Bulu mata panjang itu bergerak-gerak samar. Perlahan mengiringi terbukanya kelopak mata yang telah lama tertutup itu, kembali menampilkan manik coklat indahnya. Pandangannya mengedar kesekeliling, meneliti ruangan minimalis bernuansa biru itu, warna kesukaannya. Mencoba membuat pergerakan lemah, memaksa tubuh kakunya untuk sedikit berpindah. Merenungi bagaimana dirinya bisa terdampar ditempat ini. Meraih segelas air putih yang tersedia di meja nakas samping tempat tidurnya, yang baru disadarinya.

Apakah air ini memang sengaja disediakan untuknya?

Tak mau banyak berpikir diteguknya rakus liqiud tersebut sampai tandas. Pandangannya teralih seketika, menelusuri arah cahaya yang sedikit menyilaukan matanya. Sebuah jendela kaca bening yang besar tepat disebelah kanannya dengan gorden biru pucat yang tersibak rapi disalah satu sisinya, membiaskan hangatnya mentari pagi pada kulit pucat dinginnya. Entah sudah berapa lama dirinya tak merasakan hangatnya pancaran bintang terbesar itu.

Dilingkup rasa penasaran, digerakannya tubuhnya yang sekarang sudah lumayan rileks kearah jendela itu. Ditangkupkan telapak tangan kanannya, sambil memandang hamparan jalan yang memutih -karena gundukan salju- tepat dibalik jendela tersebut. Kedua sudut bibirnya tertarik perlahan, tiba-tiba merasakan kerinduan yang teramat. Entah untuk apa.

Matanya sontak menyipit kala didapatinya sosok yang sangat dikenalinya berdiri diluar sana. Ingin rasanya ia berteriak memanggil seseorang itu. Seseorang yang sangat berharga baginya. Namun luapan kebahagiaan yang membuncah barusan harus sirna dalam sekejap kala pemandangan yang didapatinya selanjutnya adalah seorang perempuan cantik berambut coklat panjang sontak menerjang dan mencium seseorang yang berharga itu. Ada rasa yang tidak enak didadanya. Rasa seperti tercubit tepat dijantungnya. Manik coklatnya masih setia mengekori sepasang remaja yang melangkah beriringan, jauh meninggalkannya dengan tangan yang terpaut itu.

Tidak mungkin. Bunny..

'Prakkkk'

Dihiraukannya rasa nyeri yang merambati punggung kaki telanjangnya, akibat pecahan gelas yang barusan dijatuhkannya tanpa sadar. Hatinya lebih berdenyut sakit mendapati seseorang yang sangat ingin dimilikinya telah pergi bersama orang lain. Matanya masih menatap kosong kedepan, menembus benda bening dihadapannya, melewati jalan setapak yang telah menelan sosok yang sangat ingin ditemuinya.

'Braakkkk'

Bunyi pintu yang dibuka -atau mungkin didobrak- dengan kencang mengalihkan perhatiannya. Mengerutkan dahinya saat penampakan sesosok yang sama sekali tak dikenalinya memadang intens kearahnya dengan mata yang berkaca-kaca dan tubuh yang sedikit bergetar. Ada kerinduan dimanik gelap itu yang bisa ditangkapnya.

"K-Kau.."

"Nugu-ya?"

.

.

.

KYUMIN FANFICTION

It's You

Maincast : Cho Kyuhyun & Lee Sungmin

Summary : Terbangun pada situasi yang berbeda, tinggal bersama orang yang tidak kau kenal, Dia yang berubah, Dia yang pergi bersama orang lain, sampai kusadari itu memang kau

Rate : T

Warning : YAOI || OOC || Typo(s) || Bahasa tidak sesuai EYD

.

.

.

DONT LIKE DONT READ

.

Enjoys~

.

.

