God and Devil
By : Natsu D. Luffy
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Genre : Fantasy, Horror
Main Pair : Naruto x Hinata
Rated : T+
Warning : Abal-abal, OOC, OC, (miss) Typos, GaJe, AU, SKS ( Sistem Kebut Sejam )
.
.
.
A/N : Waduh, belum selese sama fict Where Is It malah bikin fict lagi. Kenapa? Karena hari ini saya lagi bad mood dan ternyata bad mood itu menghasilkan karya ini. Bad mood kenapa? Tentu saja, ada author gila (baca : bego) yang di kasih saran malah ngatain saya b.o.d.o.h dan juga salah paham. But, never mind, take easy. OK, ini Cuma baru prolog, tapi kalo gk dibaca mungkin akan bingung nantinya, karena seperti biasa, fict saya selalu ribet ceritanya. OK, let's begin the story…
.
.
.
Chapter 1 : The Beginning
.
.
.
Jauh sebelum para Dewa membagi pengetahuan mereka dengan Manusia, jauh saat dimana bumi masih memberontak kepada alam semesta, jauh saat dimana di dunia masih penuh dengan kegelapan hati makhluk hidup, jauh sebelum Olympus bertekuk lutut pada Zeus, tercipta perang pertama sekaligus perang terdahsyat sepanjang masa yang dikenal dengan Great War of Devillian. Perang seluruh ras makhluk hidup yang menimbulkan dendam, amarah dan kebencian yang sangat amat besar, yang pada akhirnya menciptakan suatu makhluk paling mengerikan sepanjang sejarah, Iblis ekor 13.
Bukan mengerikan karena ukuran, bukan pula mengerikan karena wujudnya. Ia hanya sebesar manusia, yang mempunyai sayap dan memiliki ekor sebanyak 13 dengan sekujur tubuh yang ditutupi api hitam kelam. Ia menjadi makhluk mengerikan sepanjang sejarah bukan tanpa sebab, ia dikenal karena sumpah yang ia buat saat pertama kali ia tercipta di dunia ini. Ia bersumpah akan membalas para dewa yang telah membiarkan perang tanpa akhir seluruh ras makhluk hidup di dunia ini terus berlangsung. Dan karena kesal akan perang yang tak kunjung berakhir, akhirnya ia sendiri yang mengakhiri perang itu dengan membunuh seluruh ras makhluk hidup di dunia ini, hanya dalam waktu 1 malam.
Kekuatan dahsyat yang bahkan ditakuti oleh para dewa di Olympus dan para dewa di dasar Neraka. Dan karena ulahnya itu, para dewa akhirnya harus menciptakan ulang para makhluk hidup di dunia ini. Kesal dengan perlakuan para Dewa yang terkesan menantangnya, Iblis itupun mengamuk di atas langit, dimana para dewa Olympus berkumpul. Untuk menghentikan tindakannya, Zeus dan para Dewa lain terpaksa mengorbankan keabadian mereka untuk menyegel Iblis itu dalam sosok Manusia. Dan akhirnya, Iblis itupun berubah wujud menjadi wujud Manusia yang tidak abadi. Tapi dengan itu, para Dewa pun kehilangan keabadian mereka.
Sebelum meninggal, para Dewa menurunkan seluruh kekuatan beserta ingatan mereka kepada para Manusia yang dikenal sebagai Demigod, dan saat para Demigod meninggal, mereka juga akan menurunkan seluruh kekuatan dan ingatan mereka pada keturunannya. Begitu seterusnya. Kenapa para Dewa juga turut menurunkan ingatan mereka? Itu karena, para Dewa berharap, Demigod akan ingat dengan Iblis ekor 13 yang dahulu pernah mengacaukan langit dan sekarang tengah dibelenggu dalam wujud manusia. Ya, benar sekali, dari turunan ke turunan selanjutnya, para Demigod bertugas untuk menjaga Manusia titisan iblis ekor 13 untuk tidak mengamuk.
