melempar kolor tersebut ke dalam mobil.
"Itu permen kapas Sasu." Jawab Setsu ambigay sebelum masuk mobil kakaknya.
Dan jawaban ambigu serta absurd Setsu membuat otak jenius Itachi nyaris berasap dalam perjalanan pulang.
TBC
