Summary : Kai kesal karena Luhan tak kunjung bersedia membantunya. Tapi suatu ketika karena alasan 'melarikan diri', Luhan menawari diri untuk membantu Kai. Harusnya ia bisa menyelesaikannya cepat. Hanya saja mata setajam elang itu…
Odult Maniac present!
Selamat membaca :D
.
.
Kantor Polisi Distrik Gangnam.
TRAK!
"Sial! Anak itu lolos lagi."
Mendapat lirikan dari temannya yang lain, namja itu semakin gencar menggerutu. Malam sudah larut dan udara sangat dingin. Seharusnya isi kepalanya juga turut dingin. Bukan malah seblaiknya.
"Kau hanya bisa menggerutu sepanjang hari. Tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan apa?" sahut temannya dengan aksen kalem sembari menyesap segelas kopi. Caranya begitu elegan padahal mereka tidak sedang bersama yeoja – yeoja cantik dengan balutan rok pendek yang mengekspos separuh dari paha mereka.
"Aku bisa saja melakukannya! Asalkan dia mau membantuku, Leo," jelasnya bersamaan melirik ekor mata pada sudut sebelah kanan. Dimana seorang namja duduk tenang menikmati kerlap – kerlip kota dibilangan Gangnam ini.
Leo menatap kode yang dimaksud sang teman.
"Itu sama sekali bukan bidangnya."
BRAK!
"Kau itu tidak tahu. Aku 'kan sudah pernah cerita padamu. Aish.."
"Aku sangat tahu. Karena aku yang mengajarinya menyetir," Satu sesapan dan Leo menatap Kai. "Lagipula caranya mengemudi jauh dari kata baik. Aku sempat berjanji untuk tidak bersamanya jika dia dalam posisi menyetir."
Leo beranjak dari duduknya. Meletakkan gelas kopi pada tatakan diatas meja, lalu meraih topinya diatas lemari nakas pendek. "Aku berjaga dulu."
Kai menatap Leo dengan pandangan sulit diartikan. Setelahnya ia balik memperhatikan namja disudut ruangan tadi yang seperti tidak merasa terganggu. Ruang ini kecil dan bukan mustahil tidak mendengar perbincangan Kai bersama Leo barusan.
"Apa masalahmu, Luhan.."
.
.
Cklek!
"EOMMAAA~"
Bruk!
"Aiguu, Jungkookie. Miss eomma, hm?" suara halus dengan pandangan hangat. Tubuh tegapnya menangkap anak kecil yang berlari menyongsong dirinya diambang pintu.
"EUM! Eomma malam sekali pulangnya. Kookie 'kan takut sendirian dirumah," celoteh Jungkook dengan bibir mengerucut. Namja yang menggendong hanya tertawa.
"Mian nde? Hari ini eomma sangaaaat sibuk. Sebagai gantinya, eomma membawakanmu sesuatu."
Mendengar kata 'hadiah' tentu saja Jungkook antusias dan bersemangat. "Jinjja?"
Namja itu mengangguk tanda mengiyakan. "Tunggu di kamar dan biarkan eomma mengambilkan hadiahmu di mobil. Oke?"
Jungkook langsung berlari memasuki kamarnya. Tak mau buang waktu, namja itu lekas keluar dari rumah mengambil boneka beruang besar dengan motif bintik. Senyum tak lepas dari bibirnya kala membayangkan bagaimana senangnya Jungkook nanti ketika menerima hadiah yang sudah ia siapkan.
Berjalan mnegendap, namja itu menyembunyikan boneka tersebut dibelakang tubuhnya. "Kookie? Dimana kau sayang~"
Samar – samar ia mendengar kikikan kecil dari dalam kamar, atau tepatnya dalam gundukan selimut. Jungkook sendiri tengah menutup mulutnya rapat – rapat menahan suaranya keluar. Dengan senyum misterius, ia berdiri didepan gundukan selimut yang bergerak – gerak.
"Jungkookie~ eomma akan menemukanmu. Ghaarrww.."
Perlahan namja itu menarik selimut itu hingga..
