Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rate :M


Cinta itu tak dapat melihat, bahkan mungkin.. cinta tersebut dapat dikatakan buta. Cinta yang mempersatukan dua insan yang berbeda tempat. Cinta yang tak mengenal rupa. Bahkan cinta yang tak mengenal waktu. Cinta itu manis, tapi.. Cinta juga bisa menjadi pahit. Cinta yang dulunya muncul dari perasaan hati yang paling dalam kini berubah menjadi merah darah. Perang terjadi tidak peduli walau hati mereka sakit melihat kenyataan ini. Ya.. Cinta. Cinta bisa kembali tumbuh walau pada akhirnya membawa kesakitan dimasa depan.

"Ya ampun.. Jelek sekali wajahmu itu bocah, hahaha."

"Benar! Bahkan saking jeleknya aku jadi ingin muntah! Hooeekk!"

"Hahaha."

Ledekan, hinaan, sudah biasa ia terima, sakit tentu saja, hatinya sangat sakit, tak ada yang menyayanginya, bahkan.. Untuk berteman dengannya saja sepertinya mereka tidak mau.

"Jelek~ hahaha.. Makanya bilang pada Ibumu agar tidak menikahi salah satu manusia jelek itu!"

Duagh!

Satu serangan berhasil si blonde keluarkan, membuat dua teman bocah tersebut geram dibuatnya.

"Kenapa kau memukulku, hah? Mau ku hajar kau?"

"Sudahlah.. Kita jangan berurusan dengan duyung jelek seperti dia, nanti kita malah ketularan jelek lagi."

"Iya benar, aku juga tidak mau berwajah jelek seperti dia, berkulit beruk seperti itu dan bermata aneh seperti dia."

"Hahaha.. Aku mengerti, baiklah kita pergi kawan-kawan nanti ada yang melihat kita kesini."

"Baiklah, ayo."

Hilang. Ketiga anak duyung tersebut mulai menghilang. Ya.. Duyung. Makhluk legenda yang katanya sangat cantik bahkan tampan, tapi tidak seperti kenyataannya. Duyung tersebut memiliki ekor yang sangat tajam dan beracun, mata bagai ular tangan bercakar dan gigi bertaring juga kulit yang bersisik. Sungguh menyeramkan duyung tersebut terlebih mereka adalah pemakan manusia.

"Hiks."

Sebuah isakan, namun tanpa air mata. Air berasa garam tersebut langsung bersatu dengan air asin dari lautan.

"Kenapa mereka selalu menjelek-jelekkan kedua orang tuaku?" Ia selalu bertanya, namun tak ada yang bisa menjawab.

"Apa karena aku lahir dengan bentuk buruk rupa?" Tangan berwarna tan tersebut mulai menutup wajahnya dengan rapat seakan iapun tak mau melihat bayangan dirinya walau di air yang keruh. Ia buruk rupa, dengan kulit bersih berwarna tan, tubuh yang ramping, wajah yang manis, rambut pirang yang sangat halus dan..

"Hiks.." Mata yang jernih sebiru lautan. Seekor duyung dengan tubuh manusia dan ekor indah bagai ikan. Legenda duyung yang sangat cantik dengan suara menggoda dan lebih mematikan dari duyung lainnya. Menangkap manusia hanya sebagai mainan, bukan makanan. Dialah.. Naruto.

"Naruto! Pulang! Kau membuat malu keluargaku!" Perintah seekor duyung berambut merah bagai darah, bermata besar berwarna merah juga berbibir merah dengan taring yang besar terdapat disana, tangannya mengeluarkan cakar sebagai ancaman untuk menakuti putra duyung didepannya.

"Karin!"

"Kubilang kembali!" Bentak Karin salah satu putri duyung dilautan tersebut.

"Nona karin.. Anda jangan kasar begitu." Seekor Kepiting dengan tubuh hampir seperti manusia namun bertangan capit raksasa mulai menampakan diri dihadapan dua duyung tersebut.

"Keh.. Iruka, mau apa kau ikut campur? Ini urusanku dengan si buruk rupa ini." Kesal karin pada manusia kepiting tersebut.

"Tapi Nona karin,.."

"Diam! Jangan menyebut namanya terlalu indah seperti Tuan muda atau semacamnya, dia itu aib dikeluarga ku, dan Kushina yang membawa aib itu, Kuashina, yang tak lain adalah Kakaku! Mengerti. Aku benci duyung seperti dia, hiks.. Karena dia, Kakaku jadi mati karena melahirkannya. Hiks.. Hwwaaa.." Karin mulai menangis membuat Naruto terdiam ditempatnya seraya menggerakan ekornya kesana kemari tanpa arah.

