Ia berlalu, lari sekuat mungkin dan mengabaikan terik yang menusuk indra perasa. Nafas yang terengah juga dasi yang berkibar tidak menghentikan langkahnya untuk segera berada jauh dari taman itu. Beberapa pejalan kaki mendecakkan lidah mereka karena secara tidak sengaja tesenggol olehnya.
Ini pasti bohong. Ya, ini bohong. Baekhyun membatin seraya mengintruksi otaknya untuk fokus melihat jalan. Tujuannya hanya tinggal beberapa blok dari sini, ia menguatkan genggamannya agar tas yang sedari tadi ia pegang tidak terlepas begitu saja.
' Um, Terimakasih sudah menolong kami'
Suara khas anak-anak kembali berputar dikepalanya membuat wajah Baekhyun semakin panas. Napasnya yang terdengar sangat kasar menandakan paru-parunya membutuhkan pasokan oksigen lebih banyak, tapi nyatanya Baekhyun kembali mengabaikan itu dan tetap berlari sekuat yang ia bisa.
'Namaku Park Chanyeol, Kakak?'
Hingga akhirnya Baekhyun membanting pintu utama flatnya, ia bersimpuh saat itu juga dengan mulut yang setengah mengaga. Punggung Baekhyun meringkuk dan tubuhnya bergetar juga kedua tangan yang sudah terjepit kuat diantara kedua paha. Otak Baekhyun terus menyangkal kenyataan yang sedang terjadi; Apa-apaan ini?
Baekhyun jelas sedang melawan gejokak hebat yang tengah terjadi pada tubuhnya.
.
.
Bye Bye, Alpha.
Chanbaek/Baekyeol – Romance. M.
Disclaimer : Sayonara Alpha belong to Ichinasi Kimi-sensei, I just remake it into a fiction; Chanbaek Version.
Warning; Male x Male, OOC
.
.
.
Ketika Baekhyun bersama kedua temannya; Sehun dan Kyungsoo memasuki gerbang sekolah, akan menjadi hal yang wajar jika siswa-siswi yang lain akan menyapa mereka. Beberapa perempuan akan tertuju kepada Baekhyun, mengucapkan selamat pagi dengan hati yang berbunga-bunga— Bagaimana tidak, karena Baekhyun akan membalas sapaan mereka dengan senyuman yang mempesona.
Lain halnya ketika mereka telah sampai di ruang kerja mereka; ruang OSIS. Baekhyun segera duduk di mejanya dan merasa dunianya menjadi hitam. Kepala ia sandarkan pada meja didepannya dan ia menghela nafas lemas, tentunya ini membuat si pemuda berkacamata; Oh Sehun menatap Baekhyun dengan kerutan dalam di keningnya. Tapi alih-alih memberi konfirmasi kepada Sehun, Baekhyun lebih memilih untuk tetap menyandarkan kepalanya di atas meja.
"Okay, Baekhyun, kendalikan dirimu. Kau adalah ketua OSIS disini." Ucap Sehun seraya memegang tumpukan jurnal kepengurusan.
Baekhyun bangun dan memegang kepalanya dengan kedua tangan. Air wajahnya pucat dan terlihat berlebihan. "Ini menakutkan, identitasku hancur setelah kemarin". Ungkap Baekhyun seraya memijat kening. "Pernahkah kau berpikir bahwa kau bukanlah tipe seperti yang telah kau pikirkan selama ini?"
Telunjuk Sehun membetulkan letak kacamatanya dan ia tersenyum lebar, "Tidak pernah, karena kita sudah melakukan tes saat di bangku menengah pertama, kan?" Jawab pemuda beta itu. Sehun jelas tau bahwa ia adalah tipe apa, hasil tes yang dibagikan dulu tidak mungkin salah.
"Jadi tidak mungkin jika kau tidak mengetahui apa tipemu," Ucap Kyungsoo menambahkan.
"Harusnya begitu, kan?" Tanya Baekhyun sedikit lantang namun bahunya kembali turun. Semangatnya langsung meredup karena pada kenyataannya ia tidak memiliki bukti untuk bertahan pada asumsinya— bahwa ia adalah seorang alpha. Hasil tes yang Baekhyun dapatkan langsung ia berikan kepada sang ibu dengan segel yang rapat. Jadi ia sama sekali tidak mengecek bagaimana isinya.