"BOOO!"
"Gyaaaaaaaa…"
Bruk!
"Hahahahaha.."
.
.
"Hei.. aku minta maaf. Hanya ingin memberi kejutan. Lagian kau ini. segitu saja sudah kaget. Aku 'kan tidak menakutimu," cibir namja itu sebal.
Namja lainnya tidak mneggubris. Jungkook memandang bingung dua orang dewasa didepannya sembari mendekap boneka beruang besar. Matanya mengerjap polos ketika melihat samchon-nya bergelantungan dilengan eomma seperti monyet milik Hyuk ahjussi.
"Ck.. Diamlah!"
"Ya! Jangan begituu~ aku benar – benar tidak sengaja, ge~" Namja mungil itu tetap menggelantungi lengan namja yang lebih cantik darinya dengan memasang wajah memelas bak anjing ingin dipungut. Kerjapannya boleh membuat siapapun mengangguk tanpa syarat. Namun pengecualian namja ini.
"Kookie~ sebaiknya kamu tidur. Ini sudah larut. Ayo eomma antar ke dalam."
Anaknya ini sangat penurut. Jadi tanpa memprotes, Jungkook turun dari sofa dan masuk ke kamarnya setelah menolak diantar ke kamar. Lagipula kamarnya tidak sejauh satu kilometer -_-
"Ge~"
"Hmm.."
"Mian.."
"Kau sudah pernah mengatakan itu, Baek. Dan pada bulan berikutnya hal ini terulang."
Baekhyun memberikan cengirannya. Yah ia akui itu. Karena anggap saja itu tradisi penyambutannya khusus untuk sang gege tersayang. Gege dengan satu appa, beda eomma. Tapi keduanya tetap akur selayaknya saudara kontan. Lagipula perbedaan mereka tidak jauh berbeda.
"Kenapa tiba – tiba kau menemui gege disini?"
"Tidak. Hanya merindukanmu saja."
Namja cantik itu manggut – manggut tidak berminat. Alasan lainnya yang sudah terlalu ia hafal ditelinga. Lagipula ia tahu pasti ada point penting lain.
"Well sebenarnya tidak juga."
Tuh 'kan?
"Luhan ge~ Appa mau menjodohkanmu."
"APA?!"
.
.
Kai tahu Luhan itu seorang tenang yang tidka mudah meledakkan amarahnya disembarang tempat. Semua yang ia katakan disampaikan dengan pelan juga hati – hati. Harusnya memang begitu dan akan selalu seperti itu. Dan sepertinya hari ini pengecualian. Kai berulang kali mengernyit melihat Luhan yang terlihat gusar. Sering mengeluarkan umpatan namun lirih hingga nyaris tidak terdengar. Atau memandangi tajam anggota lain yang menyapanya.
Apa Luhan sedang PMS?
"Lu~"
Tepat saat Luhan menatapnya, Kai jadi mengerti seberapa dinginnya es kutub selatan. Kai sendiri tergagap saat ingin mengatakan sesuatu pada Luhan. namja itu terlanjur menghujamnya dengan sorot dingin namun terkandung amarah didalamnya. Sesuatu pasti tengah terjadi.
"Mwo?"
Kai menarik nafasnya sebentar. Lalu tanpa perduli akan bagaimana Luhan akan memarahinya, ia menyeret Luhan menuju ruangan kerja Luhan dan langsung menguncinya. Setelah berpesan pada semua yang ada disana untuk tidak mengganggu mereka.
"Kau ini kenapa, Lu?! Sadar atau tidak, mereka ketakutan melihatmu hari ini."
Luhan tak menjawab. Namja dengan satu anak ini mendengus kasar sembari mengacak rambutnya. Dalam waktu sepersekian detik, Kai menobatkan dirinya sebagai namja beruntung karena melihat sisi cantik, manis dan kesan maskulin Luhan diwaktu bersamaan. Sempat heran kenapa namja dengan aksen mainly kental ini justru terlihat anggun secara fisik.
