Bukan salahmu, kupikir ketika itu. Tetap, kubalikkan punggungku kepadamu. wajahmu yang terluka, terkhianati oleh yang lainnya saat kami pun ikut berbalik tak mengikuti perintahmu lagi.

Raja, raja, raja. Terngiang kata itu di dalam pikiranku ketika kita tertawa bersama. Kau, aku dan kindaichi yang tertawa dengan candaan di antara kita bertiga. Tak ku sadari siapa yang memulai menyebarkan panggilan kami padamu sebagai cemooh-an. Mungkin saja itu karena sifatmu yang tak dapat di mengerti oleh adik kelas kita dan kakak kelas serta teman seangkatan kita. Mungkin juga Kindaichi sendiri yang mengeluhkannya tanpa sengaja dan terdengar yang lain.

Atau bahkan aku sendiri yang tanpa sengaja menyebutmu itu ketika berbisik pada diri sendiri.

Yang manapun itu. Kau lah yang salah bukan?

Kau yang tak menyesuaikan dirimu kepada spiker yang melompat untuk memukul bola yang kau terima, kau yang membuat bolanya terlalu cepat untuk kami pukul. Kau yang membawa semua petaka ini kepada dirimu sendiri, dan sekarang adalah saat kau menuai apa yang kau tanam.

Ketika yang lain berbalik padamu. Bola yang kau lempar kebelakang pun tak ada yang memukul.

Jatuh begitu saja. Hei, kau pun tau jika aku benci –tidak, malas untuk bergerak berlebihan jika tak diperlukan, jadi, kenapa kau bersikeras menyuruhku berlari saat bola yang terlempar bukanlah untukku?

Hei, untuk apa wajahmu yang seperti terkejut itu? Untuk apa? Untuk siapa?

Kulihat kau pergi duduk ke kursi cadangan saat pelatih menyuruhmu keluar dari lapangan. Dari sini aku tak dapat melihat wajahmu yang tertutup oleh handuk dan bayangan rambutmu, yang dapat kulihat hanyalah keringatmu yang berceceran dari satu tempat lebih dari yang lain.

Ku alihkan perhatianku darimu kepada pertandingan yang ada di hadapanku saat ini.

Dan tanpa ku sadari, aku sudah ikut menghancurkanmu saat itu juga.


.

.

.

.

.

.


Ke-esokan harinya aku begitu terkejut ketika kau berhenti dari klub voli, saat aku bertanya pada teman sekelasmu mereka bilang kalau kau tak bersekolah hari itu karena sakit.

Kau tau? Voli terasa aneh ketika kau tak ada di sini, meski kau ada di sinipun aku tau dengan pasti keadaan akan menjadi lebih buruk lagi. Lebih baik begini.

Ya, lebih baik begini, yakinku pada diriku sendiri, lalu kenapa seperti ada perasaan mengganjal pada dadaku?

Beberapa hari kemudian aku begitu terkejut mendapat kabar kalau kau pindah sekolah. Saking terkejutnya aku, aku sampai salah menyervis dan malah melempar bola itu keluar lapangan. Begitu terguncangnyakah kau hingga kau tak lagi berkeinginan bersekolah di sini?

Padahal ini adalah tahun keduamu...

Tak pernah terlintas di pikiranku kalau kau adalah tipe orang yang menghindari masalah, mungkin tak terpikirkan oleh ku juga kalau kau akan berubah sebanyak ini, mungkin ini untuk yang terbaik.

Ya, lalu kenapa sekarang aku baru merasakan perasaan bersalah kepadamu?


HALLO! ADA YANG MASIH INGAT SAMA SAYA ENGGAK?

HAHAHAHAHAHA~~~~~ AYO SEDIH SAMA SAYA!

Sedih tau gak sih, liat anak saya yang Tobio ini waktu dia seperti tercengang ngeliat kunimi senyum sama timnya dari sisi net yang lain, muka dia seperti 'Dia gak pernah senyum gitu waktu sama aku'

Dan saya seperti, Astaga gayness alert! Cinta yang tak terbalaskan, cinta yang cuman satu sisi. Oasdajgasdkajewejwqdbqd

Demi apah, anak ini pas banget buat di pasangin sama siapa aja.

Ok, maaf.

Menurut kalian gimana?

Saya nerima request pair sama ceritanya lho~~~~

Kirim aja lewat review /kedip-kedip-kedip/

/bisik/ Tapi kemungkinan terbitnya cepat sama jumlah wordnya yang banyak, hampir dua puluh persen aja sih.

Peluk rangkul.

TPGKK - 29-01-2017