Selama tujuh belas tahun sejak ia terlahir di dunia, Baekhyun sangat yakin kalau ia adalah seorang alpha. Terlahir dikeluarga yang bahagia, selalu menjadi nomor satu untuk pelajaran dan olahraga, penampilan yang indah, ceria, dan dicintai oleh siapapun. Jadi jelas kalau ia adalah seorang alpha.
Atau setidaknya itulah yang dipikirkan Baekhyun hingga kemarin.
Sehun sedikit terkejut pada kesimpulan bahwa Baekhun berpikir dirinya adalah seorang alpha selama ini, sedangkan Kyungsoo duduk bertopang dagu yang menatap Baekhyun sambil memincingkan netranya. "Jadi Baekhyun, sebenarnya kau adalah omega, kan?" Tanya Kyungsoo tanpa basa-basi.
Yang nyatanya berhasil membuat Baekhyun kembali menunjukkan air wajah yang aneh karena tidak percaya. Ia ingin marah, tapi kepada siapa?
Dan seketika wajah seorang anak sekolah dasarpun terlintas dipikiran Baekhyun.
.
Betul, bukan itu permasalahannya.
Baekhyun kembali menyangkal dan berpikir bahwa semua itu terjadi karena imajinasi. Dengan masih menggunakan seragam sekolah Baekhyun kini tengah berada di taman yang kemarin ia kunjungi. Ia bersedekap dada dan bersandar pada sebuah pohon yang rindang. Kedua mata Baekhyun menjadi awas untuk memastikan bahwa anak itu akan kembali datang. Baekhyun akan membuktikannya, bahwa dia bukanlah seorang omega.
Matahari sudah mulai tenggelam dan Baekhyun tak kunjung melihat anak yang kemarin. Yang ia lihat hanyalah para pejalan kaki yang melewati taman tersebut, beberapa anak yang bermain; yang sialnya anak yang sedang Baekhyun cari tidaklah berada dalam kelompok mereka. Kedua kaki Baekhyun sudah sedikit keram karena dua setengah jam terakhir ia habiskan dengan berdiri juga berjongkok. Baekhyun menopang dagunya dan merasa bosan, "Ini seperti aku tidak bisa melakukan pembuktian karena aku tidak melihatnya sepanjang sore ini,"
.
Beberapa hari berlalu dan Baekhyun tetap tidak menemukan anak tersebut. Ia sudah menunggu setiap hari sepulang sekolah tetapi anak sekolah dasar itu tidak terlihat barang seujung kukupun. Ia bertanya kepada beberapa anak lainnya yang biasa bermain disekitar taman namun Baekhyun tidak mendapat petunjuk apapun. Nyatanya hal itu berdampak pada emosi Baekhyun; bukan ia menjadi sensitif dan marah-marah kepada orang lain, melainkan lebih kepada Baekhyun tiba-tiba memukul meja dan berteriak pada diri sendiri— seperti yang tengah ia lakukan sekarang.
Oh Sehun spontan bergumam bahwa Baekhyun sedang kehilangan kendali dirinya dan ia yakin itu berhubungan dengan hal yang kemarin. Meskipun begitu, Baekhyun masih bisa mempertahankan penampilan luarnya— sangat jelas karena Baekhyun masih membalas sapaan paginya dengan sangat ramah; dan jelas pula bahwa siswi-siswi tersebut masih bersenang hati.
Seharusnya anak itu tinggal di sekitar taman, bukan? Baekhyun tidak tahu dimana tempat tinggal ataupun sekolah anak tersebut. Yang ia ketahui hanyalah taman dimana mereka bertemu dan nama anak tersebut.
" Eh, Baekhyun, apa kau sedang mencari seseorang?"
Baekhyun merespon dengan alis yang menukik dan semburat kemerahan pada bantal pipinya, "Bukan, bukan seperti aku sedang mencarinya. Tapi,.." Ia tiba-tiba saja terpikir akan sesuatu yang jelas membuat Sehun tidak mengerti.