Manik bulat penuh magis yang memancarkan kehangatan, membuat siapapun yang melihatnya akan terjerat pesona foxy kelam nan teduh itu. Alisnya tidak terlalu tebal, namun terbentuk sempurna diantara mata teduh dan kening mulusnya yang tertutupi helaian surai legam tipis. Hidung lancip yang manis, mungil namun bangir terpahat dengan indah. Bibir tipisnya membungkam, mempertegas bentuk uniknya yang menyerupai huruf 'M'. Tidak ada senyuman, namun tetap terlihat memukau. Ditambah bentuk rahang lancipnya yang diimpikan semua yeoja, -beberapa bahkan rela merogoh kocek untuk memperolehnya- menyempurnakan kecantikannya. Dengan surai legam panjang terurai membingkai wajah rupawan sosok yang sedari tadi tergores diatas ker-

'Sreeettt'

"Yakk!"

"LS..?! " pelaku pengambilan kertas sketsa itu mengerutkan dahi saat lagi-lagi menemui inisial itu diatas sketsa buatan tangan tersebut.

"Tsk. Kau melakukannya lagi Cho?" Seorang lain dengan batang permen disela mulutnya meraih sketsa itu dan mengamatinya dengan seksama.

"Huum." Gumam Kyuhyun sambil mengangguk semangat. Bibir tebalnya mengukir senyum bangga.

"Hey Lee Sungmin!" Panggil temannya yang lain sambil terkikik geli.

Pemuda yang dipanggil menolehkan kepalanya kearah asal suara. Helaan nafas kecil dikeluarkannya kala mendapati empat sekawan yang sedang tersenyum-senyum geli kearahnya.

"Mwoya?!"

Cantik sekali.. apakah 'Dia' salah satu malaikatmu.. Tuhan

"Ughh galaknya.. seperti biasa hehehe." Goda Kyuhyun dengan smirk jenakanya. Diikuti tawa renyah -sebagian terbahak- seiisi kelas.

"Igeo.." pemuda dengan batang permen dimulut menunjukan sketsa yang sedari tadi dipegangnya.

"Nuguya~?" Lanjutnya dengan nada mendayu.

"Tsk. Mana kutahu." Jawab Sungmin ketus. Wajah manisnya mulai memerah sampai telinga.

Indah..

"Oh bunny kau melukai perasaanku." Ucap Kyuhyun dengan wajah -sok- memelas.

"Igeo.. Lee Sungmin yang cantik! Hahahaha." Lagi-lagi seisi kelas riuh dengan suara siulan dan tepukan tangan. Oh jangan lupakan tawa membahana mereka. Semuanya seolah tertawa gembira. Semua, kecuali pemuda bersurai platinum yang menjadi objek tertawaan.

"Yakk! Itu bukan aku! Aku ini namja tulen!"

Walaupun begitu.. kau tetap yang terindah

"Hahahahahaha"

Baru saja kau membuat tawa teman-temanmu semakin menggema Sungmin sayang. Sungmin merenggut. Wajah manisnya memerah antara menahan kesal malu dan marah. Marah pada seseorang yang tengah memandangnya dengan seringai khasnya. Seseorang yang sudah Sungmin cap sebagai 'Trouble Maker' dalam kehidupan masa-masa sekolahnya.

.

.

"Yakk! Lepas Cho stufit!"

"Stupid bunny."

"Aku tahu! Dan jangan panggil aku bunny! Kau pikir aku ini kelinci?"

"Bukan. Kau tikus percobaanku."

"Yakk!"

"Cha! Sampaiii~"

"Taman bermain?"

"Nde. Taman bermain untuk kencan kesekian kita." Jawab Kyuhyun riang sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Kajja!" Sambungnya. Kembali menyeret pemuda yang lebih pendek.

"Yakk! Yakk! Siapa bilang aku ingin kencan denganmu hah?!"

.

.

Sungmin berpegangan erat pada bangku yang didudukinya. Tubuhnya sesekali bergetar kala guncangan kecil terjadi saat kincir yang ditumpanginya berhenti sesaat. Sementara pemuda lainnya sibuk tertawa terpingkal-pingkal sambil memeluk perutnya erat menahan geli melihat tingkah menggemaskan pemuda didepannya. Mereka sekarang tengah berada didalam kincir. Sungguh Sungmin benar-benar merutuki Kyuhyun sekarang. Ia sudah bertekad akan mencekik pemuda berkulit pucat itu setelah turun dari benda laknat ini. Bisa-bisanya pemuda itu memaksanya menaiki kincir sialan ini. Hey, bukannya takut. Sungmin hanya sedikit ngeri saat melihat pemandangan dari ketinggian. Bagaimana kalau tiba-tiba benda ini jatuh dan menewaskan dirinya beserta pemuda dihadapannya ini?