"Nona Karin, sudahlah... Semua sudah terjadi.."

"Tidak! Aku juga membenci kau Iruka, dan aku akan mengadukanmu pada Ayah agar kau segera dipenggal!" Ancam karin yang segera pergi dari tempat tersebut dengan kecepatan luar biasa bahkan tanaman laut yang ia lewatipun sampai layu dan mati dibuatnya.

"Nona Karin saya mohon jangan adukan saya pada Tuan Besar.. Nona Karin..." Tak ada gunanya mengejar. Iruka si manusia Kepiting mulai terdiam sedih.

"Ha~" "Maafkan aku paman Iruka."

"Ti-tidak Tuan Muda.. Anda tidak salah apapun."

"Kalau aku tidak keluar istana pasti karin tidak akan marah.. Tenang, biar aku saja bicara pada Kakek."

"Tapi Pangeran Naruto." Naruto sudah pergi meninggalkan Iruka. Membuat Manusia setengah kepiting tersebut terdiam kagum dengan kemampuan yang Naruto miliki. Tanaman laut yang tadinya mati setelah terlewati Karin kini kembali hidup dan bisa dinikmati oleh para ikan kecil lainnya . Iruka mulai tersenyum, seraya melihat jauh keatas sana.

"Nona Kushina, Tuan Minato.. Aku benjanji akan melindungi putra kalian walau dengan nyawaku sendiri." Gumam Iruka pelan dan tak lama setelah itu seekor hiu macan pun datang dan menghampirinya.

"Ayo pulang, Nak." Ajak Iruka pada hiu macan tersebut dan merekapun mulai melesat dari tempat tersebut menuju sebuah kerajaan didepan mereka.

Lautan.

Tempat para makhluk laut hidup dan bersosialisasi, begitu juga dengan daratan. Tempat para manusia hidup dan bersosialisasi.

"Ha~ lelahnya." Gumam seorang gadis dengan rambut pink bagai Sakura dan tentunya bernama Sakura juga. Gadis tersebut mulai bangkit dari tempat ia duduk, berjalan beberapa langkah dan menyandarkan tubuhnya didekat sebuah jendela.

"Sasuke.. Sedang apa?" Tanya Sakura sok perhatian namun tak membuat pemuda tampan berambut model emo tersebut mau menoleh bahkan menjawab barang sedikitpun. Matanya terus menatap kedepan, jauh keluar dari tempat ia bekerja. Sebuah lautan yang sangat indah dan terlihat sangat damai.

"Laut lagi, disana bahaya, Sasuke. Banyak duyung pemakan manusia disana, dan wajah mereka sangat jelek sekali... Rrrr.."

Hening.

"Sasuke.. Jawab perkataanku walau hanya sedikit." Pinta Sakura manja namun pemuda berambut raven tersebut hanya menjawab 'hn' membuat gadis pink tersebut memicingkan matanya bosan.

"Oh iya Sasuke sebentar lagi kan jam istirahat, nanti.. dikantin denganku ya?" Masih tak ada jawaban dan dengan berani gadis tersebut mulai mendekap pemuda bernama Sasuke tersebut dari belakang.

Tap!

"Aww,.. Sakit sasuke.. Kenapa kau memukul tanganku?" Tanya Sakura lirih dan membuat para pekerja lain menatap penasaran.

"Sopanlah sedikit padaku gadis jalang." Kesal Sasuke yang mulai beranjak dari tempatnya tersebut membuat para pekerja lain kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

"Kau mau pergi kemana Sasuke? Pergi menemui pacar khayalanmu? Duyung buruk rupa yang menurutmu sangat indah. Sasuke! Duyung itu jelek dan sangat berbahaya!" Teriak Sakura membahana dan langsung menghentikan langkah Sasuke seketika.

"Sekali lagi kau menghina pacar khayalanku, kau tak akan segan-segan ku rubah menjadi kecoa yang pantasnya diinjak sepatu kotor.

Brak!

"SASUKE!" Sakura mulai berteriak frustasi namun tak membuat Sasuke mau mendengarnya.

Diluar, disebuah lorong, Sasuke mulai melangkahkan kakinya secara perlahan disana. Melihat semua pintu yang terbuka, dengan kegiatan beragam yang tak membuatnya kagum barang sedikitpun.

"Sasuke." Seseorang mulai memanggil membuat Sasuke menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang.

"Neji?"

"Mau kemana kau?"

"Biasa.. Mencari udara."

"Oh.."