Jika Baekhyun tidak dapat menemukan anak tersebut, seharusnya itu bukan sebuah masalah, kan? Jika memang begitu, maka Baekhyun tidak perlu pusing-pusing memikirkan soal kemungkinan dirinya yang seorang omega. Baekhyun dapat kembali ke kehidupan sehari-harinya yang sempurna. Tidak akan ada awan hitam yang menutupi harinya atau apapun yang membuatnya tertekan. Ya, kehidupan sehari-hari yang bahagia.
Seseorang telah berdiri diambang pintu, ia adalah Jongdae, rekan Baekhyun dalam OSIS. "Hello!" Sapa pemuda tersebut seraya melambaikan tangan ke arah Baekhyun. "Baekhyun, sebenarnya ada seorang anak yang akhir-akhir ini berada di gerbang sekolah. Apa yang harus kulakukan?"
"Anak kecil? Apakah itu adalah adik dari seseorang di sekolah?"
Jongdae mengendikkan bahu dengan telapak tangan yang menghadap langit-langit, "Kupikir dia tidak, anak itu terlihat seperti sedang mencari seseorang. Dia hanya mengatakan kalau salah seorang siswa di sekolah kita sudah menolongnya," Jongdae berjalan dan duduk tepat disebelah Sehun. "Ah, dia sepertinya anak sekolah dasar, setiap hari dia disana dan aku selalu meminta maaf padanya karena tidak dapat menemukan orang yang ia car—"
Sipit Bekhyun melebar dan ia segera meninggalkan ruangan tanpa mendengarkan apa yang hendak Jongdae katakan lagi. Ia berlari menyisir lorong sembari berpikir apakah iya, atau lebih baik kalau ia tidak menemui anak tersebut.
"Park Chanyeol!" Tapi yang terjadi saat ini adalah Baekhyun setengah berteriak ketika pandangannya menangkap sosok anak kecil yang berada di gerbang sekolah, tengah di ajak berbicara oleh dua orang siswi dan seorang siswa yang menawarkan permen kepada anak tersebut.
Anak yang bernama Chanyeol itu menoleh begitu namanya diserukan. Ia melihat Baekhyun lalu mata bulatnya menyipit serta bibirnya yang tersenyum lebar. Chanyeol memiliki bantal pipi yang sedikit berisi, wajahnya begitu polos seperti anak-anak kecil kebanyakan.
Kemudian Baekhyun tidak dapat menyangkal, keberadaan Chanyeol yang tepat berada di hadapannya kini mampu membuat jantungnya bergetar. Bukan hanya itu saja, ia bergetar dari jantung hingga kakinya. Akal sehat Baekhyun, juga kebanggaan sebagai dirinya seolah tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan ikatan yang ia rasakan, yang kini berada dihadapan Baekhyun. Ia tidak dapat mengelak pada dirinya sendiri bahwa ia tidak memperdulikan yang lainnya barang sedikitpun— karena anak itu; Park Chanyeol, adalah satu-satunya alpha yang berarti untuknya. Baekhyun sendiri tidak mengerti mengapa perasaan itu muncul; ia sangat tidak paham mengapa ia dapat dengan sangat mudah memutuskan mengenai siapa Chanyeol baginya. Tapi dari yang Baekhyun tau, tubuhnya berkata demikian.
"Kemari," Baekhyun mendekat dan menarik Chanyeol menjauh dari situ. Meninggalkan kedua siswi yang bernapas lega setelah mengetahui bahwa anak tersebut adalah kerabat dari Baekhyun.
"Syukurlah kalau memang anak itu kenal dengan Baekhyun," Salah seorang siswi akhirnya berkata.
"Ya, kalau begitu maka tidak akan menjadi masalah." Siswi yang lain menimpali.
Sedangkan siswa yang sedari tadi bersama mereka sedikit mengerutkan keningnya, "Kalian bisa berkata begitu," Lalu ia membawa jemarinya pada permukaan lubang hidung, "Tapi, bukankah Baekhyun baru saja tercium sangat manis?"
.