'Andweee aku belum menikah!' Batin Sungmin miris.

"Sungmin-ah." Panggil Kyuhyun tiba-tiba dengan mimik serius.

"Saranghae." Onyx tajamnya memandang lurus kedalam foxy bening Sungmin.

"N-nde?"

"Hahahahahahahaaa~" Kyuhyun kembali terpingkal sembari memegangi perutnya semakin erat. Raut seriusnya menghilang seketika.

"Yakk! Aku membencimu Cho stufit!"

Sungmin yang tidak terima kembali dikerjai sontak menerjang Kyuhyun. Namun ia lupa kalau mereka sedang berada diatas kincir yang masih berputar pelan, menyebabkan sedikit guncangan sehingga tubuh mungilnya hilang keseimbangan dan limbung kearah Kyu-

'Chu~'

-hyun.

.

.

Pemuda yang lebih pendek berjalan cepat dengan langkah menghentak. Kesal. Sementara dibelakangnya sesosok lain berjalan dengan santainya. Meskipun santai tapi langkahnya bisa mengimbangi langkah pemuda dihadapannya sehingga tidak jauh ketinggalan.

"Aku suka rambut barumu." Ucap pemuda dibelakang memecah kesunyian.

'Sreettt'

"Bukannya kau suka yang berambut legam?" Membalikan badan dengan alis mengerut.

"Mulai sekarang aku suka yang pirang." Ucapnya santai tanpa menghentikan langkah dan berlalu melewati si surai platinum yang masih terbengong heran.

"Yang benar saja! Dasar plin plan. Tsk."

"Apa saja tak masalah. Karena yang kusukai adalah Lee Sungmin hehe." Kyuhyun menoleh kebelakang sembari tersenyum tulus.

'Deg'

"Kau semakin cantik saat wajahmu memerah bunny kkkkk~" Kyuhyun terkekeh pelan sambil melanjutkan langkahnya. Meninggalkan pemuda lain yang tengah menghentakkan kaki kesal dengan wajah yang semakin membara. Bayangkan saja asap imajiner yang mengepul diatas kepala platinumnya kkkkk~

'Babo Cho stufit Kyuhyun!' Batin Sungmin dengan bibir pouty mencebiknya.

Langkah demi langkah konsisten ditemani keheningan. Hanya sekarang pemuda yang lebih tinggi yang memimpin. Hampir jauh didepan.

'Ttiiiiiiiiinnnnnnnnnnn'

Sungmin menoleh kebelakang. Sesuatu dengan kecepatan diatas rata-rata melaju tak terkendali kearahnya. Membelah jalanan menghantam apapun yang ditemuinya. Refleks Sungmin menepi sesaat sebelum audi hitam itu menyerempet tubuh mungilnya. Bagaimana seseorang bisa mengemudi dengan tak terkendalikan seperti itu?

'Deg'

Sontak Sungmin menoleh kearah audi hitam itu dengan mata membelalak lebar. Keringat dingin mengucuri pelipisnya.

"KYUHYUN!"

"KYUHYUUUN-AAAAAHHH!"

Kyuhyun mengerutkan dahi. Kenapa Sungmin memanggilnya sekencang itu? Apa pemuda mungil itu akan membalas pernyataan cintanya? Kyuhyun tersenyum geli dan berbalik perlahan.

"Ye? Waeyo bun-"

'Braakkkk'

Namun sebelum menyelesaikan kalimatnya sebuah benda padat menghantamnya dengan sangat kuat. Kyuhyun tidak sempat memikirkan apa yang barusan terjadi. Hanya samar dilihatnya sang pujaan hati, Sungmin-nya berteriak dan berlari kalut kearahnya. Selanjutnya hanya putih, dan Kyuhyun tak ingat apapun lagi.

.

.

"S-saranghae ming.."

.

.