Berbeda dengan para Dewa yang menurunkan kekuatan beserta ingatan mereka kepada para Demigod, Iblis ekor 13 hanya bisa menurunkan kekuatannya kepada titisannya. Itulah sebabnya seringkali Manusia titisan Iblis ekor 13 tak menyadari kekuatan mereka sendiri. Siklus itu terus terjadi, hingga akhirnya pada suatu masa, para Demigod tidak lagi bisa menurunkan ingatan mereka kepada keturunan mereka, dan menimbulkan anggapan bahwa para Demigod telah hilang dari muka bumi. Dan disinilah cerita ini dimulai, perang sepanjang masa yang tak pernah berakhir, antara para Dewa, dan Iblis ekor 13…
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
Senja hari di Konoha, waktu dimana para ayah pulang kerumah untuk melepas rindu dengan anak dan istri tercinta, waktu dimana para ibu menjemput anaknya yang masih sibuk bermain di taman bermain, dan waktu dimana para anak akan tertawa saat melambaikan tangannya pada teman-temannya. Tapi tidak untuk anak yang satu ini, seorang anak bernama Uzumaki Naruto. Ia sama sekali tidak mempunyai teman, ia selalu dikucilkan dan dianggap sebagai anak haram atau anak buangan oleh orang-orang di sekitarnya. Mungkin orang-orang itu memang benar, ia anak haram, ia anak buangan. Bahkan ia tidak mengetahui siapa nama orang tuanya, dan ia sangat beruntung ada seorang kakek tua yang sekarang sudah meninggal, yang dulu sempat merawatnya dan memberinya nama, Uzumaki Naruto.
Setiap hari ia hanya bisa melihat anak-anak lain bermain dengan senangnya di taman bermain itu dari balik pohon besar yang berada di pojokan taman itu. Dan setiap malam menjelang, ia hanya akan duduk menyendiri di ayunan, dan akhirnya akan tertidur di ayunan itu. Ia tidak pernah menangis atas keadaannya saat ini, karena dulu, kakek yang mengasuhnya selalu berpesan, jangan pernah menangisi sesuatu yang telah menjadi suratan takdir. Dan ia akan selalu mengingat pesan dari orang yang sudah ia anggap kakeknya itu.
.
.
Hari sudah semakin larut, orang-orang telah mulai memasuki alam mimpi mereka yang indah. Tetapi, bocah bernama Uzumaki Naruto itu, masih tetap duduk manis di ayunan yang selalu menemaninya itu. "Hahhh…" ia menghembuskan nafas sejenak sebelum akhirnya mendongakkan kepalanya ke atas, untuk melihat bintang-bintang yang bertebaran di atas langit sana. Ia sungguh iri dengan para bintang itu, mereka tak pernah sendirian, mereka selalu muncul bersama dengan teman-teman mereka. Tapi sejenak kemudian, perhatiannya dialihkan oleh sebuah suara, suara tangisan. Ya, tidak salah lagi, ini suara tangisan.
Akhirnya, Naruto kecil pun memutuskan untuk berkeliling taman, mencari sumber suara tangisan yang menurutnya sangat memilukan hati. Langkah kecil Naruto terhenti di pohon besar yang biasa ia gunakan untuk mengintip anak-anak yang tengah bermain. Disana, Naruto melihat seorang gadis kecil berambut indigo pendek yang tengah duduk sambil membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya yang ditekuk ke atas. "Hiks.., Hiks.., Hiks… Tou-san tidak menginginkan aku… Hiks…" gumam gadis kecil itu sambil terus menangis sendu. Melihatnya gadis kecil itu menangis, Naruto menjadi tidak tega sendiri. Akhirnya, dengan percaya diri, ia mendekati gadis itu, berharap ia dapat menghibur gadis kecil itu nantinya.
"Hai...!" seru Naruto pada gadis kecil yang tengah menangis itu. Merasa ada yang menyapanya, gadis itupun mendongakkan kepalanya, menampakkan wajah imutnya yang basah dengan air mata dan mata lavendernya yang sungguh sangat menenangkan. Gadis kecil itu menatap Naruto bingung, yang hanya dibalas dengan cengiran lebar oleh Naruto. Sejurus kemudian, Naruto mengulurkan tangannya kepada gadis itu. Sejenak, gadis itu hanya memandangi tangan Naruto yang terulur kepadanya. Karena merasa tak ada niat buruk dari Naruto, gadis itupun menerima uluran tangan Naruto dengan malu-malu.
"Perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto! Siapa namamu?" ucap Naruto dengan nada begitu bersemangat, membuat gadis kecil itu tertegun sejenak karenanya. "N-Namaku Hi-Hinata." balas gadis itu dengan nada gugup, entah kenapa ia menjadi gugup sendiri saat bersama dengan bocah laki-laki pirang ini. Setelah itu, tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dari gadis di hadapannya, Naruto langsung duduk di samping gadis kecil itu.