Neji dan Sasuke kembali berjalan namun tak ada percakapan diantara mereka. Hanya ada keheningan sampai salah satu diantara mereka membuka mulut. "Memikirkan pacar khayalanmu?" Tanya Neji yang langsung membuat Sasuke terdiam.

"Ha~ aku mengerti perasaanmu, Sasuke.. Kau menganggap duyung yang buruk rupa seperti mereka itu indah.. Ya.. Walau aku belum pernah melihat mereka. Maksudku dalam buku selalu diterangkan kalau duyung itu buruk rupa dan tidak ada nilai indahnya sama sekali." Sasuke tak menjawab dan Neji pun mulai menggelengkan kepala pasrah.

Bell tanda istirahat mulai berbunyi dan para pekerjapun mulai keluar dari ruangan mereka masing-masing.

"Sudah bunyi ya? Kuharap Lee tidak telat makan lagi." Gumam Neji yang mulai membuka sebuah pintu didepannya.

"Lee.. Kau mau istirahat?" Tanya Neji dengan suara dikerasakan agar menyamai suara bising di ruangan tersebut.

"Neji?" Tanya seorang pria dengan mata besar bulatnya. Ia mulai menyimpan peralatannya di tempat semula, melepas kacamata dan mulai berjalan kearah mereka.

"Oh hay Sasuke, tumben kau datang keruanganku."

"Hn.."

"Tadi aku tak sengaja bertemu dengannya, hey Lee kau membuat alat apa lagi?" Tanya Neji yang langsung menyita perhatian Sasuke.

"Oh.. Itu bukan alat, tapi mungkin bisa disebut alat juga, kau tahu kan duyung-duyung itu bisa sihir, mereka bisa membuat tengkorak rusak menjadi utuh dan menghidupkan si pemilik tulang tersebut."

"Maksudmu?" Tanya Neji yang langsung ditimpali Sasuke dengan alis mengernyit.

"Ya aku membuat robot raksasa agar lebih mudah menghancurkan mereka, kekuatannya sudah teruji hebat dan tenaganya mampu menghancurkan satu gedung dengan sekali pukulan, tapi.."

"Tapi?" Beo Sasuke.

"Aku tidak tahu caranya agar senjata buatanku tahan terhadap air dalam waktu yang sangat lama.

"Kalau itu serahkan saja padaku, Lee.. Aku punya alat yang dapat kau gunakan untuk robot Dino mu.."

"Ahh,, terimakasih, Neji dan itu Naga bukan Dino."

"Oh.. Begitu ya, maaf. Nah.. Sekarang ayo kita Istirahat, Sasuke, ayo.."

"Hn."

Disebuah kantin, terlihatlah Lee mulai menghabiskan beberapa makanan diatas mejanya membuat Neji terdiam dan Sasuke menatap ngeri.

"Kau seperti tidak makan setahun saja, Lee." Ucap Neji dan hanya dibalas Lee dengan gelengan kepala.

"Teruskan saja makannya." Perintah Neji yang mulai melahap makanan didepannya.

"Oh iya Sasuke.. Kau tidak menghubungi pacar khayalanmu?" Tanya Neji yang langsung membuat Sasuke memicing kesal.

"Kau menganggapku gila?" Tanya Sasuke mulai kesal.

"Tidak tidak .. Bukan begitu maksudku.."

"Lalu apa? Kau sama saja seperti yang lain, kalian menganggapku gila karena berfikir duyung itu makhluk yang indah, sudahlah.. aku pergi."

Neji mulai keluar dari mejanya dan dengan segera iapun mencegat langkah Sasuke.

"Beri jalan." Perintah Sasuke dingin.

"Ini mungkin aneh.. Tapi aku juga gila." Sasuke mulai memicingkan matanya kesal, marah dengan pembicaraan Neji yang tak jelas.

"Sudahlah.."

"Sasuke.. Aku pernah melihat makhluk indah itu."

Sasuke kini berhenti dari acara jalannya, menatap Neji dan akhirnya mendekatinya.

"Maksudmu."

"Ketika bulan mati, aku melihat seekor hiu macan dilaut, berenang ketepi pantai dengan tubuh atas yang perlahan menjadi manusia, rambutnya merah dan.. Wajahnya cantik.. Aku tak bisa melupakannya.. Aku, aku jatuh cinta pada makhluk itu. Dia menatap bulan mati dan perlahan kakinya mulai muncul. Tubuhnya telanjang, dan kau tahu makhluk cantik itu adalah seorang pria."