"Maaf," ekspresi Luhan perlahan melembut. Bibirnya ia gigit sebelah dan tangan saling meremas. Tak tahu harus melampiaskannya kemana.
Kai memandang bingung Luhan yang hanya mondar – mandir tidak jelas. Ceracau lirih yang entah itu apa jelas terdengar oleh Kai. Tapi tidak dengan apa yang ia katakan.
"Apa semua baik – baik saja, Lu?"
"TIDAK!" jawab Luhan keras dengan wajah memerah hingga telinga. Kai sampai terlonjak dari duduknya sembari memegangi dadanya. Suara Luhan memang halus, tapi jika dengan oktaf yang agak tinggi begitu ia tentu saja akan kaget.
"Oh oke.. Tenanglah dulu.."
Luhan menumpu sebelah tangannya didahi. Berpikir keras dan mempertimbangkan segala sesuatu. Terlihat dari kerut didahi Luhan serta gerak bola mata samar dibalik kelopak. Kai maunya buka suara tapi ia merasa belum tepat.
"Kai.."
"Ye?"
"Malam ini aku akan ikut patroli bersamamu sampai jam 5 pagi."
Penawaran yang sudah sangat ia tunggu sejak pertama kali mendapat tugas sama beberapa bulan lalu. Anggaplah saat itu Kai beruntung karena tugasnya dapat ia jalankan dengan baik. Hanya saja untuk kali ini, penawaran Luhan ibarat sebuah roti seharga emas!
Luhan adalah pengemudi handal yang merajai lintasan apapun jenisnya. Kai bisa mengatakan ini saat mereka ditugaskan merazia pengendara di sekitaran tempat wisata pegunungan, Luhan tiba – tiba mendapat telepon. Anaknya masuk rumah sakit akibat kecelakaan kecil.
Baekhyun –yang menelepon– sudah memperingati Luhan agar tidak perlu khawatir. Tapi Luhan yang keras kepala tidak menggubris. Dibawah guyuran hujan dan lintasan jalan berkelok, Luhan memacu mobil Kai dengan kecepatan tinggi. Luhan melakukan drift tanpa cela. Menyalip kendaraan lain dengan timing tepat sekaligus membuat Kai jantungan. Bagaimana tidak? Luhan menyalip truk container yang memiliki roda terbanyak sedang pada arah berlwanan juga truk bermuatan lainnya yang siap menghantam mobil Audi pertama milik Kai.
Saat Kai melirik Luhan, sorot matanya amat meyakinkan ketika menginjak pedal gas penuh. Seumur hidup Kai hanya sampai pada kecepatan 80 km/jam. Sedangkan Luhan? Oh Gawd! Pengalaman ini benar – benar tidak terlupakan olehnya. Kai sampai menceritakan ini pada rekan lain. Namun mereka hanya tertawa, menganggap Kai mengada – ada. Karena mereka tahu Luhan tengah belajar mengemudi dengan Leo.
Pada kasus ini, Kai diharuskan menangkap pembalap liar dalam kota. Semua diantara mereka berhasil Kai tangkap. Hanya saja ketua perkumpulan balap liar mereka belum berhasil Kai tangkap. Dari cara mengemudi yang lihai dalam memainkan taktik dibadan jalan. Lagipula pembalap itu tidak dimasukkan ke penjara. Mereka akan dibina untuk menjadi anggota kepolisian dengan gaji yang tidaklah kecil.
"Tentu saja!"
Luhan tersenyum dan mempersilahkan Kai keluar. Tadinya Kai tidak mau tapi melihat Luhan yang memerlukan ruang sendiri, ia menurut.
"Huft.. Appa menyusahkan."
.
.
Malamnya..
Luhan baru saja menutup telepon dari anaknya di rumah. Jungkook mengeluh kenapa ia tidak pulang dan menemaninya tidur malam ini. Untung saja Baekhyun berbaik hati mau menjaga Jungkook selagi ia 'melarikan diri'. Percayalah. Luhan sama sekali tidak bisa menerima perjodohan yang disetujui secara sepihak oleh keluarga besarnya.