"Kenapa kau ada disini? Ini sudah malam, orang tuamu pasti mengkhawatirkanmu dirumah." Ujar Naruto memulai percakapan. Mendengar kata-kata dari Naruto, Hinata langsung menggeleng lemah. "Tidak, tidak ada yang menginginkan aku. Tidak ada yang akan mengkhawatirkan aku, Hiks…" balas Hinata sambil kembali terisak. "Cup cup cup… jangan menangis lagi, Hinata-chan. Aku jadi ikut sedih, tahu." Ujar Naruto berusaha menangkan Hinata. Kerena tidak ingin membuat bocah pirang disampingnya juga ikut sedih, Hinata pun menghentikan isakan tangisnya dan kembali mengangkat kepalanya. "Nah, kalau tidak menangis kan Hinata-chan jadi lebih cantik!" seru Naruto sambil memamerkan cengiran khasnya. Hinata yang mendengar kata-kata Naruto barusan hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya yang ia yakin sudah semerah tomat.
Sejenak kemudian, Hinata kembali mendongakkan kepalanya dan menoleh ke arah Naruto. "K-Kenapa N-Naruto-kun belum p-pulang?" oh, sial, rasa gugup Hinata sepertinya kambuh lagi. "Haha… aku sudah pulang kok, Hinata-chan. Ini rumahku!" jawab Naruto sambil tersenyum lebar. Mendengar jawaban Naruto, Hinata memiringkan sedikit kepalanya kesamping, tanda bingung. Melihat tingkah Hinata yang seperti orang bingung, Naruto kembali tertawa. "Hahaha, kau bingung ya, Hinata-chan? Ini memang rumahku. Ya, di taman ini aku makan, tidur, dan melakukan kegiatan sehari-hariku." Jelas Naruto pada Hinata.
"L-Lalu, Dimana orang tua N-Naruto-kun?" Tanya Hinata pada Naruto. "Aku… tidak mempunyai orang tua." Jawab Naruto sambil mnundukkan kepalanya. "Tapi tak apa, toh aku masih bisa bertahan hidup! Bersama dengan teman-temanku disini sepanjang hari sudah cukup bagiku!" lanjut Naruto yang tiba-tiba saja berubah ekspresi seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Mendengar jawaban Naruto, Hinata langsung membulatkan matanya tidak percaya. Ia tak mempunyai orang tua dan tinggal sendirian di taman ini? Dan ia masih bisa tersenyum tanpa beban? Sungguh mengagumkan.
"N-Naruto-kun, t-tadi Naruto-kun b-bilang disini b-bersama te-teman-teman Naruto-kun?" Tanya Hinata kepada Naruto saat berusan menyadari kejanggalan pada jawaban Naruto. "Ya! Apa kau mau melihat mereka, Hinata-chan?" tawar Naruto pada Hinata yang langsung dibalas dengan anggukkan kecil dari Hinata. Akhirnya, mereka bangkit dari duduknya dan menuju ke tengah taman bermain umum itu. "Nah, itu semua teman-temanku!" seru Naruto girang sambil menunjuk berbagai mainan yang berada di taman itu. Mulai dari ayunan, jungkat-jungkit, sampai perosotan. Sekali lagi, Hinata menjadi bingung dibuatnya. "Hahaha… kau bingung lagi, Hinata-chan? Kau tahu, mereka semua teman-temanku. Mereka selalu menemaniku, tak pernah menolak keberadaanku, dan selalu menghiburku saat aku sedih." Ujar Naruto pada Hinata yang lagi-lagi membuat Hinata menahan air matanya untuk Naruto.
Hinata tak pernah menyangka, ada seorang lelaki yang hidupnya lebih menyedihkan darinya. Tidak mempunyai orang tua, tidak memiliki tempat tinggal, dan… tidak mempunyai seorang teman. Tanpa sepengetahuan Hinata, sedari tadi Naruto tengah menganyam sebuah cincin dari rerumputan liar yang tumbuh di hampir semua tempat di taman bermain itu. "Taraa… !" seru Naruto tiba-tiba sambil menyodorkan cincin tumput itu di depan wajah Hinata. "Ah!" jerit Hinata kaget. "Ahahaha… ! Hey, Hinata-chan! Lihat! Aku membuat sebuah cincin untukmu!" seru Naruto sambil memamerkan cincin rumputnya itu. "Wahh… indah…" gumam Hinata sambil menatap kagum cincin rumput itu.
Melihat tingkah Hinata, lagi-lagi Naruto tertawa keras. "U-Untukku, N-Naruto-kun?" Tanya Hinata tak percaya yang hanya dibalas dengan anggukkan semangat dari Naruto. Setelah itu, tiba-tiba saja Naruto memasangkan cincin rumputnya di jari manis Hinata. "Yah… Terlalu besar.." ujar Naruto dengan nada kecewa saat melihat cincin rumput buatannya ternyata terlalu besar di jari Hinata. Di perlakukan seperti itu, wajah Hinata otomatis langsung berubah warna menjadi merah padam. Tapi setelah melihat ekspresi kecewa Naruto, Hinata pun memberanikan diri untuk angkat bicara.