'Sreettttt'

Pintu ruang rawat itu terbuka perlahan, menampakan seorang dokter muda dengan wajah lesunya. Sekilas melihat seorang yang memandangnya penuh harap dan beberapa orang dengan raut cemas. Sang dokter menggelengkan kepala pelan kentara raut penuh kecewa diwajah tampannya. Hembusan nafas lelah dihelanya seolah sudah merasa bosan dengan situasi seperti ini.

"A-apa maksudmu uisanim? Uri Kyuhyunnie..hiks.." Seorang wanita paruh baya tengah terisak dalam pelukan wanita yang lebih muda.

"Anio. Kita tidak kehilangan Kyuhyun-ssi tapi kondisinya juga tidak dapat dikatakan membaik. Setelah keadaannya tiba-tiba kritis semalam Kyuhyun-ssi kini kembali kekondisinya semula. Sama sekali tidak ada peningkatan. Mianhae."

"Gwaenchana." Salah satu yang termuda menghela nafas lega.

"Setidaknya Kyuhyun masih bersama kita. Mungkin lain kali dia akan bangun dan-"

"Sampai kapan Sungmin-ah? Sudah setahun sejak kecelakaan itu tapi uri Kyuhyunnie bahkan masih betah dalam tidur panjangnya." Cho Ahra -kakak perempuan Cho Kyuhyun- baru saja memotong ucapan penuh harap Sungmin dengan pernyataan yang memilukan. Membuat semua terdiam seketika dan sang ibu semakin menangis tergugu dipelukannya. Meratapi nasib putra bungsunya.

"Kyu-Kyuhyun pasti akan bangun.." ucap Sungmin setengah ragu. Tatapan matanya kosong dan bibirnya bergetar.

"Kyuhyun mungkin tak akan pernah bangun." Satu-satunya pria paruh baya membuka suara.

'Deg'

"Kyuhyun pasti bangun ahjussi!"

"Sampai kapan Sungmin? Sampai kapan?!" Tuan Cho membalas seruan Sungmin lebih keras. Suara beratnya bahkan menggelegar kepenjuru lorong rumah sakit. Seakan melampiaskan keputusasaan dan kesedihan mendalam.

"Tuan Cho kami akan menyiapkan beberapa operasi bag-"

"Operasi bagaimana lagi uisanim? Kami bukan orang kaya. Santunan yang diberikan pihak tersangka sama sekali tidak dapat menanggung seluruh biaya pengobatan Kyuhyun. Dalam setahun ini bahkan kami sudah mengupayakan segalanya demi berbagai operasi yang sama sekali tak ada hasilnya. Biarlah, mungkin uri Kyuhyunnie memang tidak ingin bangun lagi.. hiks.."

Suasana duka semakin mengental. Tak ada yang tak meneteskan air mata. Bahkan sang dokter yang notabene bukan siapa-siapa turut merasakan kepedihan untuk pasien yang setahun ini ditanganinya.

"Hiks.. ta-tapi kita tidak boleh menyerah ahjussi.. hiks.. Kyu-Kyuhyun.. membutuhkan kita hiks.." tak dipedulikan air mata yang membanjiri wajah imutnya. Hatinya teramat perih menyadari kemana arah pembicaraan ini.

"Kami juga tidak ingin seperti ini Minnie.. hiks.. kami juga tidak ingin melepaskan uri Kyuhyunnie.. tapi.. hiks.." nyonya Cho tidak sanggup meneruskan ucapannya. Sebagai seorang ibu ia juga ingin terus memperjuangkan putranya. Tapi keadaan berkata lain. Mereka memang sudah tidak bisa bukannya tidak ingin.

Tatapan Sungmin semakin kosong. Dengan wajah yang memerah dan basah. Sungmin memegangi dadanya yang terasa amat sakit. Sesak karena perasaan kecewa marah sedih terpukul serta perasaan tak menentu lainnya. Kesadaraannya seolah ditarik kembali saat dirasa usapan halus dipipi basahnya dan tepukan ringan dipundaknya.

"Dengar Sungmin-ah. Kami sudah membicarakan ini sebelumnya. Kalau kali ini Kyuhyun masih belum bisa sadar maka.. kami akan melepasnya." Tuan Cho menundukkan kepala sedih.