Untuk sedikit perkenalan. Appa-nya bernama Yi Fan. Istri pertamanya bernama Joonmyeon, namja manis asal Korea Selatan. Sedang istri kedua Yi Fan bernama Yixing. Namja cantik berdarah China. Baekhyun adalah adiknya yang lahir dari eomma Joonmyeon. Eomma Luhan memang hamil lebih dahulu meski Yi Fan sudah menikah berjarak dua tahun dengan pernikahan Yixing. Ajaibnya, Yi Fan sempat khawatir mereka saling cek – cok. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Mereka seringkali melakukan threesome setiap minggunya. Berbuah dengan Baekhyun yang akan merengek pada Luhan untuk tidur bersama.
Oke itu saja -_-
"Ge, ini kopi," Kai menyodorkan cup kecil berisi cairan kecokelatan pekat dengan asap mengepul.
Luhan menyesap pelan kopinya. Kai melirik jam tangannya dan dan memperhatikan area tol yang cukup sepi.
"Kapan dia lewat?"
"Seharusnya sih lima det-"
BBRRRRRMMM!
"-ITU DIA!"
Ucapan Kai terhenti ketika matanya menangkap sileut mobil silver mengkilap melaju kencang memecah keheningan malam. Luhan langsung melempar cup kopinya. Bersamaan dengan Kai yang sudah memasang seatbelt, ia menancapkan gas dan membaur bersama kendaraan lain.
"Dia terkenal menguasai hampir seluruh jalanan kota ini. Kemampuan mengemudinya sangat baik. Ck.. seharusnya anak itu ikut balapan resmi saja," dengus Kai disela kepanikannya yang nyaris tak mampu melihat bentuk mobil lain yang mereka lewati. Luhan sendiri fokus pada mobil incaran Kai didepannya. Tampak Luhan tidak ada niatan untuk mengejar mobil itu. Matanya hanya memandang mobil dengan jarak lima meter darinya itu melaju. Kesan ugal – ugalan tampak terlihat namun ia tersamar akan kecekatannya memakai rem tangan.
Dalam benaknya, Luhan menaruh kagum dengan seorang yang Kai katakan adalah ketua dari perkumpulan ini. kabarnya bocah ini bahkan lebih muda darinya. Seharusnya jika pengendara akan merasa panic luar biasa ketika ada polisi lalu lintas yang berjaga malam mengejarnya. Tapi anak ini terkesan mengajaknya 'bermain'. Luhan tahu kode itu.
"Ge, awas!"
Ckiitt…
BRRMMM!
Deg!
Luhan kaget saat mobil itu tahu – tahu mensejajari mobilny. Jalanan sangat sepi. Luhan jadi tak perlu merasa khawatir. Matanya melihat samping sesekali dimana kaca pengemudi bersebelahan dengannya. Dahinya sempat berfikit, bukankah kemudi itu disebelah kiri? Tampak kaca mobil itu diturunkan hingga menampilkan sileut sepasang mata setajam elang menghunus hingga jantungnya. Luhan terpaku beberapa detik ketika iris mereka bertubrukan.
Sorot mata itu terlalu menghanyutkan.
Wink!
Bahkan eye smile-nya amat mempesona. Seumur hidup ini kali pertama Luhan merasa takluk hanya karena sebuah tatapan. Luhan hanya diam saja ketika mobil itu melaju kencang hingga lenyap pada persimpangan. Kai sempat menggerutu karena Luhan membiarkan incaran mereka lolos.
"Ge!"
Tersadar dari mode terhanyut, Luhan spontan menginjak rem. Kai sukses mendaratkan dahinya pada dashboard. Kai sudah berniat mengomeli Luhan tapi ia batalkan. Luhan memutar mobil menuju arah berlawanan. Kembali ke kantor mereka..
"Mian, Kai. Sepertinya kita lakukan lagi besok."
.
.
Tbc
Aku tidak menyelesaikan fiksi yang lain. Maaf ._. mohon kritik saran jika berkenan untuk fiksi ini. Atau mungkin membagi teknik mengendarai mobil? Aku tidak paham soal itu :P
