Story: LO to the VE, LOVE.

Disclaimer: Naruto © Masashi Khisimoto

Rating: T

Genre: Romance & Humor (Ada usul perubahan genre?)

Pairing: SasuNaru (Yaiyalah!), Slight NaruIno

Warning: AU,Shounen ai, yaoi, boyXboy !, OOC!, typos, DONT LIKE,DONT READ!

Author's note: Fic lama dari jaman gue masih alay, ditemukan di antara buku-buku lama, akhirnya gue baca ulang dan gue putuskan untuk ngerombak ulang ceritanya. Mulai dari jalan cerita, sampai pair( straight to yaoi). Semoga suka, Minna-san.

((Have a nice read))


Chapter 1: A shirt and Friendship

TODAY IS THE WEEKEND!

Weekend, hari sakti dan ditunggu-tunggu oleh semua orang yang memiliki aktivitas dan rutinitas yang amat sibuk dalam 6 hari sebelumnya, hari dimana kau tidak akan digangu oleh panggilan kerja dari bosmu, tugas-tugas sekolahmu, ataupun pekerjaan-pekerjaanmu yang sangat membengkakan mata. Umumnya, di hari ini, orang-orang dari berbagai macam kalangan berbondong-bondong pergi ke seluruh tempat-tempat hiburan yang berada di Kota Konoha, baik orang-orang yang pergi bersama keluarganya, pasangannya, ataupun hanya membawa dirinya sendiri. Yes, the smells of weekend is so sweet.

Di salah satu kawasan gedung-gedung tinggi terkenal Kota Konoha, tepatnya sebuah apartement yang terletak di kawasan universitas kebangaan kota itu, Konoha University. Apartemen itu cukup besar dan agak mewah, yang dihuni hampir oleh seluruh mahasiswa atau mahasiswi yang menuntut ilmu di universitas tersebut. Yes, apartement tersebut adalah salah satu tempat tersibuk yang mengatakan bahwa the smells of weekend is very annoying. Kenapa? karena akan selalu saja ada kerusuhan yang ada di apartement terebut bila sudah mencapai hari akhir minggu alias Weekend.

Kerusuhan tersebut selalu saja datang dari satu kamar di salah satu apartemen berikut. Ya, ruangan 201.

"TEMEE! APA KAU MELIHAT KEMEJAKU!?"

.

.

DAK! DAK! DAK!

Sebuah suara keras nan cempreng membahana sehingga terdengar dari luar kamar. Diikuti juga dengan gedoran pintu yang amat sangat tidak pintusiawi, benar-benar membuat pagi ini manjadi berisik.

Di dalam ruangan 201, tampak seorang pemuda sedang memukul-mukul pintu kamar mandi dengan kasar, memanggil orang yang ada di dalamnya. "TEME! MANA KEMEJAKU!" Dia berteriak sekali lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi tersebut. Dia diacuhkan.

Nama pemuda super berisik ini adalah Namikaze Naruto, salah satu mahasiswa jurusan seni di Konoha University. Surai jambrik berwarna pirang yang amat berkilau bila diterpa cahaya, mata biru langit dan 3 pasang garis yang menyerupai kumis kucing menjadi ciri khas fisik pemuda tersebut, Oh ya, ditambah juga dengan kulit berwarna coklat muda yang eksotis. Naruto, dengan hanya memakai sebuah kaos singlet terus saja mengedor-gedor pintu di depannya tanpa lelah.

"Hn?" Seorang pemuda 1 lagi tampak keluar dari dalam kamar mandi itu, menatap Naruto dengan wajah tergangu. Uchiha Sasuke, ialah pemuda yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ini adalah salah satu mahasiswa jurusan teknik kuantum di universitas yang sama dengan Naruto. Wajahnya amat tampan didukung dengan kulit putih pucatnya yang tampak basah karena sepertinya baru saja selesai membersihkan diri, ditambah dengan mata tajam dengan warna hitam kelam. Rambutnya, juga hampir sama seperti matanya, hitam, tapi kadang beberapa orang yang benar-benar teliti melihat akan sadar bahwa warna rambut milik Sasuke adalah Dark-blue.