Sasuke mulai terdiam dan iapun mulai menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Lalu apa hungungannya dengan kekasih hayalanku, hah? Yang kau bicarakan mungkin manusia jadi-jadian. Yang aku inginkan adalah duyung.. Duyung yang cantik.. Seperti yang dikatakan pamanku, Minato yang sudah meninggal."

Neji ikut terdiam dan perlahan Sasukepun mulai melangkahkan kakinya pergi membuat Neji terdiam seraya mengingat wujud manusia dari hiu macan tersebut. "Bulan mati tinggal tiga hari lagi, Sasuke." Gumam Neji dengan suara pelan.

Disebuah pantai, Sasuke mulai berjalan dengan bosannya, menginjak pasir putih yang indah dengan pijatan dari air laut yang melintasi kakinya. Perlahan ia mulai duduk, melihat mata hari terbenam dari tempatnya seakarang ini. Ia bingung, laut yang indah ini berbaya. Kenapa? Bahkan satu orang pun tak ada yang berani berlayar mengarungi laut yang luas ini. Mungkin hanya satu jawabannya, laut tersebut dikuasi oleh duyung dengan kekuatan sihir dan terlebih kaum duyung dan manuia bermusuhan.

Sasuke mulai merenung, ia ingat ketika masih kecil, ia sering menggambar membaca buku, bermain dan.. Berbicara dengan pria tersebut.


"Paman.. Ceritakan lagi padaku tentang duyung cantik yang paman sukai." Pinta Sasuke kecil pada seorang pria yang hanya bisa menatap satu arah. Perlahan tangan pria tersebut mulai meraba, menyentuh kepala Sasuke kecil dan mengelusnya dengan lembut.

"Tentu saja, Suke.. Pasti paman akan cerita."

"Benarkah?"

"Iya"

"Kau tahu.. Duyung yang Paman temui sangat cantik seperti bidadari tangannya halus, dia baik hati dan.."

"Sasuke,..Bantu Ayah sebentar." Ucap seorang pria dari arah belakang dan langsung disahut sasuke kecil dengan anggukan.

"Iya Ayah,, Paman aku kesana dulu,"

"Tunggu Sasuke."

"Eh.."

"Kau harus percaya padaku.. Dia memang cantik, dan dia menyembuhkan mataku dengan air matanya yang hangat dan malam ini aku akan menemuinya." Bisik Pria tersebut yang langsung membuat Sasuke kecil terdiam. Pria tersebut mulai tersenyum pada Sasuke kecil dengan mata beriris biru cerahnya.

"Sssstt.." Perintah Pria tersebut pada Sasuke yang mulai mengerti.

"Hehe,,iya Paman." Balas Sasuke yang mulai berlari kearah belakang, menemui Ayahnya dan iapun mulai ditarik kesuatu tempat.

"Sasuke.. Kau jangan terlalu percaya pada Paman Minato, kau tahu.. Dia itu gila.. Dia menganggap duyung buruk rupa itu indah padahal dia sendiri tak dapat melihat."

Sasuke geram. Ya geram.

"Ayah hanya tak bisa mempercayai Paman Minato.. Aku.. Aku percaya."


Sasuke mulai merenung kembali, ia ingat jelas hari itu.. Ya.. Hari dimana Pamannya mati ditangan duyung-duyung tersebut.


Para orang dewasa mulai membawa senjata mereka masing-masing sementara yang lain mengamankan wanita dan anak-anak.

"Ayah dimana?" Tanya Sasuke dalam pelukan Ibunya.

"Diam Nak.." Perintah wanita tersebut takut bahkan anak kecil yang lainpun mulai menangis karena kehilangan orang tuanya. Suara bom mulai terdengar, membuat seorang wanita menjerit karena takut. Bahkan dari jauh ia dapat melihat seorang bocah tertindih batu dengan darah disekeliling tubuhnya. Ia meminta tolong dengan air mata yang tak kunjung reda namun tak ada satupun orang yang mau menolongnya. Mata Sasuke mulai berkaca-kaca dan dengan kesal iapun langsung berlari dari pelukan Ibunya.

"Sasukeee.." Bocah tersebut terus berlari sementara pesawat tempur mulai beterbangan diatas-nya.

"Sial!.. Kenapa duyung-duyung itu membuat masalah dengan kita."

"Aku tidak peduli. Aku tidak mau kaum manusia menjadi makanan mereka. Aku harus membunuh mereka." Dan dengan semangat sang pilot mulai melepaskan rudalnya kelautan. Beberapa detik kemudian suara ledakan kembali terdengar dengan munculnya tsunami dan keluarnya daging-danging lembek yang jatuh kepermukaan.