"J-Jangan sedih, Na-naruto-kun… Nanti kalau sudah besar pasti akan muat di jariku!" ucap Hinata yang rasa gugupnya perlahan mulai hilang. "Eh? Benar juga yah!" seru Naruto girang. "Kalau begitu, berjanjilah kalau sudah besar nanti Hinata-chan akan memakai cincin ini di jari manis Hinata-chan! Tidak boleh pakai yang lain! Harus cincin ini! Janji ya?" seru Naruto pada Hinata. "Ya, aku janji, Naruto-kun." Balas Hinata sambil tersenyum manis kepada Naruto yang hanya dibalas cengiran polos dari Naruto.
"Hinata-sama!" seru beberapa orang dengan pakaian serba hitam yang tiba-tiba saja berlari ke arah Hinata dan Naruto berada. Melihatnya, Hinata berusaha akan berlari, tapi sayang beribu sayang, orang itu telah terlebih dahulu menangkap dan membopong Hinata. Naruto yang tidak tahu apa-apa hanya menatap kaget kearah orang itu. "Lepaskan aku! Aku tidak mau pulang!" seru Hinata saat orang itu mulai membawanya pergi dari taman. "Hey kau! Lepaskan Hinata-chan!" seru Naruto kepada beberapa orang berpakaian hitam itu sambil berlari kea rah mereka. Tapi sebelum mencapai orang terdepan –yang membawa Hinata-, Naruto sudah terlebih dahulu di tendang oleh orang yang lain. "Pargi kau, Anak Haram!" seru orang itu pada Naruto.
Naruto kini hanya bisa mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tendangan orang barusan. Naruto kini hanya bisa melihat orang-orang itu membawa Hinata pergi dengan menggunakan mobil mewah berwarna hitamnya. Tanpa Naruto sadari, setetes air mata jatuh menetes dari pelupuk matanya. Ia sangat kesal dengan dirinya sendiri, ia tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat anak pertama yang mau berbicara dengannya dibawa pergi oleh segerombolan orang aneh berpakaian hitam barusan. Tiba-tiba saja, aura hitam keluar dari tubuh Naruto, menyebabkan rerumputan dan tumbuhan di sekitarnya layu dan menjadi abu hanya dalam sekejap mata.
"Sial… !" teriak Naruto frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri. Untuk kedua kalinya setelah kematian kakeknya, Naruto akhirnya kembali menangis. Menangis dalam diam, mengutuk para dewa di atas sana yang telah membuat takdirnya bagitu menyedihkan. "Aaarrgghhhh… !" teriak Naruto kembali. Aura hitam disekitar Naruto kembali meluas, menyebabkan semua makhluk hidup yang berada di taman itu mati seketika. Dan akhirnya, hanya menyisakan seorang bocah laki-laki yang menangis sendu di bawah langit bertabur bintang mala mini.
.
.
.
Skip Time ( 10 years later )
.
.
.
"Naruto… ! Ayo cepat bangun… ! Sarapan sudah siap… !" seru seorang wanita paruh baya berambut pirang panjang dan memiliki dada yang lumayan –ehm- yang diketahui bernama Tsunade, pada anaknya yang berada di lantai atas. "Iya, Kaa-san… ! Sebentar lagi aku akan turun!" balas sebuah suara khas seorang pria dari lantai atas. "Hah, dasar, anak itu, dihari pertamanya masuk SMA malah bangun terlambat." Gumam Tsunade sambil menata makanan yang berada di meja makannya. Tak lama setelah itu, terdengar suara seseorang yang tengah menuruni tangga.