Ruangan kosong yang biasanya berfungsi sebagai ruang kelas kini telah menjadi tempat untuk Baekhyun menempatkan Chanyeol. Baekhyun duduk di lantai dengan Chanyeol yang sedang berdiri dan berada dipelukan Baekhyun. Napasnya terdengar sedikit kasar walaupun sebenarnya Baekhyun tidak melakukan aksi melarikan diri seperti kemarin.
"Um, kakak?" Chanyeol bertanya karena ia tidak mengerti, wajah Baekhyun yang sangat merah juga suhu tubuhnya yang meninggi jelas Chanyeol dapat mengetahuinya; tanpa ia sadaripun wajahnya ikut merona. Ditambah lagi dengan Baekhyun yang memeluk tubuhnya dengan erat.
"Aku Baekhyun. Byun Baekhyun. Katakan."
"Baekhyun," Ucap Chanyeol menuruti Baekhyun. Ia membalas pelukan Baekhyun dan masih tidak mengerti mengapa melakukannya.
Disisi lain Baekhyun merasa sangat kacau. Ia tidak dapat bergerak dan merasa bahwa ini adalah sesuatu yang buruk. Terlebih ia merasa kalau-kalau celananya mungkin basah. Tapi Baekhyun tidak ingin melepaskan pelukannya pada Chanyeol. Rasanya sungguh baik, teramat baik hingga ia tidak melakukan itu.
"Apa Baekhyun baik-baik saja? Tubuh Baekhyun terasa sangat panas." Lalu Chanyeol bertanya dan terlihat sedikit panik.
"Y—ya, aku baik-baik saja, seperti ini." Jawab yang lebih tua dengan sisa-sisa suara yang ia miliki. Pada kenyataannya Baekhyun ingin sesuatu yang lain. Dalam dirinya ia menginginkan sesuatu yang jauh lebih dalam. Tubuh Baekhyun kembali bergetar karena ia jelas sedang melawan gejolak yang ia rasakan. Rasanya nyeri, gatal, dan geli pada saat yang bersamaan. Hal-hal itu merujuk pada sebuah kalimat; Baekhyun ingin segera tuntas.
"..dan juga," Lalu Chanyeol memegang belakang kepala Baekhyun, memeluk lebih erat yang lebih tua dan memejamkan kelopak matanya, "bau Baekhyun sangat enak."
Baekhyun rasa kendali dirinya telah diambil alih oleh saraf-saraf sensitif. Bagian bawah tubuh Baekhyun seperti menetes dengan sensasi yang meleleh. Tanpa disadari Chanyeol kini tangan Baekhyun memegang kemaluannya sendiri yang masih terbalut celana dengan sempurna. Ia hanya memegang dan tidak melakukan apapun yang lain, dan rasanya seperti melayang di atas awan juga tersengat listrik dalam jangka waktu yang sama.
Sungguh, Baekhyun tidak dapat menahannya dan ia benar-benar akan membuka ikat pinggang yang terpasang elok di sana.
Ia ingin mereka terhubung.
Tetapi pada saat itu juga Kyungsoo mengetuk kaca jendela dan berseru dari luar, "Baekhyun, sepertinya kau mengeluarkan aroma yang kuat dan itu sudah sampai luar. Aku omega jadi sebenarnya aku tidak tahu," Katanya santai sambil menunjuk koridor diluar sana. "Hei bocah, tolong buka jendelanya."
"Ini pil untuk menekannya, ku berikan ini padamu. Sebenarnya ini milikku, tapi keadaan sekarang sedang darurat." Kyungsoo memberi sebuah pil kepada Chanyeol untuk diberikan ke Baekhyun. Sehun tidak terlihat disana, ia menunggu di ujung lorong yang cukup jauh. "Dan ini adalah tas Baekhyun," Lalu Kyungsoo memberikan Chanyeol tas milik ketua OSIS itu.
"Terimakasih," Chanyeol yang tidak mengerti apapun hanya menurut pada Kyungsoo.
"Tidak, aku hanya membayar apa yang pernah ia lakukan padaku," Beberapa waktu lalu Baekhyun pernah menolong Kyungsoo saat heatnya datang, saat itupun Kyungsoo merasa heran mengapa seorang alpha seperti Baekhyun tidak terpengaruh dengan aroma yang ia keluarkan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang, tapi pergilah ke dokter sesegera mungkin."