"Rooarr.." Seekor duyung besar dengan mata merah menyala mulai menatap marah. Ia mengangkat tangannya dan dengan itu langit berubah menjadi mendung, petir berdatangan dan satu per satu petir tersebut mulai menyambar hilikopter dibawahnya. Meledak dan akhirnya terjatuh.

"Aku akan jatuh,, aku akan jatuh.." Teriak sang pilot yang mesinnya sudah mati total.

"Parasutku tidak bekerja. Arrgghh.. Sial." Dan dengan itu pesawat tempur tersebut mulai menabrak hutan didepannya dan akhirnya meledak.

Sasuke masih terdiam shock bahkan dikakinya ia melihat potongan tangan yang aneh. Bersisik dan bercakar membuat bocah tersebut merinding ketakutan sampai ia berlari tanpa tahu arah.

"Hwaaa.." "Terima ini duyung sialan!" Kesal seorang pria paruh baya seraya melempar ramuan kecil yang telah ia buka kearah lautan. Seekor duyung yang melihat benda aneh tersebut mulai menyeringai dan dengan kekuatan ekornya sang duyung melempar botol kecil tersebut kembali ke pemiliknya. Ramuan tersebut mulai tumpah, mengalir membasahi tubuh sang pemilik dan bersamaan dengan itu munculnya asap di semua tubuh pria tersebut.

"Aaaaaaa..pa-panas!" Pria tersebut mulai menjerit kesakitan ditonton teman-temannya yang mulai menjauh dikala tubuh rekan mereka mulai meleleh dan meninggalkan tengkorak putih yang jika disentuh akan segera hancur.

Seekor duyung mulai mencengkram sesuatu ditangannya dengan kuat lalu ia pun mulai mengangkat tangannya keatas dan seekor naga raksasa pun muncul dari laut dan mulai terbang ke arangkasa. Menarik napas dan semburan api pun mulai ia keluarkan. Seeorang pemuda mulai terbakar dan perlahan mulai mati dengan tubuh menghitam dan wajah tak dikenali.

"BAHAYA!" Teriak salah satu dari mereka yang mulai berhamburan entah kemana. Pesawat tempur kembali melesatkan tembakan begitu juga dengan orang-orang bersenjata. Naga tersebut mulai oleng dengan sayap yang rusak.

"Roaaarrr.."

Jerit sang Naga yang pada akhirnya jatuh ke daratan dengan suara debuman yang keras.

"Apa dia sudah mati?" Tanya orang-orang tersebut yang mulai mendekati tubuh sang Naga.

Selangkah..

Dua langkah..

Mata Naga pun mulai terbuka, menarik napas kembali dan Naga tersebut mulai membakar orang-orang didepannya. Setelah selesai iapun berlari kelaut dan menghilang disana.

"Sialan!" Kesal seorang ahli pedang yang mulai berlari kearah laut dengan 3 pedang dimasing-masing jarinya. Total 6.

Cras...

Tanpa ampun pria tersebut menyayat tubuh duyung didepannya, ia mulai bersalto mengangkat pedangnya dan memutus leher duyung didepannya. Perlahan jumlah duyung tersebut mulai berkurang dengan jatuhnya anggota tubuh dari duyung tersebut dan darah yang telah mencemari warna asli laut biru disekelilingnya.

"Hosshh.." Pria tersebut kelelahan namun seekor duyung betina tersenyum kearahnya dengan menggenggam seekor ikan kecil.

"Datang jika kau berani." Geram pria tersebut dan langsung membuat duyung didepannya kesal. Melempar ikan kecil di tangannya pria tersebut mulai terdiam bingung.

"Makan." Ucap duyung tersebut menyeringai dan tiba-tiba ikan kecil tersebut tumbuh berukuran lima meter dan langsung melahap pria tersebut dengan mudahnya.

"Arrrghh.."

BUM!

Ledakan kembali terdengar membuat Sasuke merunduk karena takut bercampur kaget.

"Ayah.. Ibu.. Paman.." Panggil Sasuke takut.

DUAGH!

Seorang pria mulai meronta marah ketika tubuhnya dicengkram tangan kuat salah satu duyung tersebut.

"Makanya kalau kalian tidak mau mati jangan berurusan dengan kami." Ucap duyung tersebut menyeringai memperlihatkan taring tajam dan besar yang ia punya.

"Kalian yang sialan! Kami tidak akan berurusan dengan kalain kalau kalian tidak membunuh salah satu dari kami."

"Dia yang mengganggu kami! Dia datang dan menggoda salah satu dari kami untuk diperbudak, menurutmu kami senang, hah?" Balas Duyung tersebut lebih kesal.