Naruto berdecak kesal, "TEEEMEEE! MANA KEMEJA YANG BARU AKU BE—ARGGGGHHHH! KENAPA KEMEJAKU KAU PAKAI! IDIOT, KEMBALIKAN! BAKA!" Naruto benar-benar berteriak gaduh saat sadar, kemeja lengan panjang yang baru saja dia beli dari butik ternama kemarin sudah melekat di badan pemuda sahabat dan rivalnya ini.

Ya, rival dan sahabat, kedua orang ini telah bersahabat sejak kecil karena faktor kedua orang tua yang juga bersahabat. Rival, karena di dalam persahabatan mereka pun juga penuh dengan persaingan untuk menjadi yang terbaik. Rival dan sehabat, hubungan yang lucu.

"Hn." Sasuke berjalan melewati Naruto yang masih mencoba menarik-narik kemeja yang dikenakannya.

"Temeeee! kembalikan kemejaku! itu baru saja kubeli kemarin!" Naruto berkata dengan wajah memohon-mohon. Dalam hati Naruto, ingin sekali dia menampar wajah pemuda menyebalkan di depannya itu "Ayolah Teme!"

"Huh. Katakan padaku siapa orang bodoh yang membuat semua kemejaku yang baru saja datang dari laundry terkena tumpahan ramen, Dobe?" Sasuke bertanya dengan tenang sambil mulai menyisir helaian-helaian rambutnya di depan cermin.

Naruto berjengit kesal, terkejut karena lagi-lagi Sasuke mengungkit masalah yang baru saja dia buat 2 hari lalu. "Ukhh! jangan mengungkit-ungkit masalah lama Temee! " Naruto mencemberutkan mukanya, tampak seperti orang yang sedang menahan buang air kecil, "Aku ada kencan hari ini Temee! dan aku ingin memakai kemeja itu!" lanjutnya.

"Aku. Tidak. Peduli." Balas Sasuke kejam sambil menekan satu persatu kata yang ada dalam kalimatnya. Naruto mengerucutkan bibirnya sebal melihat sikap Sasuke yang begitu menyebalkan itu, bila saja bukan karena Sasuke adalah roomate dan temannya sejak kecil, Naruto pasti sudah memplester mulut si bedebah itu.

"Temeee! lepaskan kemeja itu sekarang!" Perintah Naruto, melihat nyalang Sasuke yang melenggang santai di depannya, menghirup secangkir kopi seolah-olah Naruto hanya pajangan belaka.

"Hn, Dobe."

"..." Naruto terdiam, Sasuke masih sibuk dengan secangkir kopi dalam gengamannya. "Teme, kembalikan kemejaku!" ujar Naruto lagi dengan pelan.

"Tidak!".

.

.

.

.

"TEMEEE!." Tiba-tiba Naruto yang sudah amat kesal menarik kemeja yang sekarang tengah berada di tubuh Sasuke, dan peperangan di pagi hari pun dimulai...

Naruto menarik kerah baju miliknya dari Sasuke, berusaha melepaskan kancingnya, sedangkan Sasuke dengan sigap menepis seluruh tangan Naruto yang menyerangnya dengan brutal. "TEMEEE! KEMBALIKAN!~"

BAK! BAK! BUK! BAK!

"HN!" Sasuke mendesis marah dan tergangu saat Naruto terus memberondong tubuhnya dengan berbagai macam serangan, mulai dari cubitan, pukulan, geplakan, sampai yang paling ekstrem... gelitikan! "LEPASKAN AKU IDIOT!"

"TIDAK MAU! KEMBALIKAN DULU KEMEJAKU! HARGANYA MAHAL! HARI INI AKU ADA KENCAN, TEME!" Naruto menerjang punggung Sasuke dan menarik baju itu dengan amat kuat.

"Do-dobe!, idiot.. jangan tarik bajunya, nanti bisa —"

Breeeekkkk~~

"—robeekk~" Sasuke baru saja menyelesaikan kalimatnya setelah baju itu benar-benar terjadi seperti apa yang dia takutkan.

.

.

Hening..

.

.

Hening..

.

Cuit..cuit.. cuit... , terdengar suara kicauan burung pipit dari kabel listrik di luar jendela kamar 201 itu.

.

.

"ARGGGHHHHH! KEMEJA BARUKU!" Teriak Naruto histeris, wajahnya langsung pucat pasi dan tubuhnya retak seketika. Sasuke memperhatikan baju di tubuhnya yang sudah agak sedikit terkoyak itu, lalu kemudian menghela napas.