.
Mereka berjalan pulang bersama dengan Baekhyun yang menggandeng tangan Chanyeol. Bias matahari yang belum sepenuhnya terbenam terpantul pada hazel cokelat Chanyeol yang membuat anak tersebut semakin indah untuk Baekhyun pandang. "Maaf karena kau telah melihat hal yang memalukan, tadi."
"Tidak, kok." Jawab Chanyeol menggeleng keras dan tiba-tiba ia tersenyum jenaka, "Apakah Baekhyun sudah merasa baik?" Yang tentunya Baekhyun menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. Pil yang diberikan Kyungsoo sungguh berdampak padanya.
"Baekhyun, apa Baekhyun memiliki penyakit?" Spontan Chanyeol bertanya dan ia tidak menutupi wajah khawatirnya.
"Tidak, sejauh ini tidak ada masalah dengan tubuhku jadi tidak perlu khawatir."
Lalu Chanyeol kembali tersenyum jenaka, "Aku senang kalau begitu." Anak itu sedikit menggigit bibirnya dan memberanikan diri untuk bertanya, "Mm, Baekhyun, apa itu omega dan alpha?"
Seketika Baekhyun menjadi sedikit horor, atau lebih tepatnya tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Chanyeol. Tentu saja anak seusia Chanyeol belum mendapatkan mimpi basah, selain itupun Chanyeol pasti belum mendapatkan pelajaran tentang seks dan juga melakukan tes. Sejurus kemudian Baekhyun merasa sangat buruk karena ia lebih memilih melewatkan masa heatnya bersama Chanyeol dimana banyak orang diluar sana yang mungkin saja bisa meredakan heatnya.
"Ah, tempat tinggalku disana." Baekhyun berseru dan menunjuk sebuah bangunan sederhana yang menjadi tempat tinggalnya. "Okay, aku akan pulang." Kata Baekhyun lagi seraya melepaskan tautan jemarinya dari Chanyeol.
Tetapi Chanyeol dengan wajah yang bersemu dan malu-malu kembali menarik tangan Baekhyun dengan kedua tangannya, "Um, Baekhyun, kucing yang Baekhyun selamatkan kemarin, aku menjadikannya sebagai peliharaan di rumahku." Ia lalu memejamkan matanya dan kembali berkata, "hari ini sudah terlalu sore jadi lain kali, um," Chanyeol masih memejamkan kedua matanya dan kembali menggigit bibirnya, "Bisakah Baekhyun datang kerumahku untuk bermain?"
"Kapanpun tidak masalah untukku, jadi saat Baekhyun tidak sibuk.."
Baekhyun jelas panik. Yang kini terlintas dipikirannya adalah ia yang harus menolak karena ia tahu ini bukanlah sesuatu yang baik. Jika Baekhyun kembali bertemu dengan Chanyeol, ia yakin bahwa dirinya akan kembali mendapatkan heat. Jadi, jelas bagi Baekhyun untuk menolak.
"Apakah itu terdengar buruk?" Chanyeol membuka kedua matanya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Baekhyun. Anak itu menatap Baekhyun dengan air wajah yang tidak dapat dijelaskan oleh Baekhyun, keningnya berkerut samar dan ia sepertinya sangat malu hingga rasanya ingin menangis.
"Aku ingin bertemu dengan Baekhyun lagi." Ungkapnya dengan nada bicara khas anak-anak.
Baekhyun menatap Chanyeol dengan bulir keringat yang telah keluar dari pori-pori wajah. Di dunia ini, tidak mungkin ada seseorang yang mampu melawan godaan pasangan yang telah ditakdirkan untuknya.
"Tentu saja tidak masalah, bagaimana dengan hari minggu besok?"
.
.
This is my human life going into great chaos by my destined partner. And that was how I met my alpha — Byun Baekhyun
.
.
.
ToBeContinued
.
.
A/N:
Hai, lanjut atau gak? Silakan ditanggapi ya; kalau dilanjut mungkin ini gakkan banyak chapter, soalnya dari manga aslinyapun ceritanya ga panjang hehe. Dan, cerita ini juga cerita yang ringan.