"Kalian membuat kami seperti ini, kehilangan jati diri dan kehilangan sebagian dari anggota keluarga kami." Duyung tersebut mulai mempererat cekikannya membuat pria tersebut makin meronta karena tak bisa mengambil udara disekelilingnya.

"Akhh.. Bu-bukannya kita bisa berda-mai.." Bujuk pria tersebut yang langsung menghentikan cengkraman mongster didepannya.

"Berdamai?" Pria tersebut mengangguk.

"Kami tidak akan menggaggu kalian dan.. Kalian.. Jangan menggu kami, la-laut milik kalian dan daratan milik kami." Duyung tersebut mulai terdiam. "Ba-bagaimana?"

"Kembalikan dulu salah satu dari kami." Tawar duyung tersebut geram dan langsung membuat pria dalam cekikannya memicingkan mata bingung.

"Tapi kami.. Akh.. Tidak menculik salah satu dari kalian. Dan yang ada kalian yang sudah menculik dan membunuh salah satu dari kami."

Hening diantara mereka namun berisik disekeliling mereka. Bom masih beterbangan kesegala arah dan petir masih menyambar disekeliling mereka, membuat sebuah pohon besar tumbang akibat sambaran dari petir tersebut.

"Arrrgghh.. Aku tidak percaya pada manusia seperti kalian!" Bentak duyung tersebut murka dan bersiap melepaskan cahaya merah panas dari telapak tangannya.

"HENTIKAN!"

Hening.

Baik kaum manusia maupun duyung mulai menghentikan serangan mereka. Disana ditengah laut, terlihat seorang pria blonde mulai melangkah ke arah mereka. Menginjak air tanpa terjatuh kedalam lautan tersebut melewati para duyung yang terdiam shock dibawahnya.

"Dia.."

"Mina-to."

"Kenapa dia ada dilaut?"

"Dan.. Sejak kapan dia bisa melihat." Gumam beberapa orang yang mulai mengenali siapa pria tersebut.

"Aku yang salah... Aku pelakunya." Gumam pria tersebut menyesal dan mulai berlutut di atas pasir basah.

"Ya! Dia pelakunya! Kita harusnya bunuh dia!" Teriak salah seorang duyung murka namun dengan cepat para manusia tersebut menghalangi tubuh Minato. "Kami tidak akan menyerang kalian, kami hanya ingin manusia terkutuk itu."

"Dan manusia terkutuk ini salah salah satu dari kami." Lawan salah seorang pemuda menantang.

"Kau ingin ku makan rupanya. Rauurr.."

"Hentikan.. Menyingkirlah." Perintah Minato lirih dan telah membuat teman-temannya bingung.

"Minato.. Kau.."

"Aku yang salah.. Ya.. Aku pelakunya, aku.. Aku telah mengambil salah satu dari duyung tersebut untuk menjadi milikku." Minato mulai mengakui membuat kedua belah pihak yang nyatanya berlawanan menggeram kesal kearahnya.

"Minato! Gara-gara kau setengah dari kami mati dibunuh duyung-duyung itu."

"Minato.. kenapa kau lakukan semua ini! Berurusan dengan mereka dan membuat kami mati konyol."

"Aku akan bertanggung jawab.. Aku akan menyerahkan nyawaku pada mereka." Balas Minato yang langsung membuat seorang bocah kecil terdiam.

"Paman."

"Baguslah kalau kau mau bertanggung jawab." Cahaya hijau mulai berputar ditelapak tangan salah satu duyung tersebut menyerap kekuatan laut disekelilingnya dan mulai melepaskan sereangan tersebut ke arah minato.

Crassh..

Minato terjatuh, dengan mulut berdarah dan pastinya dengan perut berlubang setelah berhasil terkena serangan dari duyung tersebut.

"Minato.."

"Hosshh.."

Para duyung mulai tertawa puas dan salah satu dari mereka kembali mendekat.

"Sekarang beritahu kami, dimana mayat dari kaum kami."

Minato masih terdiam dan iapun mulai tersenyum diantara kesakitan yang ia derita, membuat Sasuke yang bersembunyi dari jauh mulai meneteskan air mata kesedihan.

"Dia.. Masih hi-dup." Jawab Minato pelan dan lansung membuat orang-orang didekelilingnya memicing bingung seraya menatap para duyung yang membelalakkan mata mereka karena kaget.