"Hehhh~ ini salahmu Dobe~"

PLAAAKKK! Sebuah pukulan maha dahsyat menemui kepala Sasuke.

" TEME BAKA! ITU SALAHMU BODOH! SEKARANG AKU KENCAN MEMAKAI BAJU APA!" Naruto berujar kesal sambil menarik-narik rambut Sasuke dengan kasar.

Dengan wajah datar, Sasuke menjauhkan tangan Naruto yang menjambak-jambak rambutnya, ditatapnya Naruto lekat-lekat, "Tentu ini semua salahmu, aku tidak akan memakai kemejamu kalau kau tidak menumpahkan ramen di baju-bajuku, Idiot." ujar Sasuke datar, sambil melangkah melewati Naruto yang masih terdiam shock. "Ini, kukembalikan.." Sasuke melepaskan kemeja yang terkoyak itu dari tubuhnya dan melemparnya ke sembarang arah, mendarat tepat di kaki Naruto.

Naruto terdiam bisu, menatap sebuah kemeja yang tergeletak di kakinya, tubuhnya bergetar menahan amarah yang mulai memuncak. "T-temmee" panggil Naruto dengan suara bergetar. Sasuke, orang yang dipanggil menoleh, menunggu kalimat berikutnya yang akan keluar dari mulut Naruto.

"Hn?"

"I HATE YOU!" Bentak Naruto keras, sambil melempar kemeja miliknya ke arah Sasuke, matanya sudah berkaca-kaca menahan kekesalan, Sasuke terdiam melihat sikap Naruto, lalu menghela napas, seolah tak menghiraukan, Sasuke terus melanjutkan jalannya ke arah ruangan lain di ruangan itu, ke arah dapur.

"Hn. terserah kau saja, Dobe!"

.

.

.

.

Naruto cemberut, matanya masih berkaca-kaca, dia melihat kemejanya yang teronggok di lantai keramik apartemen itu. Lalu berdecak kesal, "Aku benci kau Teme! Argghh! kenapa Kaa-san harus menyuruhku untuk tinggal dalam 1 apartemen dengan orang seperti itu!"

Ya, sebenarnya, faktor yang membuat Namikaze Naruto dan Uchiha Sasuke tinggal dalam satu apartemen sekarang adalah karena kedua orang tua mereka, atau lebih tepatnya ibu mereka, —Uzumaki Kushina dan Uchiha Mikoto—. Adalah 2 orang sahabat dekat yang sudah bersama selama 38 tahun dari umur 42 tahun mereka, membuat kedua anak mereka mau tak mau juga harus menjalani hubungan persahabatan. Kushina dan Mikoto selalu memimpikan anak-anak yang akrab dan dapat tinggal 1 rumah bersama sejak dulu, karena itulah kedua ibu ini amat senang karena sadar bahwa Naruto dan Sasuke akan menuntut ilmu pada 1 universitas, jadi untuk menghemat biaya dan ambisi bersama, kedua ibu tersebut pun menyuruh kedua anaknya untuk tinggal bersama. Awalnya, tak ada sama sekali yang setuju diantara Sasuke maupun Naruto, keduanya menolak dengan tegas, tapi dikarenakan tatapan memelas dan ancaman-ancaman dari sang ibu masing-masing membuat nyali mereka ciut, akhirnya dengan sangat terpaksalah mereka harus menerima permintaan tersebut. Padahal, keluarga Namikaze dan Uchiha adalah salah satu keluarga kaya di kota Konoha.

"Huh, Teme no Baka!" umpat Naruto, dia mencibir sambil mengembungkan pipinya, meraih kemejanya yang teronggok di lantai dan membawanya pergi.

.


"Terlambat!" Ujar seorang wanita di sebuah cafe saat Naruto datang menghampirinya dengan cengiran khasya yang menyebalkan. Wanita itu, cantik dengan rambut panjang berwarna kekuningan yang diikat pony tail ke belakang, garis-garis pipi yang tegas dan sempurna dan menambahkan kesan anggun serta angkuh pada wajahnya.