"Selamat pagi, Kaa-san!" sapa pemuda berambut pirang, berkulit tan, dan memiliki tiga garis kembar di kedua pipinya kepada Tsunade. "Ya! Cepatlah selesaikan sarapanmu jika kau tidak mau terlambat, Naruto!" balas Tsunade pada pemuda yang ternyata adalah Naruto tersebut. Tunggu dulu! Naruto? Ya, benar sekali, ia adalah anak yang 10 tahun lalu selalu sendirian di taman bermain kota Konoha. Suatu hari, seorang pengusaha sukses bernama Tsunade datang ke taman itu untuk menjemput keponakannya, dan disanalah ia bertemu dengan Naruto. Dan sejak saat itu, Naruto diangkat menjadi anak oleh Tsunade yang memang belum mempunyai anak itu.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Naruto pun segera berpamitan dan berangkat ke sekolah menggunakan sepedanya. Hah? Sepeda? Tentu saja, walaupun Naruto anak angkat seorang pengusaha sukses, ia tak pernah meminta yang muluk-muluk kepada ibunya, dan itulah yang membuat Tsunade bangga memiliki anak seperti Naruto. Karena jarak dari rumah dan sekolah barunya tidak terlalu jauh, hanya dalam waktu 10 menit ia sudah sampai di depan gerbang sekolah barunya. "Konoha Senior High School." Gumam Naruto saat membaca tulisan yang berada di samping gerbang sekolah itu. Dulu, Naruto bersekolah di Suna karena mengikuti Tsunade, dan sekarang, mereka kembali lagi ke Konoha.
"OK! Semangat, -ttebayo!" seru Naruto sambil memasuki sekolah itu dan langsung menuju halaman parker sekolah itu. Setelah memarkirkan sepedanya, Naruto segera bergegas menuju ruang kepala sekolah untuk member laporan, seperti murid baru pada umumnya.
.
.
"Akh, aku harus bergegas!" gumam seorang gadis berambut indigo panjang, berkulit putih, dan bermata lavender yang saat ini tengah berjalan dengan tergesa-gesa di sepanjang koridor Konoha Senior High School. Ia terus berjalan dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan jalan yang ia lalui, yang ia pedulikan hanya tumpukkan kertas yang saat ini tengah ia bawa agar tidak terjatuh dari bopongannya.
"Hoam…" seorang pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Uzumaki Naruto, terlihat tengah menyusuri lorong sekolah ini dengan wajah tanpa semangat dan sesekali menguap lebar saat tiba-tiba kantuk menyerangnya. Salahkan saja ibunya yang tadi malam tiba-tiba saja meminta hadiah hari ibu berupa boneka panda yang membuat Naruto harus berkeliling kota untuk mencari toko mainan yang masih buka pada malam hari. Dan hasilnya, ia pun pulang tepat saat tengah malam dengan sebuah boneka panda besar di tangannya. Poor Naruto…
Gadis berambut indigo yang diketahui bernama Hinata itu terus berjalan dengan tergesa-gesa sampai akhirnya… *BRUK* "Ukh…" erang Hinata sambil memegangi pantatnya yang sakit akibat jatuh terduduk barusan. "I-Ittai~" gumam seorang pemuda yang juga jatuh terduduk di hadapan Hinata yang tak lain adalah Naruto. Setelah membuka matanya Hinata langsung kaget setengah mati saat melihat kertas-kertas yang tadi ia bawa telah terjatuh berceceran diatas lantai sekolah. Dengan tergesa-gesa, Hinata segera memunguti kembali kertas-kertasnya.
Melihat gadis yang tadi ia tabrak tengah tergesa-gesa memunguti kertasnya yang terjatuh, akhirnya Naruto memutuskan untuk membantu gadis itu. Setelah semua kertas berhasil mereka pungut, merekapun beranjak berdiri dari posisi mereka semula. "Nah ini!" ucap Naruto sambil menyodorkan setumpuk kertas yang tadi ia pungut pada Hinata. "Arigato" balas Hinata saat menerima kertas yang di sodorkan Naruto barusan. Setelah itu, mereka saling menatap untuk melihat seperti apa wajah orang yang baru mereka tabrak barusan. Dan di detik berikutnya, mereka sama-sama memalingkan muka mereka dengan semburat merah di pipi mereka.
"A-Akh, Maaf, aku permisi dulu…" ucap Hinata sambil membungkuk dalam dan berlalu meninggalkan Naruto. Setelah Hinata pergi, Naruto pun kembali melanjutkan perjalanannya ke ruang kepala sekolah. 'Sepertinya aku pernah bertemu dengannya.' Batin Naruto dan Hinata bersamaan saat mereka telah saling menjauh.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
A/N : Gimana? Gimana? Jelek ya? Akh iya, seharusnya saya sadar. Err… saya lagi BT bgt. Ide bwt Where Is It juga lagi macet. So, muncullah fict GaJe ini. Dan… Apa mau di lanjutin? Ato di Discontinued aja? Gimme Review for the Answer. Err… mau ngomong apa lagi ya? Oh ya, Gomen kalo ada Typo or alur maksa. OK, seperti biasa, langsung aja, Keep Read and Review! SEE YA!
Author,
Natsu D. Luffy