"Kalian tidak boleh melepasnya.. hiks.. tidak boleh tidak boleh!" Sungmin menggelengkan kepalanya kalut. Ahra kemudian beralih memeluk 'sahabat' adik tercintanya itu.

"Kami sudah tidak punya apa-apa Min. Bahkan rumah sekalipun hiks.." Ahra memeluk Sungmin erat. Memang keluarga Cho sudah banyak kehilangan harta bendanya demi kesembuhan Kyuhyun. Ahra bahkan bekerja serabutan disela-sela waktu kuliahnya untuk membantu mengumpulkan dana. Begitupun tuan dan nyonya Cho selain bekerja keras mereka juga sudah meminta bantuan sanak saudara. Tapi biaya pengobatan Kyuhyun setahun ini tidaklah ringan. Biaya operasi, rawat inap ditambah kondisi Kyuhyun yang sangat lemah memerlukan bantuan alat-alat medis sebagai penopang hidupnya. Dokter bahkan memvonis Kyuhyun tidak akan bertahan tanpa bantuan alat medis tersebut. Setahun ini adalah yang terberat untuk keluarga Cho. Mereka bahkan harus rela menyewa flat dipinggiran kota Seoul setelah menjual rumah mereka. Tetangga mereka keluarga Lee -keluarga Sungmin- sudah menawarkan untuk menetap bersama mereka tapi keluarga Cho menolak. Biar bagaimanapun mereka tidak mau lebih merepotkan lagi setelah keluarga Lee sempat membantu biaya pengobatan Kyuhyun. Mereka cukup tahu diri.

"A-aku yang akan membayar biaya pengobatan Kyuhyun! Aku akan bekerja dan mencari uang untuk Kyuhyun tapi jangan melepaskannya.. hiks.." Sungmin melepaskan pelukan Ahra dan berucap yakin. Membuat semua orang menatap prihatin pemuda 18 taun tersebut.

"Biaya Kyuhyun tidak sedikit Min. Lagipula kita tidak tahu sampai kapan Kyuhyun akan membuka kembali matanya."

"Aku tidak peduli! Aku akan tetap melanjutkan pengobatan Kyuhyun!"

"Arraseo.." ucap tuan Cho membuat Sungmin menatapnya penuh harap.

"Silahkan kalau kau mau melanjutkan pengobatan Kyuhyun. Tapi kami sudah tidak sanggup lagi. Kami akan melepas Kyuhyun mulai saat ini." Ucap tuan Cho tanpa ragu membuat Sungmin semakin terpukul. Perlahan Ahra menggiring nyonya Cho menyusuri koridor keluar rumah sakit. Disusul oleh tuan Cho kemudian. Tapi sesaat tuan Cho berbalik menghadap Sungmin.

"Sungmin-ah." Panggil tuan Cho. Sungmin yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya perlahan.

"Kalau kau sudah putuskan untuk menyerah, segera kirimkan jasad Kyuhyun pada kami."

"Hiks.."

Tuan Cho kembali berbalik dan berlalu pergi meninggalkan seorang pemuda yang merosot bersimpuh dilantai dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

Sang dokter muda yang sedari tadi menjadi penonton setia menatap sedih pemuda bersurai platinum itu. Tatapan matanya semakin meredup. Perlahan ia pun berbalik pergi menuju ruangan pribadinya.

'Tetaplah bertahan.. Sungmin-ah..'

.

.

.

-TBC-

.

.

.

Annyeong~

Ide cerita ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah komik -punya teman- yang sudah lama sekali saya baca yang membuat saya lupa apa judulnya dan siapa pengarangnya.. #plakk -_-'

Tapi ini tidak sepenuhnya sama, saya cuma mengambil garis besarnya saja chingudeul kkkk~ -karena lupa juga keseluruhan ceritanya- yoweslah yang penting KYUMIN! #doubleplakk

Oke! Ini ga akan panjang. Paling cuman twoshoot atau threeshoot atau fourshoot(?) *lahh?!*

Ada yang bisa menebak kelanjutan cerita ini?^^

Last, mohon responnya chingudeul~

Mind to review? Heheh