"Huahahahahaha... gomen, gomen, Ino-chan~..." ujar Naruto sambil tertawa, berusaha mencairkan suasana kaku dengan teman kencannya hari ini, Yamanaka Ino, ialah nama gadis yang akan dikencani Naruto hari ini. Gadis itu mendecih kesal melihat sikap Naruto, menurutnya sikap pria yang seperti itu amatlah tidak menyenangkan.

"Terlambat tetap saja terlambat! seorang wanita, tidak suka menunggu, Naruto-kun! kau terlambat sepuluh menit!" rengek Ino dengan wajah cemberut, Naruto menelan ludahnya khawatir, mampus!

'Dia marah?' tanya Naruto dalam hati. "A..ah.. ma..maafkan aku donk, Ino-chan, yah..ya..cantik?~" rayu Naruto sambil mendudukan dirinya di depan Ino, memasang tampang innocent sejadi-jadinya. Ino membuang mukanya kesal, tidak ingin melihat Naruto, dia jual mahal. "Ayolah, kau jadi jelek bila cemberut seperti itu..." Naruto tersenyum jahil melihat Ino yang tampak agak salah tingkah atas pujiannya, Ya, hampir kebanyakan wanita amat senang dipuji.

Tiba-tiba Ino menatap ke arah Naruto dan memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kakinya, raut muka Ino tampak amat resah dengan penampilan Naruto yang dilihatnya. Jeans campang comping, t-shirt V-neck berwarna hijau lumut, sneekers shoes berwarna merah ngejreng, jaket kulit hitam ala koboy, dan syal abu-abu tua. Ya, Naruto bukan orang fashionable yang pandai untuk mix & match pakaian-pakaiannya, dia lebih tampak seperti seorang orangilanable . Ino tercengang, sekarang bertanya-tanya mengapa dia bisa mengencani orang yang amat sangat tidak jelas begini. Ya, mungkin sebenarnya hanyalah alasan bahwa Naruto adalah salah satu anak dari keluarga yang cukup kaya.

"Kenapa penampilanmu begitu?" tanya Ino sarkatis, wajahnya datar dengan tatapan mata yang tajam.

"E..e..ah.. ini karena.. erhhh... itu..." Naruto tergagap, tak bisa mencari kata-kata yang tepat, membuat Ino menjadi tak sabaran dan memutar bola matanya jengah.

Tak lama kemudian, Ino berdiri dan memperlihatkan lekukan tubuhnya yang terbalut manis pada sebuah short dress berwarna ungu yang manis, membuat Naruto tercengang dibuatnya,

"Sudah cukup, hentikan, ayo kita pergi! " kata Ino, menenteng tasnya dan berjalan ke arah pintu cafe.

"Eh? kemana?" tanya Naruto panik. Ino berbalik, melihat Naruto yang masih terduduk cengo di meja makan di dalam cafe itu,

"Tentu saja ke mal" Naruto terdiam, dalam hatinya, dia agak sedikit kecewa karena sebenarnya dia inagin mengajak Ino ke taman bermain. Naruto melihat ke arah Ino dan akhirnya menghela napas panjang. Naruto pun mulai beranjak dari kursi yang dia duduki.

"Baiklah..."

"Oh ya, dan bayarkan juga minumanku..." lanjut Ino kemudian sebelum keluar dari dalam cafe tersebut.

"EH?"

.


.(( Iria-san ))

Naruto berjalan menyusuri trotoar, pulang menuju ke arah apartemennya, wajah Naruto tampak lesu dan kecapekan, ada juga raut kekecewaan yang terlihat di wajahnya. Bagaimana tidak kecewa? kencan Naruto hari ini gagal total, dia rupanya memilih wanita yang salah, Ino ternyata adalah seorang wanita yang egois dan materialistis, Ya, begitulah sifat Ino yang dilihat oleh Naruto hari ini.

Saat baru saja keluar dari cafe contohnya, Ino dengan tampang kebingungan melihat ke segala arah jalan di luar cafe itu, lalu berbalik ke arah Naruto dengan alis satu yang naik dan muka cemberut sambil bertanya "Mana mobilmu?". Belum lagi berbagai tingkahnya saat di mal, Ino membuat Naruto berputar-putar di dalam mal selama 4,5 jam dan membawakan barang-barangnya seperti seorang pembantu, itu sangatlah menyebalkan untuk Naruto, apalagi hampir kebanyakan dialah yang membayar barang-barang tersebut. Naruto benar-benar amat sangat terbanting hari ini, diperbudak oleh seorang wanita yang hanya mengandalkan modal penampilan itu benar-benar membuat harga dirinya jatuh, dan Naruto berjanji untuk tidak mendekati wanita bernama Ino itu lagi.