"Dia ada, di Istananya.. Tertidur lelap.. Dikamar-nya.." Minato mulai menutup matanya secara perlahan dan dengan kesal para manusia tersebut mulai bangkit dan berjalan ke arah duyung-duyung tersebut.

"Jadi kalian menyerang kami padahal salah satu dari kaum yang kalian cari ada di tempat kalian, tidur nyaman dikamarnya." Geram seorang pria berambut putih panjang kesal seraya menatap musuhnya marah.

"Kami.."

"SERANG!" Perintah pria tersebut murka dan Bom pun kembali diluncurkan membuat para duyung tersebut berlari karena tak ada alasan lagi untuk melawan.

"Minato.. Bangunlah." Lirih seorang pria yang mulai meneteskan air mata kesediahannya.

"Kau bisa melihat kami kan Minato, jadi bangunlah." Tak ada jawaban tapi seorang bocah langsung menubruk para orang dewasa didepannya dan langsung menghambur memeluk tubuh dingin pria tersebut.

"Sasuke!" Panggil Seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah Ayah dari bocah tersebut.

"Hiks.. Paman." Iris Shaphire Minato mulai terbuka membuat Bocah didepannya tersenyum karena senang.

"Sasu-ke.."

"Hiks.. Paman.. Paman belum mati kan.. Hiks.. Aku senang." Balas Sasuke yang kembali memeluk tubuh tersebut dengan erat walau tubuh kecilnya jadi ikut berlumur darah.

"Kau tidak membenci duyung.. kan?"

"Tentu saja tidak paman, bukankah Paman bilang kalau duyung itu baik."

"Memang.." Minato mulai mengelus surai raven tersebut secara perlahan membuat wajah bocah Uchiha tersebut memerah dibuatnya.

"Aku sayang paman." Ucap Sasuke pelan dan iapun kembali memeluk tubuh dingin tersebut dengan erat. Minato mulai tersenyum dengan mata yang mulai tertutup. Tangannya mulai terjatuh dan orang-orang disekelilingnya mulai menatap lirih.

"Sasuke.. Ayo pulang." Ajak sang Ayah namun Sasuke menolak.

"Aku mau disini dengan Paman Minato."

"Sasuke.. Paman Minato.. Sudah.. Sudah.."

"Pamanmu sudah meninggal bocah kecil." Sambung pria lain yang langsung membuat Sasuke mendongak tak percaya.

"Paman.." Panggil Sasuke lirih. Tak ada gerakan bahkan tangan pria blonde tersebut mulai berubah semakin dingin.

"Paman.. Hiks.. Hwee.."

"Sasuke, ayo pulang."

"Tidak Hiks.. PAMAN MINATO!"


Sasuke masih terdiam dipantai, ya.. Pamannya mungkin memang sudah meninggal, atau lebih tepatnya dibunuh oleh para duyung tersebut. Tapi anehnya ia tak pernah membenci salah satu diantara mereka dan yang ada Sasuke malah ingin bertemu dengan mereka. Duyung yang kata Pamannya sangat indah. Indah.. Ya.. Mungkin seperti pamannya. Kriteria yang ia suka. Atau mungkin Sasuke pernah jatuh cinta pada Pamannya yang sudah meninggal dan berharap bertemu duyung yang mirip dengan Pamannya tersebut. Beriris biru dan berambut blonde.

"Paman.. Aku rindu." Gumam Sasuke lirih.

"Aku jadi ingin berkeliling lautan, tapi aku tidak punya kapal untuk berlayar."

Hening.

"Berkeliling, seseorang.. Tentu saja bisa, aku akan mencari duyung indah dalam imajinasiku itu. Duyung yang seperti Paman Minato dan aku tahu siapa yang dapat membantuku."

Dan dengan begitu Sasuke mulai beranjak dari tempatnya berlari ke arah rumahnya. Membuka pintu kamarnya, menekan beberapa tombol dan layar hologram pun mulai muncul dihadapannya. Memperlihatkan sebuah kamar bernuansa gothic yang tak berpenghuni dan berantakan.

"Siapa?" Tanya seseorang yang langsung membuat pikiran sasuke buyar karena terkaget.

"Ini aku, Sasuke."

"Oh.. Kau bocah." Balas orang tersebut yang langsung membuat Sasuke memicing kesal.

"Kau dimana?" Tanya Sasuke seraya mengarahkan layarnya kesemua ruangan.

"Sebentar.. Aku mau mandi dulu.. Ngomong-ngomong, mau apa kau menghubungi ku? Tumben sekali." Tanya suara tersebut yang telah bercampur dengan suara shower dari kamar mandi.