"Haaahhhh~" Naruto mendesah, lalu melihat ke arah arloji di tangan kirinya, 08.30 malam, pantas saja udara menjadi dingin."Huffhh... apa Teme ada di apartemen ya?" gumam Naruto, tangannya mengepal, mengengam erat sebuah bungkusan di tangannya.

Tririririritt~ Ponsel Naruto pun berbunyi dari dalam saku jaketnya. "Moshi-moshi?' sapa Naruto saat dia mengangkat pnggilan dari ponsel berikut.

Jeda beberapa saat, Naruto mendengar sebentar perkataan dari pemilik suara di seberang telepon tersebut. "Hummhh~ tentu saja aku pulang, Teme! aku sedang ada di jalan, awas bila kau mengunci apartemen!" Ujar Naruto dengan nada kesal, tapi dengan ekspressi wajah yang tampak sedikit lega, entah kenapa, saat Sasuke meneleponnya, membuat tubuhnya jadi lebih tenang.

"Ho-oh! aku akan sampai di apertemen dalam waktu 10 menit!" balas Naruto lagi sambil mulai menutup panggilan di ponselnya, tanda bahwa Sasuke sudah mengakhiri panggilannya. Sekali lagi, Naruto menghela napas sambil mengeratkan gengamannya pada sebuah kantong di tangannya. Dan Naruto kembali berjalan menyusuri trotoar yang sudah mulai menyepi tersebut.

.


.

Naruto membuka pintu apartemennya dengan agak malas-malasan "Aku pulang~" sapanya, sambil mulai melepaskan sepatunya dan masuk ke dalam apartemen tersebut. Mencari Sasuke. Setelah beberapa lama, akhirnya Naruto melihat Sasuke yang seang duduk di atas sofa panjang di depan sebuah televisi layar lebar, memencet-mencet remote televisi untuk mencari channel program yang menurutnya menarik. Naruto menatap wajah Sasuke yang juga melihatnya datar dengan cemberut, lalu dengan langkah terseok-seok Naruto berjalan dan merebahkan tubuhnya di sebelah Sasuke.

Sasuke menoleh dan memperhatikan Naruto sebentar, lalu kembali memfokuskan matanya pada layar televisi di depannya, "Temeee~~ ubah channelnya! aku tidak tertarik dengan acara ilmu pengetahuan alam seperti itu!" rengek Naruto sambil mulai berusaha merebut remote televisi dari tangan Sasuke, tapi gagal. Sasuke dengan cepat menjauhkan remote tersebut dari jangkauan Narutod dan memberinya deathgleare. Naruto mengembungkan pipinya kesal, " Baka!" umpatnya.

Jeda sejenak antara Naruto dan Sasuke, tak ada yang mau memulai kata-kata dan memulai percakapan dahulu di antara mereka, keduanya diam dalam pikiran dan pekerjaannya masing-masing.

.

.

Hening.

.

Hening...

"Ternyata... teman kencanku itu wanita materialistis..." ujar Naruto tanpa sadar, curhat dengan Sasuke di sebelahnya. Sasuke menolehkan kepalanya, dia tak menjawab, dan mencoba menunggu kalimat yang akan dikeluarkan Naruto selanjutnya. Naruto menghela napas dan mengangkat kakinya ke atas sofa, "Sayang sekali, padahal aku kira awalnya dia adalah wanita yang menarik..." keluh Naruto kemudian.

.

.

Sasuke tetap saja diam, Naruto pun juga sudah tidak lagi mengeluarkan kata-katanya. Hingga akhirnya Sasuke pun menepuk-nepuk kepala Naruto dengan lembut, "Sudahlah Dobe, jangan pikirkan soal wanita dulu sekarang, mereka itu hanyalah mahluk yang merepotkan..."