"Kalau kau sibuk aku bisa menghubungimu sebentar lag-"

"Aku hampir selesai, katakan saja apa maumu bocah." Perintah suara tersebut yang langsung membuat Sasuke memicing kesal.

"Aku ingin berkeliling lautan, kau tahu sendiri kan orang-orang dari negeriku tidak bisa sembarangan berlayar kelautan tanpa bantuan dari orang luar."

"Oh ya ya ya.."

"Kau dengar aku tidak?"

"Aku dengar.. Tenang saja, beri aku waktu sehari, aku akan sampai disana dengan kapal baruku. Dan kita akan berlayar mengelilingi lautan. Oh ya.. Sudah dulu ya ternyata aku memang sedikit sibuk."

Terlihatlah sebuah tangan mulai keluar dari arah pintu memegang sebuah remot dan menekan tombol dibenda tersebut membuat sambungan dari layar Sasuke mati seketika karena terputus.

"Tck.. Baiklah.. Ku tunggu waktu seharimu." Geram Sasuke marah dan iapun mulai beranjak dari tempat duduknya menuju ke meja lain dan mengambil sebuah alat kecil disana. Menempelkan ke salah satu telinganya dan menekan tombol satu-satunya disana.

"Halo, Neji.. Tolong bilang pada profesor Kakashi aku tidak akan bisa membantu mulai besok."

"Tumben sekali,apa kau sakit Sasuke?"

"Iya.. Sedikit.. Aku minta libur beberapa hari."

"Baiklah Sasuke.. Aku mengerti, ngomong-ngomong sudah dulu ya, aku sedang sibuk, Sasuke dan semoga kau cepat sembuh."

"Oh.. Iya, maaf telah mengganggu dan terimakasih."

"Tidak masalah."

Nit.

Sasuke kembali memutus sambungannya dan perlahan iapun mulai membaringkan tubuhnya diatas kasur yang empuk memejamkan mata dan iapun mulai menerawang jauh dalam pikirannya. Rambut blonde, iris shaphire, dan ekor ikan yang indah.

"Putra duyung yang cantik sekali." Gumam Sasuke senang dan iapun mulai terlelap dalam khayalannya sendiri. Semantara itu dibawah laut. Si Blonde mulai menatap cahaya kecil yang indah dari atas sana, bersandar dari jendela istananya seraya menggapai-gapai cahaya tersebut dengan tangan tannya.

"Apa ada makhluk yang lebih jelek dari ku?" Tanya duyung Iindah tersebut lirih dan iapun mulai berenang menjauhi jendela didepannya.

Siang hari disaat pria sepertinya bekerja Sasuke malah datang kepantai secara sembunyi-sembunyi sambil menatap laut biru didepannya.

Breengg!

Sebuah kapal raksasa terus melaju dengan kecepatan tinggi bahkan kapal tersebut telah membuat takut ikan lumba-lumba yang berenang disebelahnya. "Hahaha.. Lebih cepat lagi!" Perintah seorang pria yang bisa dipastikan adalah Kapten di kapal tersebut.

"Baik Tuan." Balas pria didepannya takut-takut dan mulai memberi aba-aba pada temannya yang lain sesuai perintah. Dari pantai Sasuke mulai memicing ia tahu dengan benda kecil yang mulai melaju ke arahnya, makin lama benda tersebut makin besar dan gemuruh kapal tersebut mulai terdengar.

"Tck.. Sialan.. Kenapa dia membuat kebisingan disini." Kesal Sasuke sambil clingukan kesana kemari berharap tidak ada orang yang akan tahu. Tak lama kemudian sebuah kapal layar besar mulai berhenti didepan Sasuke. Kapal tersebut seperti kapal bajak laut dengan tengkorak duyung yang terpajang di tiap sisi kapal dengan rantai disekeliling mereka. Sasuke mulai menggeram kesal ketika seorang pria mulai melompar dari kapalnya dan berjalan sambil menggores pasir basah dibawahnya dengan pedang berlumur darah di genggamannya.

"Sudah lama bocah." Ucap pria tersebut menyeringai menatap Sasuke senang dengan mata merah bagai darah.

"Kenapa kau membunuh duyung-duyung itu, Kyuu.." Tanya Sasuke lirih bercampur marah namun pria yang ia panggil Kyuu mulai tersenyum aneh seraya menjilat pedang merah digenggamannya.

"Karena mereka menggangguku dan pengganggu harus mati." Jawab pria ternama Kyuu tersebut sinis dangan senyuman yang tak hilang dari bibir merah cantiknya.

TBC

a.n: oke.. chapter pertama selesai... ada yang bersedia review? ^^