Mendengar perkataan Sasuke, membuat Naruto jadi kesal sendiri. "Huhh! kau itu amat populer di kalangan para wanita Temeee! Mudah saja untukmu bicara begitu, kau tidak mengerti rasanya menjadi orang yang dijauhi wanita sepertiku Teme!" Naruto menepis tangan Sasuke yang ada di atas kepalanya dengan kasar. "A-aku kan bukan orang yang populer di antara kalangan wanita Teme! jadi, untuk mengajak wanita secantik Ino aku sudah sangat berkerja keras Temee! Dan dia sudah melihatku jijik saat melihat gaya berpakaianku hari ini! Ini semua gara-gara kau!" Bentak Naruto panjang lebar.

"Tidak usah mengencaninya lagi, Dobe, bukankah itu berarti dia bukan wanita yang baik?..."

"Yah— aku kan sudah bilang di awal dia wanita materialistis, Teme. Tanpa kau katakan itu pun aku sudah berniat melakukannya.." Jawab Naruto ketus, mecibir ke arah Sasuke.

"Hn."

.

.

/Praaakkk!? Sebuah bungkusan tiba-tiba tertarus]h begitu saja di tangan Naruto, Naruto mengerutkan dahinya bingung dan menatap Sasuke, "Apa ini Teme, bom?"

"Hn..."

Naruto mengangkat kedua bahunya mengangap dua huruf yang dikatakan Sasuke tadi maksudnya adalah menyuruh Naruto membuka bungkusan berikut.

"Eh... apa ini, hmmm? kemeja" Naruto bertanya bingung sambil melihat sebuah kemeja lengan panjang yang sekarang dia pegang, Naruto menatap ke arah Sasuke yang nampak sibuk menonton televisi tapi sebenarnya tidak, "Apa ini permintaan maafmu atas kemejaku yang robek tadi pagi?" tanya Naruto.

"Hn..."

"Kau membeli desain yang sama dengan warna yang sama ya Teme? apa kau membelinya di butik yang sama juga?..."

"Hn..."

"Tapi—"

"Sudahlah Dobe, terima saja!" Kata Sasuke datar.

Naruto mengangukkan kepalanya kecil, entah kenapa suasana seperti ini membuat hati Naruto mengebu-gebu, entahlah karena rasa senang atau apa. Dan...

Prakkkk! Naruto pun juga memutuskan untuk melempar bungkusan yang dia bawa tadi pada Sasuke, "Untukmu!"

Sasuke mengangkat alisnya sebentar melihat bungkusan dyang tiba-tiba dilempar Naruto kearahnya. Sasuke pun akhirnya juga membuka bungkusan itu dengan cepat. "Hn?" gumam Sasuke saat melihat sebuah kemeja yang berwarna dan bermerek sama dengan yang dia berikan ke Naruto.

"Aku membawanya ke penjahit tadi pagi, karena kemeja itu masih bisa diperbaiki, untukmu saja Teme..."

"Hn."

"Arigatou, Teme, sekarang kita punya kemeja yang kembaran bukan? ha..ha..ha" Naruto tertawa datar, mengangap bahwa biarpun ia mencoba melucu, si Uchiha ini tidak mungkin akan tertawa.

Tiba-tiba... entah kenapa, Sasuke menarik kepala Naruto hingga bersandar pada dadanya, membuat Naruto langsung terlonjak dan ingin menarik diri, tapi mengurungkan niat setelah mendengar kalimat yang siucapkan Sasuke setelahnya. "Hn, Naruto." biarpun Sasuke tetap mengucapkan kalimatnya dengan nada datar, tapi Naruto menyadari sesuatu yang berbeda dalam kalimat Sasuke.

Itu adalah—Sasuke memanggilnya dengan 'Naruto' bukan 'Dobe', hal yang amat langka dan jarang terjadi, Naruto terdiam beberapa saat hingga akhirnya dia tersenyum kecil. Membiarkan kepalanya yang menyamankan diri di dada Sasuke yag hangat.

"Hmm..., Sasuke, kita kan teman~"

.

.

To Be Continued...

Nah... bagaimana Reader? Asik kah? cerita ini aku buat dengan memakai tema yang membuat cerita di setiap chapter langsung habis bagaikan oneshoot,~ jadi setiap chapter tema ceritanya berbeda-beda, meskipun nanti juga ada chapter klimaks..., Reader, ini fic multichapter pertamaku, jadi aku mohon segala saran dan kritikannya. Jadi, bersediahkan engkau untuk mereview fic ini? /puppy eyes/